NovelToon NovelToon
Kita, Tanpa Aku

Kita, Tanpa Aku

Status: tamat
Genre:Komedi / Perjodohan / Nikahmuda / Cintamanis / Patahhati / Tamat
Popularitas:416.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hana Hikari

Terbelenggu dalam pernikahan yang tidak diinginkan, mampukah pernikahan itu bertahan?

Bagaimana bila yang selalu berjuang justru menyerah saat keduanya sudah disatukan dalam ikatan suci pernikahan?

“Cinta kita seperti garis lurus. Bukan segitiga atau bahkan persegi. Aku mencintai kamu, kamu mencintai dia dan dia mencintai orang lain. Lurus kan?” ucap Yuki dengan tatapan nanar, air mata yang mulai merembes tertahan di pelupuk mata. “Akan lucu dan baru menjadi bangun datar segi empat bila sosok yang mencintai aku nyatanya dicintai orang yang kamu cintai.”

“Di kisah ini tidak ada aku, hanya kamu dan kita. Bukankah kita berarti aku dan kamu? Tapi mengapa kisah kita berbeda?” Ucapan lewat suara bergetar Yuki mampu menohok lawan bicaranya, membungkam bibir yang tiba-tiba beku dengan lidah yang kelu.

Ini adalah cerita klise antara pejuang dan penolak hadirnya cinta.

*
*
*

SPIN OFF Aara Bukan Lara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Hikari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pisah? Cerai?

“Yuki? Hei..!!”

Menepuk pipi Yuki beberapa kali dengan air yang terus mengguyur, ia panik mendapati Yuki meringkuk di lantai. Air hangat yang terus mengucur tidak menyurutkan bibir Yuki untuk pucat membiru.

“Ki? Yuki? Ayo, bangun! Jangan buat aku khawatir deh!” Tukasnya yang semakin panik. Mematikan guyuran air shower, ia membalut tubuh Yuki dengan handuk miliknya. Mengangkat ala bridal style dan mendekap erat tubuh Yuki yang melemah.

“Harus gimana ini?” Gumamnya sembari meletakkan tubuh Yuki di lantai, tidak mungkin membaringkan di atas kasur dalam kondisi yang basah kuyup.

“Mama..?” Seketika matanya berbinar pada harapan Mama Agni akan membantu mengganti baju Yuki, namun langkahnya terhenti saat pintu sudah terbuka. Menoleh pada Yuki yang tergeletak, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Mana mungkin ia lupa jika akan dicerca banyak pertanyaan.

Mengambil keputusan ekstrim, ia menutup dan mengunci pintu. Menarik selimut dan membelit tubuh Yuki sedemikian rupa, perlahan dan dalam tempo yang lama satu per satu pakaian basah Yuki lolos dari balik selimut yang mulai menyerap rembesan air dari baju, badan dan lantai.

“Eugh..”

Terbangun dengan linglung, Yuki meraba sisi kiri kasur yang dingin. Merasa aneh dan seolah ada yang lain pagi hari itu. Kepalanya terasa berat ditambah badannya pegal dan sakit. Belum lagi tenggorokannya yang terasa panas, bahkan uap yang keluar dari mulutnya lebih menghangat. Padahal seingat Yuki dirinya baru saja sembuh dari demam dan pilek.

“Aneh.” Gumam Yuki yang melihat sisi kirinya kosong. Biasanya ia akan bangun terlebih dahulu dan mendapati punggung yang membelakanginya.

Meskipun mereka tidur sekamar bahkan di ranjang yang sama tanpa pembatas sekalipun, tapi percayalah alam bawah sadar keduanya secara reflek membangun dinding semu yang kokoh. Pernah sekali Yuki yang kelewatan, itu juga hanya menendang betis sang suami saat merasa ada benda asing tersentuh ujung kakinya.

“Tumben udah bangun orang itu masih jam segini.” Ucap Yuki dengan ponsel di tangannya, menatap penunjuk waktu yang tertera di layar kunci ponsel miliknya.

Menurunkan kaki menyentuh lantai yang dingin, Yuki bergegas untuk melaksanakan ritual paginya, tentu saja buang air kecil sebelum mandi. Berjalan dengan gontai, Yuki semakin merasa ada yang aneh dari tubuhnya.

"Ap-apa ini?"

Terbelalak memegangi dada nya yang hanya berlapis sehelai kain, Yuki menurunkan pandangannya. Sebuah kaos hitam jumbo melekat di tubuhnya, menutupi seperempat paha.

Meraba ke bagian bawah, Yuki semakin terbelalak. “AARRRGGGHHHH…!!!” Jerit Yuki sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam telapak tangan.

Brak..!

“Kenapa??” Tanya seorang laki-laki yang sejatinya pemilik kamar itu. Nafasnya tersengal karena berlari kencang menaiki anak tangga, terperanjat pada teriakan Yuki yang tiba-tiba menggema hingga terdengar di lantai bawah.

“DASAR MESUM!!! CABUL!!! PERGI...!!!” Teriak Yuki sekuatnya hingga urat lehernya menonjol. Menghardik dengan jari telunjuk yang mengacung penuh amarah.

Mengabaikan teriakan dan gerakan histeris Yuki, ia melangkah mendekat, membekap bibir Yuki yang siap mengumpat kepadanya. Menghembuskan nafas kasar dan menahan perih yang mendera, ia berbisik tepat di daun telinga Yuki. “Jangan berisik!! Aku bisa jelasin semuanya.”

“Mmmptt!!” Yuki memberontak, tangannya seolah siap beradu di ring tinju, terus mencakar ganas punggung tangan yang membekap bibirnya. Meski tenaganya kalah kuat saat tubuhnya pasrah ditarik paksa masuk ke dalam kamar mandi.

“Kamu bisa jadi perempuan lebih lembut lagi gak sih!?” Pertanyaan itu terlontar bersamaan dengan kekesalan membuncah. Tanpa menjawab, Yuki hanya memandangnya dengan dengusan kasar yang menyertai sorot mata nyalang bercampur kilatan amarah.

“Ck! Aku gak ngapa-ngapain kamu.” Selorohnya dengan decakan frustasi, membuang pandangan ke arah wastafel. Mata itu sempat bergetar saat tidak sengaja menatap penampilan Yuki yang sudah semalaman ia coba abaikan.

“Kalau kamu gak ngapa-ngapain aku, ken-kenapa.. Kenapa aku gak pakai dalaman!!??” Ucap Yuki dengan jeritan tertahan, mengepalkan kedua tangannya, menahan malu dan menghentak kasar lantai keramik kamar mandi.

“Ya itu kan badan kamu, kenapa tanya aku!?” Bukannya menjawab, kalimat itu seakan memutar balikkan pertanyaan Yuki.

“Aku tau semua itu pasti gara-gara kamu!! Ngaku!! KAMU APAIN AKU!!????” Mendesak geram, Yuki menunjuk sosok menyebalkan yang belum juga mau menatapnya.

“Please, percaya sama aku.” Intonasi suara itu merendah dengan wajah memelas, ia bingung harus berkata jujur atau merangkai kebohongan yang bisa menyelamatkan dirinya dari omelan Yuki.

“Apa yang bisa aku percaya dari kamu!? Gak ada..” Ucap Yuki sendu, teringat segala hal menyakitkan yang terus ia dapatkan. Perkataan dan sikap yang tidak bisa Yuki tebak selalu berhasil mengoyak keteguhan hati Yuki untuk terus berjuang akan cintanya.

“Tapi intinya aku gak ngapa-ngapain kamu. Bahkan aku tidur di kamar tamu.” Menghela nafas kasar, ia juga bingung harus bertindak seperti apa lagi.

Memicingkan matanya, Yuki tetap yakin pasti ada sesuatu yang terjadi. Namun Yuki sendiri tidak yakin, ia hanya ingat menangis tersedu di bawah guyuran air hangat, setelah itu ia lupa apa yang terjadi. “Aku gak percaya. Kamu pasti udah macam-macam ke aku kan!?”

“Lebih baik sekarang kamu pakai baju yang bener dulu deh!” Dengusnya kesal, membalikkan badan berniat keluar dari kamar mandi.

“Ngapain kamu suruh aku pakai baju yang bener kalau aku dikunci di sini!!?? Kamu pasti mau macam-macam kan!?” Teriakan Yuki menghentikan langkah sang suami yang sudah dibuat kesal, padahal matahari baru mulai mengintip.

“Nuduh mulu ya kamu. Aku cuma gak mau kamu teriak-teriak lagi. Kamu mau Mama sama Papa naik dan lihat kondisi kamu? Terus nanti kalau ditanya kamu tuduh aku macam-macam sama kamu?” Ucapnya ketus.

“Kalau iya kenapa!? Takut kan kamu!!?” Ucap Yuki sambil melipat tangannya, menatap sengit sosok yang berkali-kali menghembuskan nafas berat.

“Sadar Yuki. Kita ini suami istri, bisa-bisa Mama dan Papa curiga tentang hubungan kita.”

“Lebih baik hubungan ini cepat ketahuan dan selesai.”

“Maksud kamu apa?” Pertanyaan itu terdengar ketus, namun sarat akan perasaan tidak terima.

“Ya selesai, kita pisah, CE-RAI!!” Tukas Yuki sambil menekan kata ‘cerai’ dengan mantap.

"Pisah? Cerai?" Tertawa hampa, ia menatap lekat sepasang manik mata Yuki. “Jangan pernah kamu bilang kayak gitu lagi!” Ucapnya pada Yuki dalam suara rendah penuh perintah, matanya menatap tajam Yuki yang tersenyum miring.

“Harusnya kamu senang. Kita pisah, kamu bebas sama Kak Alia.” Ucap Yuki dengan hati tercabik, ia tidak ingin melepas statusnya dengan mudah. Yuki tidak boleh kalah, namun bertahan dalam ikatan yang hanya terlihat indah di atas kertas berlabel sah di mata hukum benar-benar memilukan.

“Alia udah menikah.” Ucapan singkat itu meninggalkan bekas luka mendalam di hati Yuki. Sosok yang sudah menghilang dari pandangan Yuki hanya menutup pintu kamar mandi, namun mengapa membuat nafasnya tercekat?

Sakit. Rupanya hanya karena Alia sudah menikah, bukan karena sebuah rasa sudah tumbuh untuk Yuki. Sedangkan sosok yang baru saja menutup pintu meremas dada nya yang terasa sakit, bukan mengingat Alia yang ia cintai, namun sebulir air mata Yuki yang menetes. Ia bingung mengapa dirinya selalu merasa berbeda jika bersama Yuki.

"Hiks.. Hiks.. Huuuuuu.. Huuu.. Huu.." Tangis Yuki kencang hingga terdengar oleh sosok yang masih menempelkan punggungnya di balik pintu kamar mandi.

...****************...

*

*

*

Ada apa ini sebenarnya?🙁

Jika ada yang merasa bosan karena sosok S-U-A-M-I (laknat) belum terpecahkan, mohon maaf ya, sabarin aja😆

1
Yuyun ImroatulWahdah
😭😭😭😭
Yuyun ImroatulWahdah
menarik🤔😊😁
Dewi Murni
saka dong suaminya
Indra Fatiria
usahain Yuki bercerai dari Keven, laki2 GUOBLOKKKKK
Indra Fatiria
Tolong Yuki harus meninggalkan suaminya, suami gk punya otak, suami guoblok
Indra Fatiria
kapan Yuki gugat cerainya
Indra Fatiria
bisa gk belut licin itu matikkkkk aja
Indra Fatiria
emang suami Yuki gk punya nama ya
Sedang mengetik...
masih saling cinta tapi keduanya harus merelakan cinta itu berakhir
Sedang mengetik...
nah Nita ketahuan kerja sama om om
Sedang mengetik...
sulit kali ya berada di posisi Dion.. cinta bertepuk sebelah tangan yg lebih parahnya lagi orang itu akan jadi adik ipar
Sedang mengetik...
gimana kev rasanya cemburu enak gak .. mamam tuh cemburu... cemburu mu udah telat... dari kemaren kemana aja.. sekarang Yuki bukan milik mu lagi.. jdi gak usah cemburu
Sedang mengetik...
baca judulnya aku tdi bingung... ehh ternyata oh ternyata....
Sedang mengetik...
setidaknya masih ada kenangan manis yg bisa di ingat sebelum perceraian terjadi
Sedang mengetik...
ada lega tapi rasa sesak itu juga ada
Sedang mengetik...
kev kamu tuh harus bisa bedakan mana yg sedang kamu perjuangan dengan yg tidak,, mana janjimu yg mengatakan hanya ada kita berdua pada Yuki dulu.. nyatanya sekarang kamu masih mendahulukan Alia dari pda yuki
Sedang mengetik...
Keven bodoh selalu saja tertipu dengan sandiwara Alia
Sedang mengetik...
bilang aja kamu juga iri kan dim... kamu juga berharap bisa romantis tomantisan kan sama Yuki
Sedang mengetik...
kadang kala orang lain emang lebih peka dari pda diri kita sendiri
Sedang mengetik...
kasian loh Yuki sebenarnya dia dah nikah tapi belum pernah merasakan roti sobek makannya sampai kebawa mimpi gtu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!