NovelToon NovelToon
The Land Of Methera

The Land Of Methera

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>

___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.

Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pohon Penjaga Abadi! Para Peri

Dengan langkah ragu, Alourra menghampiri sosok Graclle yang kini berdiri di hadapan pintu misterius itu.

“Letakkan telapak tangan kananmu di tengah pintu,” perintah Graclle.

Meski bingung, Alourra menuruti instruksi itu. Begitu telapak tangannya menyentuh permukaan pintu, simbol-simbol sihir yang tadinya redup mulai bersinar. Cahaya keemasan merayap dari ukiran itu, berpendar indah, hingga akhirnya seluruh pintu berubah wujud menjadi sebuah portal berwarna biru yang berputar pelan, memancarkan aura magis yang luar biasa.

Alourra menatap takjub, bibirnya terkatup rapat.

“Masuklah, Alourra,” kata Graclle tenang.

Dengan langkah hati-hati, Alourra melangkah melewati pusaran cahaya itu. Seketika tubuhnya diselimuti energi dingin, dan dalam sekejap ia merasa terlempar ke tempat lain.

Saat kesadarannya kembali, ia mendapati dirinya berada di lorong yang panjang dan gelap. Dinding-dinding kayu menjulang di sekelilingnya, udara lembap, dan aroma tanah bercampur lumut menusuk hidung.

“Berjalanlah lurus ke depan,” suara Graclle terdengar dari depan, mantap dan meyakinkan.

Alourra mengikutinya, meski perasaan cemas dan takjub terus bercampur di dadanya. Kakinya menyentuh sesuatu yang keras, ranting-ranting kering yang berderak setiap kali ia melangkah.

“Graclle… kita ada di mana?” tanyanya lirih.

Graclle menoleh sedikit, bibirnya melengkungkan senyum samar. “Kita berada di dalam Pohon Penjaga Abadi.”

“Di dalam… pohon?” Alourra menatap Graclle dengan sorot penuh rasa ingin tahu.

Graclle meliriknya sekilas sambil melangkah mantap. “Aku sudah pernah bilang, Hutan Kabut Peri memilih sendiri siapa yang layak dipilih.”

Alourra mengerutkan kening. “Maksudmu?”

“Iya, Alourra. Kau adalah salah satu yang dipilih oleh hutan ini,” jawab Graclle, menatap jalan setapak yang memanjang bagai tak berujung di depan mereka.

Suara Graclle bergaung lembut di antara dinding kayu raksasa. “Orang biasa tak akan bisa melihat apa yang kau lihat sekarang. Bahkan jika mereka berhasil menjejakkan kaki di tempat ini, pandangan mereka hanya akan menampilkan hutan biasa, kabut tebal, dan sebuah pohon besar yang tampak menyeramkan. Tapi, jika ia orang yang dipilih… maka ia akan melihat dunia seperti yang kau lihat saat ini.”

Alourra menelan ludah. “Begitu… jadi meskipun aku membawa seseorang ke sini, ia tak akan melihat apa yang kulihat?”

Graclle mengangguk tipis. “Benar. Itulah mengapa, meskipun kau menceritakan hal ini kepada orang lain, mereka akan sulit percaya pada sesuatu yang tak dapat mereka lihat dengan mata mereka sendiri.”

Alourra melangkah pelan di atas jalan setapak yang kini berubah menjadi batu-batu berlumut. “Kenapa tempat ini begitu dijaga? Seperti apa sebenarnya tempat ini?” tanyanya, suaranya nyaris lirih ketika hembusan angin lembut menyentuh rambutnya.

Graclle tersenyum samar. “Kau akan melihatnya sendiri.”

Tiba-tiba Graclle berhenti. “Alourra,” panggilnya pelan.

“Ada apa, Gra—” Alourra terdiam. Kedua matanya membelalak melihat pemandangan yang tersingkap di hadapannya.

Mereka berdiri di sebuah ceruk raksasa yang menyerupai lubang alami di dalam pohon. Dari atas, cahaya matahari menembus melalui sebuah celah besar, memandikan tempat itu dengan sinar keemasan yang jatuh di antara dedaunan. Bunga-bunga bermekaran di sepanjang dinding pohon, memancarkan warna-warna indah, dan aroma lembut memenuhi udara. Angin semilir mengalun pelan, membuat kelopak bunga menari.

“Kita… berada di dalam lubang?” suara Alourra bergetar, tak percaya pada keindahan yang ia lihat.

“Benar,” jawab Graclle singkat.

Alourra menatap celah di atas kepala mereka. “Apa itu jalan keluarnya?” tanyanya tak yakin.

Graclle mengangguk. “Dengan sihir,” ucapnya sambil mengangkat telunjuk.

Sekejap kemudian, akar-akar besar yang semula melingkar diam mulai bergerak, menjulur ke atas seperti tangga hidup. Akar itu melingkari tubuh mereka, lalu perlahan mengangkat mereka ke atas.

“Waah…” desah Alourra, kedua matanya berbinar kagum. “Tempat ini… benar-benar indah.”

Belum sempat ia melepaskan rasa takjubnya, suara asing terdengar.

“Wah-wah, ada siapa itu?” terdengar lirih, disusul suara lain yang tak kalah riang.

“Kita kedatangan tamu!”

“Aku tahu dia! Aku tahu dia!” Suara ketiga muncul, kali ini terdengar begitu bersemangat.

Alourra menoleh ke sekeliling, mencari-cari sumber suara. Namun yang tampak hanyalah cahaya-cahaya berpendar samar.

“Aku tahu dia… dia Graclle!” suara kecil itu datang lagi, kali ini diikuti riuh rendah sorakan lain.

Alourra melirik Graclle yang hanya berdiri tenang, tersenyum seakan semua ini bukan hal yang asing baginya.

“Aaa… Graclle datang! Graclle datang!” teriakan kecil itu bergema.

“Siapkan sambutan yang meriah untuk sang penyelamat kita, Graclle!” suara lain menyahut.

Alourra semakin bingung. “Suara siapa dan darimana itu…?” gumamnya pelan.

Salah satu suara kecil kembali terdengar, “Graclle, siapa yang bersamamu itu?”

Graclle menoleh ke arah cahaya-cahaya yang kini berputar semakin dekat. “Kalian tak perlu bersembunyi begitu. Perkenalkan, ini Putri Alourra, orang yang dipilih oleh Hutan Kabut Peri.”

“Ah… benarkah?” sahut sebuah suara, dan tiba-tiba muncul satu, dua, tiga… puluhan bahkan ratusan cahaya keemasan berterbangan di sekitar mereka. Cahaya itu berpendar indah, melayang-layang bak bintang yang turun ke bumi.

Alourra terpana. Cahaya-cahaya itu kemudian membentuk wujud: makhluk-makhluk mungil bersayap, berwajah elok, tubuhnya tak lebih besar dari telapak tangan manusia. Mereka mengelilingi Alourra dengan tawa riang, menciptakan pemandangan yang begitu memukau.

“Selamat datang di Hutan Kabut Peri,” ujar salah satu dari mereka dengan suara seindah denting lonceng.

“Ka… kalian ini… apa?” tanya Alourra dengan suara bergetar, matanya tak berkedip menatap makhluk-makhluk mungil itu.

Salah satu dari mereka mendekat, hinggAp di jari Alourra yang terulur. Alourra mendekatkan jarinya ke wajahnya, mengamati makhluk itu dengan mata terbelalak.

“Halo, Putri Alourra. Perkenalkan, aku Twingki. Kami adalah ras Peri,” ucapnya sambil tersenyum manis.

“Peri…?” desis Alourra, nyaris tak percaya.

“Ya. Kau pasti belum pernah melihat kami sebelumnya,” kata Twingki, mengepakkan sayap mungilnya. “Kami menutup diri dari manusia dan ras lainnya. Kami tinggal di sini untuk melindungi diri dari mereka yang berbuat jahat. Jadi… kalau kau bisa masuk ke sini, berarti kau orang baik.”

“Betul sekali!” timpal makhluk kecil lain dengan tubuh bulat gempal, sambil mengunyah buah yang dipegangnya. “Halo, Alourra! Aku Bony. Aku suka makan!” ujarnya dengan suara ceria.

“Ah! Maafkan dia, Putri. Dia temanku,” kata Twingki sambil memandang Bony dengan tatapan sebal.

Graclle tertawa kecil. “Baiklah, cukup sambutannya, Twingki yang manis.”

“Oh! Iya, aku hampir lupa!” Twingki tersipu, lalu melayang menjauh.

“Ikuti aku!” serunya kemudian. “Mari kita buat pesta penyambutan untukmu!”

Dengan riang, para peri lain ikut bersorak sambil beterbangan mengitari mereka, membawa cahaya keemasan yang membuat udara di sekitar tampak seperti lautan bintang yang hidup.

...· · ─ ·𖥸· ─ · ·...

1
anggita
like👍 iklan👆, moga novelnya lancar.
anggita
iri 😏
anggita
visualisasi gambar tokoh dan latar belakang tempatnya bagus👌
Nanachan: wah trimakasih banyak kak, jadi makin semangat 🫰🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!