Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Tabib Dewa
Di kursi goyang rotan, seorang kakek tua berjanggut putih panjang sedang tertidur sambil memegang botol arak murah. Pakaiannya lusuh penuh tambalan.
"Kakek! Bangun! Aku pulang!" seru Xian'er.
Kakek itu tersentak kaget, hampir jatuh dari kursi.
"Hah?! Apa?! Siapa yang sakit?! Bayar sekarang di muka!" racau Kakek itu. Matanya masih merah karena mabuk.
Ini adalah Gu Shan (Tabib Dewa). Mantan legenda dunia medis yang mengasingkan diri.
"Kakek ih! Malu-maluin ada tamu!" omel Xian'er.
Gu Shan mengucek matanya, lalu melihat Ye Chen. Matanya yang tadinya buram karena alkohol, tiba-tiba menajam setajam silet saat melihat aura Ye Chen.
'Pemuda ini... Qi Darahnya kuat sekali seperti Naga. Dan aura di sekelilingnya... dia baru saja membunuh orang?' batin Gu Shan waspada.
"Siapa bocah ganteng ini, Xian'er? Pacarmu? Atau penagih utang?" tanya Gu Shan, kembali pasang tampang kakek pikun.
"Bukan Kek! Ini Kak Ye Chen! Dia... dia yang menyelamatkan Xian'er tadi di pasar! Dan dia membelikan ini!"
Xian'er mengeluarkan kotak kayu berisi Bunga Api Penyucian.
Mata Gu Shan melotot. Dia menyambar kotak itu dengan kecepatan kilat.
Wush!
Dia membukanya. Hawa panas menyembur keluar.
"Gila! Bunga Api Penyucian 500 tahun?!" teriak Gu Shan histeris. "Xian'er! Kamu jual ginjal siapa buat beli ini?! Atau jangan-jangan kamu... kamu jual diri?!"
Gu Shan menatap Xian'er dengan horor, lalu menatap Ye Chen dengan tatapan ingin membunuh. "Bocah! Apa yang kau lakukan pada cucuku yang polos?! Kalau kau menyentuhnya seujung jari saja, aku akan meracunimu sampai 'burungmu' layu seumur hidup!"
"Kakek!!!" Xian'er mukanya merah padam. "Kak Ye yang membelikannya! Dia orang yang baik!"
"Secara gratis?" Gu Shan terdiam. Dia menatap Ye Chen curiga. "Di dunia ini tidak ada yang gratis, Nak. Apalagi barang yang sangat mahal. Kecuali..."
Gu Shan mengelilingi Ye Chen, mengendus-endus seperti anjing pelacak.
"Kecuali kau naksir cucuku ya?" tuduh Gu Shan sambil nyengir kuda, memperlihatkan giginya yang kuning.
Ye Chen tertawa santai. Kakek ini cukup menarik.
"Kalau saya bilang iya, Kakek setuju?"
Gu Shan tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Jujur sekali! Bagus! Aku suka pemuda yang jujur! Daripada si Lin Feng munafik itu."
Gu Shan menepuk bahu Ye Chen keras-keras.
"Dengar Nak. Obat ini bisa menyembuhkan kakiku yang lumpuh sebelah (akibat racun dingin). Kalau aku sembuh, aku berhutang nyawa padamu. Sebagai Tabib Dewa, aku tidak suka berhutang budi."
Gu Shan menarik Gu Xian'er mendekat, lalu mendorongnya ke pelukan Ye Chen.
"Ambil saja dia, Nak! Dia pintar masak, pintar mijit, dan dia masih segel (perawan)! Jadikan istri, selir, atau pembantu, terserah! Yang penting rawat dia dan jaga dia baik-baik!"
"KAKEK!!!" Xian'er menjerit malu, menyembunyikan wajahnya di dada Ye Chen. "Xian'er bukan barang dagangan!"
Ye Chen menangkap Xian'er, merasakan tubuh mungil dan lembut gadis itu di pelukannya. Wangi herbal alami tercium dari rambutnya.
"Tawaran yang menarik, Kek," kata Ye Chen sambil tersenyum. "Tapi saya bukan orang yang buru-buru. Biar Xian'er tumbuh sedikit lagi."
"Cih, sok jual mahal," cibir Gu Shan. Dia menelan pil dari Bunga Api itu mentah-mentah (tanpa diolah, saking kuatnya dia).
Glup.
Seketika, wajah Gu Shan memerah. Asap keluar dari telinganya.
"PANAS! NIKMAT SEKALI! ENERGINYA SANGAT MANTAP!"
Gu Shan melompat-lompat di ruangan. Kaki kirinya yang tadi diseret, kini bergerak lincah. Dia melakukan gerakan silat, menendang udara.
Whus! Whus!
"Aku sembuh! Hahaha! Akhirnya aku kembali seperti semula!"
Gu Shan mendarat di depan Ye Chen. Wajahnya kini serius. Aura mabuknya hilang total, digantikan aura seorang Grandmaster.
"Ye Chen," panggil Gu Shan serius.
"Ya, Kek?"
"Kau bukan orang biasa. Aura 'Naga' di tubuhmu... dan cincin di jarimu yang berisi roh jahat itu..."
Mata Ye Chen menyipit. Kakek tua ini bisa melihat Feng Jiu di dalam cincin?!
"Kau sedang berjalan di jalan yang berbahaya. Banyak musuh yang mengincarmu. Lin Feng itu cuma kroco. Di atasnya ada Keluarga Lin, dan di belakang mereka ada sekte-sekte kuno."
Gu Shan merogoh laci mejanya, melemparkan sebuah buku tua kumal ke Ye Chen.
Tap.
Ye Chen menangkapnya. Judulnya: Kitab Jarum Ilahi Sembilan Putaran.
"Itu teknik pengobatan dan pembunuhan rahasiaku," kata Gu Shan. "Pelajari itu. Kau punya bakat yamg sangat hebat. Dengan itu, kau bisa membunuh orang tanpa meninggalkan jejak, atau menghidupkan orang yang setengah mati. Anggap saja ini mahar untuk cucuku."
[Ding!]
[Misi Rahasia Selesai: 'Mendapat Restu Tabib Dewa'.]
[Hadiah: Kitab Jarum Ilahi (Skill Medis & Assassination Level Max).]
[Afeksi Gu Xian'er: 100% (Jatuh Cinta).]
Ye Chen tersenyum puas. Dia datang hanya untuk cari obat, malah dapat calon istri, kitab dewa, dan aliansi yang kuat.
"Terima kasih, Kek. Saya tidak akan mengecewakan Xian'er."
"Bagus. Sekarang pulang sana! Kalian berduaan terus... bikin aku iri! Aku mau pergi ke bar mau cari janda sekarang!" usir Gu Shan sambil mendorong mereka keluar.
Di Dalam Mobil, Perjalanan Pulang.
Ye Chen menyetir dengan senyum di wajah. Gu Xian'er duduk di sampingnya, wajahnya masih merah, sesekali melirik Ye Chen malu-malu.
"Kak Ye..."
"Hm?"
"Kakek memang bicaranya suka ngawur... tapi... tapi ucapan kakek tadi..." Xian'er meremas roknya gugup.
"Ucapan yang mana? Yang menyuruhmu jadi istriku?" goda Ye Chen.
Xian'er mengangguk pelan, sangat pelan. "K-kalau Kak Ye tidak keberatan... Xian'er... Xian'er mau belajar jadi istri yang baik..."
Suaranya mengecil di akhir kalimat, hampir tak terdengar.
Ye Chen menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, di bawah lampu jalan yang remang.
Dia menatap gadis polos di sampingnya. Mata bulat itu menatapnya penuh harap dan cinta yang murni. Berbeda dengan Tang Bing yang penuh nafsu atau Su Yan yang butuh sandaran. Cinta Xian'er adalah cinta yang suci.
Ye Chen mengelus pipi Xian'er.
"Xian'er, menjadi wanitaku itu berat. Aku punya banyak musuh. Dan... aku juga punya wanita lain," ucap Ye Chen jujur (karena dia tidak mau membohongi gadis sepolos ini).
Mata Xian'er meredup sebentar, tapi kemudian bersinar lagi dengan tekad.
"Xian'er tahu. Pria hebat seperti Kak Ye pasti dikagumi banyak wanita. Kakek saja punya 5 istri dulu! Xian'er tidak keberatan... asalkan di hati Kak Ye ada tempat kecil buat Xian'er."
Ye Chen tertegun. Gadis ini... Adalah seorang malaikat?
"Bodoh," bisik Ye Chen lembut. "Bukan tempat yang kecil. Tapi tempat yang spesial."
Ye Chen menunduk, mencium kening Xian'er dengan lembut dan lama. Tidak ada nafsu, hanya kasih sayang.
"Tunggu sampai kau lulus sekolah, ya? Sekarang, fokus bantu Kakekmu."
"Umn!" Xian'er mengangguk penuh semangat, wajahnya cerah kembali.
Tiba-tiba, ponsel Ye Chen berbunyi.
Drrt... Drrt...
Ye Chen melihat layarnya. Nama Tang Bing (Harimau Betina) muncul.
"Halo, Partner?" jawab Ye Chen.
"Ye Chen!" suara Tang Bing terdengar panik dan napasnya terengah-engah. Ada suara tembakan dibelakangnya.
Dor! Dor!
"Bing'er? Ada apa?" Nada suara Ye Chen langsung berubah dingin dan serius.
"Gawat! Aku disergap! Markas polisi diserang!" teriak Tang Bing. "Mereka bukan manusia biasa! Mereka... mereka pakai seragam Sekte Tinju Besi! Mereka datang kemudian mulai membebaskan para tahanan dan mencari data tentangmu!"
"Bertahanlah. Aku kesana sekarang," kata Ye Chen singkat.
Dia menutup telepon.
Mata Ye Chen berubah menjadi emas membara. Senyum hangatnya pada Xian'er tadi lenyap seketika, digantikan wajah Asura (Dewa Perang).
"Xian'er, aku antar kamu pulang sekarang. Ada urusan mendesak soalnya."
"Kak Ye mau berkelahi lagi?" tanya Xian'er cemas.
"Tidak," jawab Ye Chen sambil menginjak gas dalam-dalam. "Aku mau membantai mereka semua."
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.