Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Alamat Palsu
"Kenapa Als, apakah alamat gadis itu bukan di sana?" Pak Dirham terkejut, nafasnya naik turun menahan amarah.
"Iya. Mereka bukan penghuni rumah yang kita sambangi saat melamarnya. Mereka hanya menyewa rumah itu. Mereka sepertinya sengaja mengecoh dan mempermainkan Sakala serta keluarga besar kita," dengus Dallas marah, rahangnya mengeras, sehingga urat lehernya keluar saking murkanya.
"Ya ampun, apa tujuan mereka sebenarnya? Kenapa mereka lakukan itu, apa salah cucuku?" Tangis Bu Delima tiba-tiba pecah, dia tidak habis pikir dengan yang menimpa Sakala, sampai ditipu dan dipermainkan calon mempelai perempuan.
"Als juga tidak tahu apa tujuan mereka? Kenapa mereka melakukan ini terhadap Sakala?" Dallas menunduk dengan tangan mengepal penuh amarah.
"Apa mbak bilang Als. Mbak sudah menaruh curiga sejak awal. Cari tahu siapa Seira sebenarnya, apa motif dia memperlakukan Sakala seperti ini?" Daisya menimpali dengan wajah yang berubah sangat geram.
"Mbak kasihan dengan Sakala dan istrimu, dia menangis karena merasa sedih anaknya dipermalukan oleh calon mempelai perempuan. Lihatlah tamu-tamu itu, sudah lama menunggu. Dan makanan katering itu, bagaimana, siapa yang akan menghabiskan sebanyak itu?" sambung Daisya benar-benar tidak habis pikir.
"Yang jelas, mereka ingin mempermalukan Sakala. Tidak hanya Sakala saja yang malu, tapi kita semua," tegas Dallas seraya meraih ponselnya kembali lalu menghubungi seseorang.
Sementara itu Syafana tengah menangis di kamar rias pengantin. Dia tidak bisa menahan perasaan sedih melihat sang putra kecewa dan dipermalukan di depan tamu-tamu undangan.
"Apa maksud gadis itu, dia sengaja tidak datang ke hari pernikahannya dan membiarkan putraku kecewa dan dipermalukan? Apa salah putraku sehingga dia timpakan semua ini terhadapnya?" beribu tanya dalam benak Syafana yang masih mencari jawaban, membuat dadanya seakan sesak, Syafana menangis menumpahkan rasa kecewanya di kamar rias itu.
"Bagaimana dengan putraku saat ini, dia pasti sangat terpukul dan kecewa? Aku tidak bisa seperti ini, aku harus menguatkan Saka. Aku tidak mau Sakala frustasi gara-gara perempuan itu. Perempuan penipu," dengusnya seraya bangkit. Meskipun hatinya sakit atas perlakuan Seira, akan tetapi dia harus berusaha menguatkan Saka, dan hal itu memang lebih penting dari segalanya.
"Mamaaa." Fina dan Alf berlarian menghampiri Syafana di kamar rias, dua bocah kembar itu seakan tahu apa yang sedang dirasakan sang mama, wajahnya ikut bermuram durja. Syafana segera mengeringkan air matanya, dia tidak ingin kedua kembarnya melihat ia bersedih.
"Ayo, kita keluar. Kita hibur Kak Saka. Di mana papa kalian?" Syafana merangkul kedua kembarnya lalu menuntun tangan kedua bocah itu dan membawanya keluar.
"Papa sedang melayani tamu-tamu di depan," ujar Fina seraya menunjuk tangannya ke depan pintu masuk gedung.
Langkah Syafana terhenti, matanya menuju ke arah pintu masuk, di mana tamu-tamu dari undangan keluarganya maupun undangan Sakala sudah mulai berdatangan. Mereka justru dipersilahkan Dallas masuk lalu menempati kursi tamu undangan yang sudah tersedia.
"Apa-apaan Kak Dallas ini, bukannya mereka disuruh pergi lagi? Kenapa malah disuruh duduk di kursi tamu? Bukankah pernikahannya tidak terjadi?" heran Syafana dalam hati.
"Sayang, ayo kita hampiri papa kalian." Syafana membawa kedua kembarnya menghampiri Dallas dan keluarga besarnya yang saat ini berkumpul di kursi penyambutan tamu undangan.
"Syafa, kuatkan hatimu," hibur Bu Sarma seraya meraih pundak Syafa. Syafana menduduki salah satu kursi diikuti kedua kembarnya. Niatnya mau menghampiri Dallas, tapi urung karena Dallas masih melayani tamu-tamu yang mulai berdatangan.
"Bu, kenapa Kak Dallas justru mempersilahkan tamu-tamu itu masuk? Sedangkan pernikahannya ini tidak ada?" telisik Syafana heran.
"Biarkan suamimu melakukan itu. Tamu-tamu itu sengaja dibiarkan masuk untuk menikmati hidangan yang sudah ada. Katering itu akan terbuang dan mubazir jika tidak ada yang menikmatinya. Meskipun kita bawa pulang ke rumah sebagian dan dibagikan pada kru WO, masih banyak sisa yang nantinya bakal terbuang, daripada terbuang dan mubazir, lebih baik mereka nikmati," tutur Bu Sarma menahan perasaan sedih.
Syafana akhirnya paham. Dia setuju dengan sikap yang diambil Dallas.
"Lalu, bagaimana dengan tamu-tamu itu, apakah suamiku akan mengatakan pada semua tamu kalau pernikahan itu batal? Bagaimana perasaan putraku, Bu? Lalu di mana dia sekarang?" Syafana menggulirkan matanya ke sekitar, tapi sang putra tidak ditemuinya.
Dallas mengakhiri sambutannya pada tamu undangan yang masih berduyun-duyun datang. Selama menyambut tamu undangan, dia menguatkan hati dan menahan air mata untuk sang putra yang gagal menikah, supaya tidak menetes. Dallas melihat Syafana dan menghampiri sang istri yang tentu saja terlihat sangat sedih.
"Sayang," bisiknya lembut, tapi tersirat kesedihan yang dalam. Dallas meminta ijin kepada Bu Sarma untuk membawa Syafana, dan menitipkan si kembar yang memang sejak tadi hanya duduk diam saja merasakan kesedihan yang sama. Sementara tamu undangan yang masih datang, saat ini sedang ditangani Pak Dirham dan Pak Syakir.
Dallas menjauh lalu membawa Syafana ke tempat yang lebih sepi. "Ini gimana, Pa? Kasihan Saka. Dia kecewa dan sangat sedih. Kenapa gadis itu memperlakukan Saka seperti ini, apa salahnya? Apakah anak kita pernah mengecewakan gadis itu sehingga dia melakukan hal yang memalukan ini? Lalu apa yang akan Papa katakan dengan tamu-tamu itu, mereka terlanjur disambut dan menikmati hidangan?" Syafana mengungkapkan kesedihannya yang sejak tadi dia rasakan terhadap Dallas.
"Papa belum tahu apa motif gadis itu melakukan ini. Sementara ini, papa sudah mengutus anak buah papa untuk mencari tahu di mana gadis itu dan kenapa dia tidak datang ke acara pernikahan ini. Papa rasa ini adalah unsur kesengajaan. Lihat saja, tamu-tamu undangan dari pihak perempuan satupun tidak ada yang hadir. Semua tamu yang hadir di sini adalah tamu undangan dari undangan kita dan Sakala," terang Dallas.
Syafana semakin terlihat sedih, rasa kecewa terlihat jelas di wajahnya. "Lalu apa yang akan Papa katakan pada tamu-tamu ini, sementara pernikahan ini tidak ada? Gadis itu sungguh keterlaluan." Air mata Syafana kembali jatuh melihat kenyataan pahit yang menimpa putranya. Bukan hanya menimpa putranya, melainkan keluarga besarnya.
"Sayang, kamu harus kuat, kamu juga harus berusaha kuatkan Saka. Kalau kamu terlihat sangat sedih, lantas siapa yang akan menguatkan putra kita? Mengenai para tamu, kamu serahkan pada papa. Lalu di mana Saka, kenapa dia tidak kelihatan?" Dallas dan Syafana mengedarkan pandangan mencari sang putra yang sejak Pak Penghulu pergi, dia seakan menghilang dari keramaian. Dalam kebingungan, tiba-tiba Daisya dan suaminya datang sembari menenteng papan nama kedua mempelai.
"Als, rupanya kamu di sini?" Daisya berlari kecil menghampiri Dallas diikuti Ferdi suaminya yang memegang papan nama pengantin. Dallas dan Syafana menatap keduanya dengan heran.
"Ada apa Mbak?"
"Apakah kalian belum sadar, kalau nama calon mempelai perempuan ada kaitannya dengan seseorang?" seru Daisya seraya memperlihatkan papan nama pengantin. Dallas dan Syafana serentak melihat ke arah papan nama pengantin yang diperlihatkan Ferdi.
Dallas memperhatikan nama calon mempelai perempuan dengan jelas, wajahnya nampak terkejut.
"Ya Tuhan, kenapa kita tidak menyadarinya kalau nama gadis itu berkaitan dengan seseorang?" kejutnya sembari meremas rambutnya kasar.
Siapa sebenarnya yang dimaksud Dallas?
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️