Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sesampainya di istana dan hanya ada kaisar serta Han Juan sedang yang lain sedang mengurus Kejawanan setelah perang.
Tiba tiba Shuwan merubah penampilan nya kembali menjadi Shuwan yang seperti biasanya.
Kaisar dan Han Juan sangat shock melihat itu.
"Shuwan....!!!" Seru mereka berdua
"Iya ayah.... paman... ini Shuwan, maaf belum sempat memberi tau siapa aku sebenarnya. Yang kalian tau aku memilli bakat yang di luar nalar tapi aku juga baru tau saat aku pergi kemarin" jawab Shuwan
Shuwan juga menceritakan siapa ibunya dan bagaimana bisa ia memiliki semua kekuatan itu. kaisar dan Han Juan tentu sangat shock.
Karena mereka tidak tau jika permaisuri Jian Adalah penjaga bayangan dan juga putri cahaya terdahulu.
Shuwan bmw ceritakan apa yang membuat sang ibu menyembunyikan ini semua.
dan sekarang Shuwan lah yang memiliki itu semua, dan bagaimana tugas nya kelak.
Kaisar sampai menangis, entah ia harus sedih atau bahagia. Bukan karena tidak suka tapi kaisar takut jika putri ya terluka atau dalam bahaya.
"Ayah... tenanglah aku akan baik baik saja, aku jika memiliki Phoenix Es dan api serta naga ilahi yang akan membantuku dan jangan lupakan dia" tunjuk Shuwan pada Bo Zhi dengan tubuh besarnya.
"Ini Bo Zhi saudaraku ayah dia akan selalu bersamaku jadi kalian tenang aku akan baik baik saja, dan Bo Zhi kembalilah ketubuh kecilmu, jika seperti ini kau terlihat seperti akan memangsa dan tidak imut lagi" ujar Shuwan
"Baik " jawab Bo Zhi singkat lalu berubah jadi kecil lagi.
"Lihat dia lucu bukan sangat menggemaskan" ujar Shuwan
"Putri aku ini raja hutan jadi jangan buat turun pamorku dengan kata katamu" ujar Bo Zhi kesal
" Hehehe.... Baiklah tapi kau memang sungguh lucu" jawab Shuwan dan Bo Zhi membuang muka kesal
Sedangkan kaisar hanya bisa menatap putrinya ngeri karena bermain dengan raja hutan.
"Tapi ayah... Paman jangan bilang pada siapapun tentang aku ya, biar waktu yang menjawab" ujar Shuwan
"Iya kami mengerti " jawab kaisar dan Han Juan
"Tapi ada syaratnya" ujar kaisar
"Apa itu?" tanya Shuwan
"Kita adakan pengangkatan mu sebagai putri mahkota secepat mungkin" ujar kaisar
"Ah ayah nanti saja.... Aku belum mau" jawab Shuwan
"Tidak bisa, kau putriku satu satunya jadi pada siapa lagi tahtah ini akan ku berikan?" tanya kaisar
"Bagaimana jika ayah menikah lagi lalu punya anak laki laki" ujar Shuwan dan langsung mendapatkan jeweran dari kaisar
"Kau ini ada ada saja.... Samai mati pun ayah tidak akan mau menikah lagi. Karena bagi ayah ibumu adalah satu satunya wanita yang pantas ayah cintai tidak ada yang lain. Jadi tidak akan ada pernikahan cukup ibumu dan kau putri ayah" ujar kaisar
Han Juan sangat terharu lalu memeluk kaisar
"Terima kasih Gege karena sudah mencintai jie jie Jian dengan begitu besar. Aku kagum padamu, pantas saja jika putri kalian luar biasa karena kalian juga luar biasa" ujar Han Juan tulus
"Iya sama sama tapi tolong lepas pelukanmu, aku sangat tidak nyaman, kau membuatku geli" ujar kaisar.
Dan itu membuat Shuwan terbahak.
...----------------...
Langit di atas Kota Kekaisaran belum kembali cerah sejak malam itu. Asap masih membumbung dari sudut-sudut yang diserang, dan dinding luar istana penuh retakan serta goresan hitam akibat sihir gelap. Tapi satu nama terus bergema di seluruh penjuru negeri:
Putri Cahaya
Sedangkan anak semata wayang Kaisar. Pewaris sah tahta. Dan putri dari Permaisuri Jian—wanita berhati baja yang gugur dengan racun iblis masih mengalir dalam nadinya hanya untuk memastikan kelahiran Shuwan tetap terjadi.
Di Balairung Agung Kekaisaran, upacara penghormatan berlangsung sederhana namun sakral. Kaisar berdiri dalam balutan jubah perang, mata sayunya menatap ke arah gadis muda bersurai hitam panjang yang berdiri tegak di bawah altar naga.
“Rakyat Tianzhu,” ucapnya lantang, “hari ini kita bersyukur. Bukan karena kemenangan. Tapi karena kita masih memiliki cahaya yang ditinggalkan oleh Permaisuri Jian—anak kandungku, Shuwan Lian, Putri Mahkota!”
Tepuk tangan membahana. Para pejabat dan rakyat bersujud memberi hormat.
Shuwan menggigit bibirnya. Ia tak terbiasa dengan formalitas seperti ini. Terlebih, gaun kebesaran upacara ini gatal luar biasa di bagian kerah.
“Sumpah demi semua bunga di lembah, aku bakal ganti perancang busana istana ini,” bisiknya pada Bo Zhi yang sedang menjadi hiyasan bajunya, dan Bo Zhi yang hanya mendengus bosan.
Usai upacara pengangkatan ia menjadi putri mahkota, Shuwan menyelinap ke dapur belakang. Dia menyambar sepiring besar pangsit ayam dan duduk di atas genteng istana.
“Ini baru makanan pahlawan,” gumamnya sambil mengunyah dengan bahagia.
Tiba-tiba, burung merah-biru dari gelang Phoenix-nya muncul dan hinggap di pundaknya.
“Eh?” Shuwan menyipitkan mata. “Kau muncul karena…?” tanya Shuwan
Gelangnya bergetar. Lalu—sebuah cahaya menyeruak dari permukaannya, membentuk bayangan samar seekor burung besar dan suara lirih berkata:
“Keseimbangan mulai retak… Dia telah bangkit dari Kutub Utara…”
Shuwan tercengang. “Dia?”
Di kejauhan, di Kutub Utara, seorang pemuda berdiri di puncak gunung salju yang membeku.
Rambutnya keperakan dan mata birunya memantulkan cahaya bulan. Ia berdiri di tengah lingkaran es bercahaya dengan dua pedang tersampir di punggung: Pedang Yin dan Yang.
Angin kencang berputar mengelilinginya. Burung elang hitam hinggap di lengannya, menyampaikan pesan dari selatan.
Ia membuka gulungan surat, membaca isi pesan itu pelan.
"Putri Mahkota telah membangunkan Phoenix Api dan Es. Ia telah menaklukkan Naga Ikahi. Dan ia menghancurkan pasukan iblis yang menyerang Ibu Kota Kekaisaran.”
Pemuda itu menyipitkan mata. “Jadi dia akhirnya muncul…”
Namanya adalah Feng Aoren, keturunan klan penjaga utara yang telah lama mengasingkan diri dari dunia. Seorang pendekar dengan kekuatan langka yang seharusnya ditakdirkan untuk menjaga takhta bersama sang Cahaya.
Namun takdir mereka belum bertemu.
“Sudah saatnya aku bergerak,” gumamnya.
Ia belum tahu siapa gadis yang disebut “Putri Cahaya”. Ia bahkan tidak tahu wajahnya. Tapi hatinya… entah mengapa bergetar saat mendengar nama itu.
“Akan kutemui dia,” gumamnya pelan.
“Tapi belum sekarang.”
Kembali ke Istana Kekaisaran
Shuwan mulai melatih kekuatannya di kuil dalam istana. Setiap hari, ia bertarung melawan klon bayangan ciptaannya sendiri, berlatih pedang bersama Paman Tao, dan bermeditasi bersama Phoenix Api dan Es.
Di malam hari, Shuwan termenung di balkon istana. Kota Kekaisaran mulai pulih, tapi hatinya tetap gelisah.
Ia mengingat kembali kata-kata burung Phoenix: “Dia telah bangkit…”
Siapa pemuda itu? Kenapa setiap malam ia bermimpi melihat siluet seseorang berdiri di antara salju?
Di mimpinya, lelaki itu tak berkata apa-apa. Tapi setiap kali mata mereka bertemu, Shuwan merasa seolah jiwanya sedang berbicara.
“Apakah kita pernah terhubung…?” bisiknya lirih.
Shuwan mulai menerima peran sebagai Putri Mahkota dan pelindung Kekaisaran.
Feng Aoren mulai bergerak dari Utara, tapi belum menemui Shuwan.
Kekuatan iblis belum musnah sepenuhnya, hanya mundur—menunggu saat yang tepat.
Bersambung
