PERNIKAHAN YANG TERLUPAKAN

Dengan kecepatan diatas rata-rata, Satria mengemudi mobilnya menuju ke perusahaan sahabatnya sekaligus kakak iparnya. Satria tak memperdulikan bunyi klakson yang berhasil ia salip, umpatan-umpatan yang dilontarkan pengemudi lain pun hanya bagaikan angin lalu baginya. Saat ini yang terpenting adalah berita keberadaan sang istri harus ia dapatkan.

Cekiiiittt

“Mas, tolong diparkirkan,” Satria memberikan kunci mobilnya pada satpam yang bertugas.

Hampir seluruh karyawan PT. Direja Artama mengenal sosok Satria. Pria tampan yang terkenal irit bicara, pelit senyum dan dingin. Seperti biasa jika Satria datang berkunjung, pria itu langsung menuju lift yang selalu digunakan oleh pemilik sekaligus pimpinan perusahaan. Pria itu tak memperdulikan tatapan sebagian karyawan yang tak mengenalnya.

Braaaakkkk

“Astagaaa ,,,” Niko terlonjak kaget karena pintunya dibuka secara kasar. Niko menatap tajam salah satu makhluk ciptaan Allah yang tak memiliki sopan santun.

“Ada apa !! Tumben inget gue !!” Kata-kata dingin nan sarkas menyambut Satria setelah empunya kantor bisa menguasai keterkejutannya. Niko selalu menggunakan kata lo gue kalo sedang kesal pada Satria.

Tok tok tok

“Maaf pak, aku gak sempat mencegah pak Satria ,,,” Sekretaris Niko gemetar ketakutan  pasalnya bosnya itu paling tidak bisa diganggu jika masih pagi-pagi.

“Gak apa-apa, Na ,,, maklumi aja kelakuan duda gantung memang kayak gini ,,,” Lagi-lagi Niko menyarkas sahabatnya. Sejak Andhini memilih pergi, Niko tak pernah lagi berbicara pelan pada Satria. Karena semua kejadian ini adalah ulah dari pria di depannya.

“Baik pak, permisi ,,,” Reyna kembali undur diri dan tak lupa menutup pintu ruangan sang bos.

“Tadi bunda nelpon mama, katanya istriku menghubungimu kemarin. Dimana dia, Nik ,,,” Satria menatap penuh harap pada pria yang kini tak lagi menganggapnya sebagai sahabat.

“Jangan panggil adikku dengan sebutan istri, kamu gak pantas buat dia. Lebih baik kamu urus perceraian kalian !!” Sejak menghilangnya Andhini, emosi Niko memang sangat mudah terpancing jika berbicara dengan Satria. Apalagi jika membahas adik semata wayangnya.

“Ck , jangan memintaku melakukan sesuatu yang tidak akan pernah kulakukan. Andhini hanya milikku dan seterusnya akan seperti itu,” Satria memberikan tatapan mautnya pada Niko namun pria itu hanya membalasnya dengan tatapan malas.

Jika saja orang lain yang dihadiahi tatapan maut Satria bisa dipastikan orang tersebut akan terkena serangan jantung tapi itu tak berlaku bagi seorang Niko. Di dunia bisnis kedua pria tampan namun tak mengenal kompromi itu sangat disegani. Sehingga sampai detik ini tak seorangpun yang berani mengusik mereka.

“Kemarin Andhini menelponku dari Dubai tapi barusan aku mengecek lagi akan tetapi baik nomor atau ponselnya tak aktif. Ternyata adikku itu cukup cerdik,” Sekesal-kesalnya Niko pada Satria namun ia tetap mengatakan yang sebenarnya.

“Seandainya lusa aku gak ada pertemuan penting, aku pasti ke Dubai hari ini,,,” Satria meraup wajahnya kasar. Ia serba salah karena pertemuannya dengan investor ini benar-benar penting dan tidak boleh diwakili. Kerjasamanya dengan investor asing merupakan peluang besar bagi perusahaannya.

“Urus aja urusanmu, karena kalo kamu miskin maka aku orang pertama yang akan menghalangi kalian untuk kembali bersama,” Niko tersenyum mengejek lawan bicaranya.

“Artinya kamu merestuiku bersama Andhini ?!” Wajah Satria kembali ceria mengalahkan mentari pagi. Senyum bahagia tersungging di wajahnya.

“Aku sih gak ada masalah tergantung berapa persen saham yang diberikan. Tapi semua tergantung Andhini nantinya,” Ucapan Niko sontak membuat Satria mendelik tajam.

Kalau hanya saham tak jadi masalah buat Satria akan tetapi keputusan tetap ditentukan oleh Andhini yang berarti semua kembali pada setelan awal. Perjuangannya belum selesai.

“Ck, gak jelas ,,,” Satria berdiri dan berjalan kearah kulkas yang berada di ruangan Niko. Bos PT. Direja Artama memang selalu menyiapkan segala jenis minuman kaleng di ruangannya untuk mengantisipasi teman-temannya yang datang berkunjung tanpa tujuan.

“Dikantor kamu gak ada kerjaan?! Kok gak balik ke kantor ?!” Sejenak Niko mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

“Aku belum ke kantor sih lebih tepatnya. Jadi dari rumah langsung kesini gak taunya infonya gak jelas,” Karena ucapan Satria akhirnya pulpen ditangan Niko meluncur bebas mengenai kepala Satria yang baru saja menutup kulkas.

“Aduhhhh,,, jangan kepala dong, gimana kalo otakku bergeser,” Satria paling tak terima jika kepalanya disentuh oleh orang lain karena menurutnya kepala adalah harga diri dan pusatnya ilmu. Dan Niko tau itu makanya sengaja melempar kepala pria itu.

“Baru nyadar lo ,,, sejak ketemu Linda kan otakmu sudah bergeser ke kiri.” Wajar jika Niko masih kesal karena Satria  tak pernah mendengar nasehatnya. Bahkan Faiz yang  berulang kali memberinya bukti tak sekalipun ia pedulikan. Entah mantra apa yang diberikan oleh Linda sehingga Satria sangat mempercayai wanita ular itu.

“Untuk itu aku minta maaf, aku mengaku salah ,,, mau kan memaafkanku ?!” Satria kembali duduk di tempatnya semula dan Niko pun ikut berdiri meninggalkan kursi kebesarannya.

“Ya tergantung sih ,,,”

“Jangan lagi mengatakan tergantung berapa persen saham, kamu sudah kaya, perusahaanmu semakin berkembang,” Satria buru-buru menyela ucapan Niko. Satria tau arah pembicaraan pria itu pasti tak jauh dari saham.

“Asal kamu tau, perusahaan ini milik Andhini juga so aku gak sekaya yang kamu kira,” Memang benar apa kata Niko bahkan pendapatan perusahaan pun ia bagi dengan Andhini dan bunda Riana secara adil.

Sebagai anak yang hanya melanjutkan bisnis sang ayah, Niko tak mungkin melupakan jasa-jasa sang bunda yang mendampingi ayahnya merintis perusahaan dari nol.

“Kalo aku bersama Andhini, kamu gak usah memikirkan adikmu itu. Perusahaan milikku sebenarnya sengaja ku rintis memang untuk Andhini, adapun perusahaan papa ya pasti akan jadi milikku,” Wajah Satria terlihat sangat serius dan meyakinkan saat mengatakan tentang perusahaan yang ia rintis tanpa bantuan om Beny.

“Jangan gegabah sobat, om Beny tak bisa ditebak. Takutnya perusahaannya akan diwariskan ke cucunya dan kamu akan jadi orang termiskin di dunia, hahahaha ,,,” Tawa Niko meledak terdengar seperti suara si jahat Melificent.

“Dan satu lagi, jangan anggap remeh Andhini. Pikir matang-matang sebelum kamu menyesal,” Niko bukannya mengancam tapi itulah kenyataannya. Andhini tak boleh dianggap remeh. Salah satu buktinya hingga saat ini adiknya itu belum bisa ditemukan.

Sejenak Satria terhenyak, ia bagai tersadar dari mimpi. Namun keyakinannya tentang Andhini tak pernah goyah. Ia melihat Andhini tumbuh besar dibawah didikan bunda Riana. Meskipun tidak 24 jam ia melihat istrinya itu namun ia yakin hasil didikan bunda Riana tak akan mengecewakan.

Jika hanya soal kecerdikan Andhini, sebagai seorang pria Satria tak mempermasalahkan karena mungkin seperti itulah seorang wanita melindungi dirinya.

“Gak masalah asalkan aku tetap bersama Andhini.” Timpal Satria enteng. Niko hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kebucinan Satria yang telat.

“Jangan terlalu berharap setinggi langit, empat tahun bukan waktu yang singkat. Takutnya Andhini sudah memiliki pria tambatan hatinya.” Ucap Niko apa adanya, hal yang harus dipikirkan mengingat Andhini yang cantik, tinggi semampai dan cerdas. Wanita dengan paket komplit idaman para pria.

Satria menatap horor sahabat sekaligus kakak iparnya kala mendengar ucapan pria di depannya yang memang kemungkinan besar bisa saja terjadi. Hal yang tak pernah dipikirkan oleh Satria.

“Andhini wanita bermartabat dan berkelas, dia pandai menjaga diri dan tak akan mungkin dia  berbuat seperti itu sebelum menyelesaikan urusannya denganku. Dan yakinlah satu hal bahwa urusanku dengan Andhini tak akan pernah selesai karena dia hanya milikku.” Keyakinan Satria patut diacungi jempol.  Kepercayaannya pada Andhini tak pernah diragukan sedikitpun.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Selamat pagi readers

Selamat menikmati dan jangan lupakan dukungannya agar othornya semangat up