Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.
Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.
Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.
Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.
Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 | Centang Dua Abu-Abu
Dalam ruangan kerja yang bernuansa putih, hawa dingin dan aroma khas yang bersih steril. Pukul sebelas malam, Indra masih berjibaku dengan lembar laporan dan berkas-berkas.
Tenang, sunyi dan teliti. Selain ingar-bingar luar ruangan, denting jarum jam dinding dan deru napasnya. Indra begitu menantikan pesan balasan dari istrinya, pesan yang dikirim dari pagi setelah mengantar Catherine ke kantor sampai ia akan selesai bekerja, tak kunjung mendapat respon.
Catherine, dari dulu dia memang begitu. Makanya, orang-orang yang sudah kenal dekat dengan Catherine akan langsung menelepon daripada mengirim pesan. Sudah slow respon, online tapi tidak dibaca atau seharian bisa offline, parahnya kirim pesan abad kapan dibalas ketika pengirim pesan bahkan lupa chat ke dia apa ...
Ketika kerjaannya selesai, tinggal memeriksa ulang, dia diam sejenak. Mengambil benda pipih itu dan membuka nomor WA istrinya yang disematkan plus dengan emot cinta.
Indra:
| Mah, semangat ❤️
| Maafin Papah, yah?
| Kata Bi Sumi Mamah belum sempat makan malam apapun sepulang kerja, Papah gatau ... Kirain Mamah udah makan ...
| Maaf banget, semalaman maksa Mamah buat HB dalam perut kosong padahal Mamah punya gerd, maafin Papah, yah?
| Mah, pulang kerja nanti, mau dibawain makanan atau minuman apa? List ya, nanti Papah beliin sebagai permintaan maaf
| Atau ... Mamah lagi ke pengen tas, sepatu apa perhiasan yang model gimana? Kirim aja contohnya lewat poto ya Mah
Usai membaca ulang pesannya yang masih centang dua abu-abu, Indra membuang napas berat. Istrinya aktif data selulernya, hanya tidak membuka aplikasi WA seharian.
Catherine punya dua nomor, satu WA pribadi yang ini dan WA bisnis yang sering menjadi tempatnya online bahkan hampir sepanjang hari, di sana fast respon dan selalu stand by terkait urusan pekerjaannya.
Suara ketukan pintu mengembalikan kesadaran Indra, "Masuk."
Lelaki muda dengan tubuh sedang, berkacamata dan tampak cupu, berjalan ke depan meja Indra.
Dia gugup, tetapi memberanikan diri untuk menatap langsung ke wajah dokter pembimbingnya itu, yang langsung membuatnya kicep. Jantung Antonius berdegup tak karuan.
"Selamat malam, Pak Indra. Maaf menganggu dan minta wakt─"
"Langsung saja ke intinya, mau apa?" balas Indra tanpa melihat ke arahnya, berkutat menyelesaikan pekerjaannya.
Antonius dengan hati-hati menaruh map berisi surat permohonan tertulis, dia berkata, "Ini Pak. Saya, Antonius Liem dan teman koas saya, Anita Fitriani Lestari, meminta izin untuk tukar shif buat besok ..."
Gerakan Indra terjeda, dia mengambil map itu. Memeriksa sambil mengamati wajah tegang Antonius.
"Bohongi saya?"
"Mau bolos buat pacaran yah?"
"Anak muda banyak akal "
Praduga-praduga dipikiran Indra, dia tersenyum tipis.
" ... dikarenakan yang bersangkutan sepulang shift pagi hari ini mengalami musibah kecelakaan motor yang menyebabkan luka bakar lumayan di betis kiri. Besok Fitri jadwal shift siang dan saya pagi, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan terjad─"
Antonius mengoceh seperti radio rusak. Suaranya bising, tidak enak didengar dan nyerocos tanpa henti seperti aktor monolog di panggung sandiwara.
"Oh ... Nak Antonius ini naksir Dik Fitri, yah?"
Skakmat!
"Hah?" Antonius membeku dengan mulutnya yang menganga. Salting.
Ketahuan deh~
"Anu ... Ini Pak, jadi sekiranya apa Bapak Indra akan memberi izin?" tanyanya penuh harap kepada dokter pembimbing, yang dijuluki 'Raja Sulit' di antara yang lain dan perfeksionis parah.
Indra tak lagi dongkol seperti tadi, dia malah merasa terhibur karena menyadari ternyata anak koas bimbingannya ada yang diam-diam butterfly era.
Indra tersenyum hangat dan berkata, "Jika memang dengan kondisi seperti itu, Dik Fitri kekeh buat tidak mengambil izin sakit saja dan kalian sudah sepakat buat tukar shift, saya izinkan."
Bagaikan oasis dalam hamparan gurun gersang, muka Antonius naik setingkat lebih cerah. Rambut seperti puting beliung, pakaian acak-acakan dan muka letih yang begitu ketara, tidak menutupi hatinya yang sedang berbunga-bunga.
"Terima kasih, Pak Indra."
"Sampai segitunya, yah? Emang saya semengerikan apa di benak anak-anak koas itu? Monster kah saya ini?" batin Indra, mengernyit.
"Sudah mau jam pulang, Nak Antonius. Besok kamu ganti shift sore, kan? Lekas berkemas, hati-hati di jalan dan langsung istirahat."
"Baik, Pak, permisi ..."
Setelah Antonius pamit, ruangan itu kembali seperti awal. Dingin dan sepi. Ting! Iklan dari Shopee, bukan notifikasi pesan Catherine.
"Sesibuk itu 'kah kamu, Mah? Sampai pesan Papah tidak dibaca juga, atau setelah sejauh ini, Mamah masih tetap tidak mencintai Papah?" lirihnya, nyeri ke ulu hati sekaligus kecewa pada dirinya sendiri.