(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11¹
...Malam ini, mansion tampak sepi. Tak ada tanda-tanda Leon akan pulang, dan Silvia pun tak mempedulikannya. Pikiran Silvia lebih tertuju pada rencana selanjutnya daripada mencari cara untuk meluluhkan hati Leon yang dingin bak bongkahan es....
"Sebaiknya aku istirahat lebih awal karena harus bekerja besok," gumam Silvia sambil bangkit dari kursi meja rias setelah selesai memakai skincare.
...Kemudian, Silvia menelan beberapa butir obat tidur, merebahkan diri di kasur, dan terlelap. Malam ini, ia memilih jalan pintas agar tidurnya tak terganggu....
...(Keesokan paginya)...
...Silvia sudah rapi dengan setelan kerjanya, lalu keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ruang tengah. Di meja makan, seperti biasa, tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Leon. Biasanya, di sana Leon selalu sarapan bersama Tamara sebelum berangkat kerja....
"Pasti dia sedang berlibur dengan selingkuhannya itu," gumam Silvia sinis.
...Silvia terus berjalan menuju pintu utama mansion dan pergi meninggalkannya. Seorang pelayan suruhan Tamara yang sejak semalam mengawasi Silvia, tersenyum puas dan segera mengirim pesan singkat kepada Tamara....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di perusahaan tuan Antonio)...
Baru saja Silvia menginjakkan kaki di perusahaan, seorang resepsionis menyambutnya dengan hangat di pintu masuk. Rupanya, Tuan Antonio telah menginstruksikan agar kedatangan Silvia diperhatikan.
..."Selamat pagi, Nyonya," sapa resepsionis itu dengan senyum tulus....
"Pagi," balas Silvia, tersenyum hangat.
"Silakan ikuti saya, saya akan mengantar Anda ke ruangan Tuan."
"Baik, terima kasih."
Mereka berdua berjalan melalui lobi perusahaan menuju lift. Di dalam lift, Silvia memanfaatkan kesempatan itu untuk melihat bayangannya, memastikan setiap detail penampilannya sempurna.
Ting!
...Pintu lift terbuka, dan resepsionis itu mengajak Silvia berjalan menuju ruangan Tuan Antonio....
Tok, tok, tok.
"Masuklah," jawab Antonio dari dalam ruangan.
Ceklekkkk.
"Silakan masuk, Nyonya," ucap resepsionis mempersilakan.
...Silvia mengangguk singkat, lalu melangkah masuk ke ruangan Antonio. Melihat kedatangannya, Tuan Antonio segera bangkit dari kursinya. Sambil membawa beberapa berkas di tangan, ia menghampiri Silvia....
"Silakan duduk di sini," kata Antonio, lalu duduk di sofa. "Saya akan menunjukkan beberapa berkas yang perlu Anda kerjakan."
"Baik, Tuan," jawab Silvia.
...Silvia pun duduk dan mendengarkan penjelasan Tuan Antonio dengan saksama. Namun, tanpa disadarinya, perhatiannya mulai teralih, terpukau oleh garis wajah Antonio yang tampak begitu sempurna. ...
Bagaimana mungkin wanita itu bisa memiliki pria sebaik dan setampan Antonio? pikir Silvia dalam hati, terkesan dengan ayah mertua kakaknya.
"Sudah jelas?" tanya Tuan Antonio, mengakhiri penjelasannya.
"Eh, iya, Tuan, jelas," jawab Silvia tergagap, wajahnya sedikit memerah karena lamunannya terpecah.
"Kalau begitu, kita ada pertemuan di luar kantor sebentar lagi. Tolong siapkan semua berkas ini," kata Antonio sambil memberikan berkas di tangannya pada Silvia.
"Baik," sahut Silvia, menerima berkas tersebut dan bangkit berdiri.
"Satu lagi," kata Antonio. "Meja kerjamu sudah disiapkan di depan ruanganku. Selamat bekerja."
"Terima kasih banyak, Ayah mertua," ujar Silvia dengan senyum manis.
"Sama-sama," jawab Antonio singkat.
...Silvia berbalik dan berjalan keluar ruangan, langsung fokus pada pekerjaannya. Ia merasa bersyukur atas pengetahuannya di bidang bisnis dari kehidupan lampaunya sebagai Silvia, istri Carlos. Pengalaman itu membuatnya tidak kesulitan dengan tugas-tugas seperti ini. ...
...(Beberapa menit kemudian)...
"Ah, akhirnya selesai," gumam Silvia sambil menghela napas lega menatap layar komputer.
"Silviana," panggil Tuan Antonio. Ia keluar dari ruangannya dan berjalan menghampiri meja kerja Silvia.
"Iya, Tuan," jawab Silvia, segera berdiri.
"Ayo ikut saya, ada rapat mendadak," ajak Tuan Antonio sambil berjalan menuju lift.
"Baik, Tuan."
...Silvia dengan cepat meraih berkas yang baru saja ia selesaikan, lalu bergegas mengikuti Tuan Antonio dari belakang. Mereka pun masuk ke dalam lift. ...
"Silviana, tunda dulu rapat yang di luar perusahaan. Rapat ini lebih penting dan akan memakan waktu," perintah Tuan Antonio.
"Baik, Tuan."
Ting!
...Pintu lift terbuka, Tuan Antonio dan Silvia berjalan beriringan keluar lift, menuju pintu ruang rapat. ...
Ceklekkkk.
...Saat pintu ruang rapat terbuka, para rekan kerja Tuan Antonio langsung menoleh ke arah pintu....
"Maaf, semuanya, saya agak terlambat," kata Tuan Antonio sambil memasuki ruangan, dengan Silvia mengikutinya dari belakang.
"Silvia," terdengar suara bariton yang begitu dikenal oleh Silvia.
Pedro? Tidak mungkin... itu suara Pedro, pikir Silvia, mencoba bersikap seolah tidak mendengarnya.
"Hei, Silvia!" panggil Pedro lagi, nada suaranya kini bercampur kesal karena diabaikan.
...Silvia mengepalkan tangannya erat-erat, menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya menoleh ke arah Pedro....
"Maaf, Tuan. Nama saya Silviana, bukan Silvia," ucap Silvia dengan susah payah menahan amarah yang mulai mendidih di dalam dirinya.
"Jangan berbohong! Kamu jelas-jelas Silvia!" sentak Pedro dengan nada memaksa.
"Tuan Pedro," sela Antonio dengan tegas, "Dia adalah menantu saya, Silviana, bukan Silvia."
"Betul sekali. Yang dikatakan Tuan Antonio benar. Beliau adalah Nyonya Silviana, menantu beliau, bukan Silvia," timpal salah satu rekan kerja Antonio.
"Mohon maaf atas kekeliruan saya, Tuan Antonio, Nyonya Silviana," kata Pedro, tampak berpikir keras.
"Tidak apa, Tuan Pedro. Menantu saya ini memang lebih sering berada di rumah putra saya. Ini kali pertama dia keluar dan membantu saya di kantor," jelas Antonio sambil mengambil tempat duduknya.
"Kalau begitu, mari kita mulai pertemuan ini," lanjut Antonio.
Silvia segera menjalankan tugas-tugasnya sebagai asisten. Namun, sepanjang rapat, ia merasakan tatapan intens Pedro yang tak pernah lepas darinya. Pria itu seolah mencari-cari reaksi aneh atau gelagat mencurigakan.
...Silvia tentu saja tidak akan memberikan Pedro apa yang diinginkannya. Ia bekerja dengan tenang dan profesional, tanpa menunjukkan emosi atau keanehan sedikit pun. ...
(Bersambung)
Please Author,
jangan sampai Silvia/Silviana disekap atau dilecehkan sama di Pedro Blekok...