NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2: Jejak Dosa yang Manis

Ayana menelan ludah, seluruh tubuhnya menegang di bawah tatapan Arfan yang intens.

Pikirannya kosong, hanya menyisakan getaran aneh dari sentuhan jemari pria itu yang masih terasa di pergelangan tangannya. Aroma maskulin Arfan mengisi paru-parunya, campur aduk dengan aroma kertas dan kopi di ruang rapat.

Sebuah deham dari Pak Danu, kepala divisi keuangan, menyadarkan mereka. Rapat harus segera dimulai. Arfan menarik tangannya, senyum tipis kembali merekah di bibirnya, namun matanya masih memancarkan janji tersirat yang membuat Ayana berdebar tak karuan.

Sepanjang rapat, Ayana berusaha mati-matian untuk fokus. Ia mempresentasikan laporan penjualan kuartal ini dengan data yang solid, menjawab pertanyaan dengan sigap, mencoba tampil profesional seperti biasanya.

Namun, sulit. Sesekali, matanya tak sengaja bertemu dengan mata Arfan. Pria itu duduk di ujung meja, menyimak setiap detail, sesekali mengangguk, namun tatapannya pada Ayana selalu lebih dalam dari sekadar apresiasi profesional.

Ada sesuatu yang tak terkatakan, sebuah magnet yang menarik Ayana, mengganggu konsentrasinya. Di sisi lain meja, Vina, rekan kerjanya di divisi pemasaran, tampak mengamati. Ayana bisa merasakan tatapan tajam Vina yang penuh selidik, seolah-olah Vina tahu ada sesuatu yang tidak beres.

Ayana mencoba mengabaikannya. Ia mengingatkan dirinya sendiri tentang mendiang suaminya, tentang putrinya yang menunggu di rumah. Ia adalah Ayana, janda Almarhum Daniel, ibu dari Maya. Ia tidak bisa terhanyut oleh pesona semu Direktur Arfan, paman dari mendiang suaminya sendiri.

Rapat berakhir. Satu per satu peserta berdiri, merapikan berkas, dan berpamitan. Ruangan perlahan kosong, menyisakan Ayana yang masih membereskan laptopnya dengan gerakan lambat, dan Arfan yang tetap duduk di kursinya, seolah sengaja menunggu.

Jantung Ayana berdegup lebih kencang. Ini dia. Momen yang ia takutkan sekaligus ia nantikan.

Vina, yang terakhir keluar, berhenti di ambang pintu. Ia menoleh ke arah Ayana, lalu ke Arfan, dengan senyum tipis yang terasa dingin. “Jangan sampai kemalaman, Bu Ayana. Besok pagi masih ada evaluasi stok,” katanya, suaranya mengandung nada peringatan yang samar.

“Baik, Bu Vina. Terima kasih,” jawab Ayana, mencoba terdengar normal. Ia bisa merasakan aura permusuhan halus dari Vina. Rasanya Vina memang tidak menyukainya, atau mungkin, tidak menyukai kedekatan yang baru saja ia saksikan antara dirinya dan Arfan.

Vina akhirnya pergi, meninggalkan Ayana dan Arfan berdua dalam keheningan yang menyesakkan.

Arfan berdiri, berjalan pelan mengelilingi meja, mendekati Ayana. Gerakannya tenang, namun setiap langkahnya seolah menghisap udara di sekitar Ayana, membuatnya sulit bernapas. Ia berhenti tepat di samping Ayana, begitu dekat hingga Ayana bisa merasakan kehangatan tubuhnya.

“Sudah selesai?” Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan di telinga Ayana. Bulu kuduk Ayana merinding. “Bagus sekali presentasimu hari ini, Ayana. Selalu detail dan tepat sasaran.”

Ayana memaksakan diri tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak Arfan. Itu tugas saya.”

“Bukan hanya tugas, Ayana. Itu adalah bakat,” Arfan mengoreksi, suaranya lembut. “Daniel beruntung memilikimu. Dia tahu cara memilih orang yang tepat untuk menemaninya membangun perusahaan ini.”

Penyebutan nama Daniel, mendiang suaminya, membuat Ayana sedikit tersentak. Rasa bersalah tiba-tiba mencubit hatinya. Ini paman suaminya. Pria ini adalah bagian dari keluarga yang telah menerima Ayana setelah kepergian Daniel.

“Terima kasih, Pak Arfan. Tapi, ada yang ingin Bapak bicarakan secara khusus?” Ayana mencoba mengalihkan, mengembalikan fokus ke ranah profesional. Ia harus menarik garis tegas.

Arfan terkekeh pelan, suaranya serak dan hangat. “Terburu-buru sekali, Sayang?”

Panggilan ‘Sayang’ itu bagaikan sengatan listrik. Mata Ayana membulat. Ia mengangkat kepala, menatap Arfan, mencari jejak canda di mata pria itu. Namun yang ia temukan hanyalah gairah yang membara, dan sesuatu yang lebih gelap, lebih posesif.

“Pak Arfan…” Suara Ayana tercekat. Ia mencoba menjauh, namun Arfan sudah memutar tubuhnya, menghadap langsung Ayana, menjebaknya di antara meja dan tubuhnya yang kekar.

“Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Ayana,” bisik Arfan, suaranya berubah serius, namun intonasinya tak sedikit pun mengurangi intensitasnya. “Bagaimana kau dan Maya? Kalian punya semua yang dibutuhkan?”

Ayana mengangguk pelan, otaknya kesulitan memproses pertanyaan Arfan di tengah kedekatan yang memabukkan ini. “Kami baik-baik saja, Pak. Perusahaan sudah sangat membantu saya.”

“Aku tahu.” Arfan mengangkat tangannya, jemarinya yang panjang dan hangat menyentuh pipi Ayana dengan sangat hati-hati, seolah takut pecah. Sentuhan itu ringan, namun membakar. “Tapi bantuan dari perusahaan itu… tidak cukup, kan? Sebagai paman Daniel, aku merasa punya tanggung jawab lebih.”

Jantung Ayana berdebar tak karuan. Ada yang salah dengan percakapan ini. Ini bukan lagi tentang pekerjaan, atau bahkan tanggung jawab keluarga. Ada intensitas yang berlebihan dalam sorot mata Arfan, dalam sentuhannya.

“Pak Arfan, saya…” Ayana mencoba protes, namun kata-katanya tertelan ketika ibu jari Arfan mengusap lembut tulang pipinya, lalu turun perlahan, menyusuri garis rahangnya yang tajam.

“Ayana…” Suara Arfan semakin rendah, nyaris tak terdengar. Matanya menatap bibir Ayana, lalu kembali ke matanya, seolah meminta izin. Ada keraguan singkat di sana, namun lebih banyak tekad.

“Aku tahu ini mungkin salah.” Ia mengakui, sebuah pengakuan yang membuat Ayana tersentak. “Tapi sejak Daniel pergi, dan kau datang ke perusahaan ini… aku tak bisa berhenti memikirkanmu.”

Pengakuan itu meledak seperti kembang api di dalam benak Ayana. Sebuah pengakuan terlarang, dari paman mendiang suaminya, kepada jandanya. Rasanya salah, sangat salah. Namun, entah kenapa, ada sebagian dirinya yang merasakan desiran aneh, sebuah kelegaan yang mengerikan.

“Aku… aku tidak mengerti, Pak Arfan,” Ayana tergagap, mencoba menyangkal perasaan yang perlahan merayap naik. Ia harus menolaknya. Ia harus menjauh.

Arfan menggeleng pelan, senyum tipis muncul lagi, kali ini lebih pahit. “Tidak perlu pura-pura tidak mengerti, Ayana. Tatapanmu… setiap kali mata kita bertemu, aku tahu kau merasakan hal yang sama.”

Ayana tersentak. Apakah sejelas itu? Apakah tatapan matanya selama ini telah mengkhianati pertahanan dirinya?

“Tidak. Itu tidak benar,” Ayana bersikeras, meskipun suaranya lebih seperti bisikan. Panas menjalar di wajahnya. Ia berusaha mendorong Arfan menjauh, namun tangan Arfan kini telah menangkup pipinya, menahan wajahnya dengan lembut namun tegas.

“Dengar, Ayana,” bisik Arfan, mencondongkan tubuhnya semakin dekat. Hidungnya nyaris menyentuh hidung Ayana. Napasnya hangat, membelai kulit Ayana. “Aku tahu kau wanita terhormat, istri dari keponakanku. Tapi takdir kadang punya rencana yang lebih rumit.”

“Aku melihat kesepian di matamu,” lanjut Arfan, suaranya menghipnotis. “Aku melihat beban yang kau pikul sendiri. Dan aku melihat gairah yang kau kubur dalam-dalam.”

Ayana memejamkan mata, memohon agar kata-kata itu berhenti, memohon agar dirinya bisa menghilang. Gairah yang ia kubur dalam-dalam… bagaimana Arfan bisa melihatnya?

“Buka matamu, Ayana,” perintah Arfan, lembut namun mutlak. Ayana menurut, matanya terbuka perlahan, langsung bertemu dengan tatapan Arfan yang membakar.

“Aku bisa memberimu apa yang tidak bisa diberikan Daniel lagi. Apa yang kau butuhkan sebagai seorang wanita,” bisik Arfan, jempolnya mengusap sudut bibir Ayana. Sebuah isyarat yang begitu vulgar, namun entah mengapa, Ayana tak mampu menolak.

Napas Ayana tercekat. Seluruh logikanya berteriak bahaya, namun tubuhnya, jiwanya yang kesepian, merespons sentuhan dan kata-kata Arfan dengan cara yang mengerikan, cara yang memabukkan.

“Jangan terlalu cepat menolak, Ayana,” Arfan melanjutkan, suaranya melunak, namun matanya semakin dalam. “Biarkan aku menunjukkan padamu… betapa manisnya dosa yang bisa kita rasakan bersama.”

Arfan memiringkan kepalanya, matanya terkunci pada bibir Ayana, dan Ayana tahu. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia harus mendorongnya. Ia harus berteriak. Tapi bibirnya terasa terkunci, jantungnya berpacu gila, dan ada sesuatu dalam dirinya yang secara tak sadar, menginginkan sentuhan itu.

Ia bisa merasakan napas Arfan di bibirnya. Selangkah lagi. Satu dorongan kecil, dan ia akan aman. Tapi tubuhnya menolak bergerak. Dan saat Arfan menutup jarak itu, Ayana tidak melawan, bahkan ketika bibir pria itu menyentuh bibirnya, lembut, lalu perlahan menekan, menuntut lebih.

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!