NovelToon NovelToon
Zero Point Survival

Zero Point Survival

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / PUBG / Perperangan / Game
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yudhi Angga

Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9: Peluru Tunggal, Ketenaran Ganda

Babak selanjutnya turnamen berlangsung lebih sengit. Tim "Phantom Strikers" terus melaju, namun setiap pertandingan terasa semakin berat. Mereka berhadapan dengan tim-tim yang tak hanya terampil, tetapi juga memiliki strategi yang tak terduga. Tekanan mental dan fisik terasa nyata bagi Rangga. Setiap match adalah ujian, dan ia harus selalu berada di puncaknya.

Momen Tak Terlupakan

Dalam sebuah match kritis di perempat final, "Phantom Strikers" berhadapan dengan tim "Crimson Fury", yang terkenal dengan aggresi dan koordinasi yang sempurna. Pertempuran mencapai puncaknya di sebuah kota tua yang hancur. Suara tembakan berdesing memekakkan telinga, ledakan granat mengguncang puing-puing bangunan.

"Guntur down!" teriak Aisha, suaranya serak. Notifikasi "TEAMMATE DOWN! GUNTUR HAS BEEN ELIMINATED!" muncul di hadapan Ren, diiringi suara ding yang memilukan.

Beberapa detik kemudian, Bara yang berusaha membalas dendam juga tumbang. "Sial! Aku kena juga! Maaf, Aisha, Ren!" Notifikasi "TEAMMATE DOWN! BARA HAS BEEN ELIMINATED!" menyusul, membuat dada Rangga sesak.

Tiba-tiba, tim "Phantom Strikers" hanya tersisa dua orang: Aisha dan Ren. Musuh mengepung mereka dari berbagai sisi.

"Kita terkepung, Ren! Mundur ke gedung di belakang! Aku akan beri cover!" perintah Aisha, menembak membabi buta ke arah musuh yang mendekat. Ren bisa mendengar napas Aisha yang terengah-engah melalui komunikasi tim.

Ren bergerak mundur, mencari celah. Ia tahu ini adalah situasi hidup atau mati. Mereka terpojok di sebuah lorong sempit, di antara dua gedung yang runtuh. Aisha memberikan tembakan cover terakhir, namun ia pun terluka parah.

"Aduh! Aku kena lagi! Ren, ini semua tergantung padamu! Cari posisi!" teriak Aisha, suaranya hampir putus asa.

Ren merasakan adrenalin memompa seluruh tubuhnya. Ia melihat ke sekeliling, matanya menyapu setiap detail puing-puing. Ia melihat sebuah celah sempit di dinding gedung di sisi kanannya, nyaris tak terlihat. Tanpa berpikir, ia melompat dan merangkak masuk. Ruangan itu gelap, sempit, dan berbau debu, namun ia punya pandangan yang jelas ke arah lorong di mana musuh-musuh mereka akan lewat.

Ren mengangkat senapan sniper-nya. Ia bisa mendengar langkah kaki musuh yang mendekat. Satu, dua, tiga, empat... Mereka berjejer, satu di belakang yang lain, memasuki lorong sempit itu. Mungkin mereka terlalu percaya diri setelah berhasil menjatuhkan Guntur dan Bara, berpikir kemenangan sudah di tangan.

Ini adalah kesempatannya. Sebuah kesempatan yang sangat tipis, nyaris mustahil. Ia hanya punya satu peluru yang bersih, dan ia tidak punya waktu untuk mengisi ulang.

Ren menarik napas dalam-dalam. Seluruh pengalamannya, setiap latihan yang melelahkan, setiap detail sensasi fisik dari Synapse VR—berat senapan di tangannya, detak jantungnya yang menggila, kontrol napasnya yang sempurna, fokus mata yang tajam—semuanya menyatu dalam momen ini. Pandangannya terkunci pada barisan musuh. Ia membidik tepat ke kepala musuh pertama, memperkirakan lintasan peluru yang akan menembus ke belakang.

Ia menarik pelatuk.

DORRR!

Suara tembakan sniper Ren menggelegar, mengguncang seluruh kosan Rangga di dunia nyata.

Seketika, sebuah ledakan notifikasi berwarna merah menyala di langit virtual, jauh lebih besar dan mencolok dari biasanya.

"UNBELIEVABLE! REN HAS ELIMINATED 'QUADRAKILL_GOD', 'ELITE_MARKSMAN', 'VETERAN_TANK', 'ACE_SUPPORTER'!"

Di bawah nama-nama yang tumbang itu, teks raksasa berkedip-kedip: "QUADRA KILL! ONE SHOT! LEGENDARY!"

"PLAYERS REMAINING: 2"

Kemudian, sebuah suara announcer yang menggelegar memenuhi seluruh dunia virtual, diiringi tepuk tangan dan sorakan yang luar biasa keras dari penonton yang menonton live stream. "UNBELIEVABLE! A QUADRA KILL WITH A SINGLE BULLET! REN IS UNSTOPPABLE!"

Tim "Crimson Fury" tumbang. Aisha, yang tadinya hampir putus asa, kini terdiam, menatap langit. "Ren... kau... kau melakukan apa?!"

Ren sendiri tidak bisa bicara. Tubuhnya gemetar, napasnya tersengal. Ia telah melakukannya. Ia telah menciptakan momen yang akan dikenang dalam sejarah Zero Point Survival.

Ketenaran yang Meledak dan Tawaran Menggiurkan

Momen quadra kill dengan satu peluru itu langsung menjadi viral. Clip-clip video-nya membanjiri seluruh internet, dianalisis dari berbagai sudut pandang, diputar ulang jutaan kali. Komunitas Zero Point Survival meledak. Siapa Ren ini? Dari mana datangnya rookie yang bisa melakukan hal selegendaris itu?

Nama "Ren" dan tim "Phantom Strikers" tak hanya trending, mereka menjadi fenomena. Rangga bangun keesokan harinya dengan ponsel yang tak berhenti berdering dan bergetar.

* Notifikasi Instagram: "Akun Anda diikuti oleh 1.5 JUTA pengguna baru."

* Pesan WhatsApp: Dari Dodi, teman kerjanya, "LO LIAT BERITA NGGAK?! GILA LO, REN! GW NGGAK PERCAYA INI LO!"

* Email: Tawaran sponsorship dari perusahaan gaming gear raksasa. Undangan wawancara dari channel YouTube gaming besar.

Aisha menghubunginya, suaranya dipenuhi kegembiraan. "Ren! Selamat! Kamu meledak! Ini gila! Followers kamu di Instagram sudah jutaan! Banyak tawaran masuk!"

"Aku... aku tidak menyangka, Teteh Aisha," jawab Ren, suaranya masih tercampur rasa tidak percaya.

"Dengar, Ren. Ini kesempatan emas. Kamu harus mulai live stream. Orang-orang ingin melihatmu bermain, ingin tahu lebih banyak tentangmu," kata Aisha, nada suaranya kini profesional. "Aku bisa bantu kamu siapkan kanal stream. Bagaimana?"

Rangga terdiam. Live stream? Ia tidak mengerti apa-apa tentang itu. Dan yang paling penting... live stream berarti ia harus menunjukkan dirinya. Menunjukkan Rangga yang sebenarnya, bukan Ren yang tangguh di dunia virtual.

"Uhm... Teteh Aisha... aku... aku tidak tahu cara live stream," Rangga beralasan, suara aslinya, bukan suara percaya diri Ren.

Aisha tertawa kecil. "Itu gampang, Ren. Aku bisa mengajarkanmu. Bagaimana kalau kita bertemu? Aku bisa tunjukkan langsung cara kerjanya, lebih mudah daripada dijelaskan via game."

Rangga merasakan jantungnya mencelos. Bertemu? Di dunia nyata? Sensasi panik merayapi dirinya. Rasa minder yang selama ini ia kubur dalam-dalam di balik identitas Ren, kini mencuat kembali. Ia adalah Rangga si pelayan kafe yang kurus, canggung, dan kesepian. Bukan Ren si sniper legendaris.

"Aku... uhm... Teteh Aisha... aku... aku rasa itu terlalu merepotkan," jawabnya, mencoba mencari alasan. "Aku bisa belajar sendiri... atau... mungkin nanti saja..."

Aisha terdengar bingung. "Merepotkan? Kenapa, Ren? Kan lebih cepat kalau aku bantu langsung. Atau kamu keberatan? Atau... ada sesuatu?"

Rangga menelan ludah. Ia tidak bisa mengatakan alasannya yang sebenarnya. Bagaimana mungkin ia menjelaskan bahwa ia malu dengan dirinya yang asli? Bahwa ia takut Aisha akan melihat Rangga yang jauh berbeda dari Ren yang heroik di game?

"Tidak... tidak ada apa-apa, Teteh Aisha," Ren akhirnya menjawab, suaranya nyaris berbisik. "Hanya saja... aku... sedikit... sibuk di dunia nyata. Mungkin nanti, setelah turnamen."

Aisha menghela napas, seolah ia merasakan keraguan Ren, meskipun tidak sepenuhnya mengerti. "Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan memaksamu. Tapi pikirkan baik-baik ya. Ini kesempatan besar untukmu."

Rangga mengangguk, merasa lega sekaligus takut. Ia telah menciptakan sebuah persona yang begitu kuat di dunia virtual, sampai-sampai ia takut jika identitas aslinya terungkap, semuanya akan hancur. Ketenaran ini adalah berkah, tapi juga beban yang berat.

1
angin kelana
awalnya blom tau menarik atw enggak lanjut aja cusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!