NovelToon NovelToon
Detektif Jola Joli

Detektif Jola Joli

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:757
Nilai: 5
Nama Author: NonaNyala

Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.

Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3: Sumbangan dan Bayangan (1)

Pagi itu Desa Warengi Jati dipenuhi riuh suara ayam, kokok jantan bersahut-sahutan dari berbagai penjuru. Udara masih segar, embun menempel di dedaunan, dan bau tanah basah sisa hujan malam tadi masih kuat tercium. Jalanan kampung mulai ramai: ada ibu-ibu membawa bakul sayur ke pasar, ada anak-anak kecil berlari-lari sambil menenteng bola plastik, dan ada juga bapak-bapak yang duduk santai di warung kopi pinggir jalan. Di pos ronda, suasana sudah lebih ramai dari biasanya. Sejak semalam mereka memang sepakat akan berkumpul pagi ini untuk membicarakan teknis pencarian sumbangan renovasi mushola. Pos ronda yang sederhana hanya bangunan kecil beratap seng dengan bangku kayu panjang tiba-tiba jadi pusat perhatian.

  “Wah, rame banget nih, kayak mau hajatan aja,” celetuk Bayu sambil datang paling belakangan, wajahnya segar setelah mandi, rambut masih agak basah. Ia memakai kaos putih dengan gambar pancingan ikan yang warnanya sudah agak pudar.

  “Hajatan mushola, Yu,” sahut Pak Galuh yang duduk paling depan, sembari menyalakan rokok kretek.

  “Kalau mushola kita jadi bagus, yang seneng bukan Cuma kita, tapi semua.”

  Bayu mengangkat kedua tangannya, berpura-pura khidmat. “Aamiin ya Allah, mudah-mudahan mushola kita bukan Cuma bagus, tapi kubahnya juga PINK kayak yang gua bilang kemaren.”

  Sontak bapak-bapak tertawa lagi, meski beberapa hanya geleng-geleng kepala. Kevin, yang duduk agak belakang, hanya menatap sekilas lalu menunduk. Dari tadi ia tidak banyak bicara, lebih banyak mengamati suasana. Pak RT lalu berdiri dan mulai membagi kelompok. “Baiklah, kita nggak usah lama-lama bercanda. Hari ini kita mulai. Ingat, kita nggak memaksa orang untuk nyumbang, kita Cuma mengetuk hati. Jadi harus sopan, jangan sampai bikin warga sebel.”

  Bayu berdiri cepat-cepat. “Siap pak! Kalo perlu gua joget-joget biar warga pada ketawa dulu sebelum nyumbang.”

   “Joget di rumah orang Bang? Otomatis langsung di usir,” timpal Billy, si anak SMA, yang langsung disoraki bapak-bapak lain.

  Kevin hanya menarik napas pelan. Ia tahu, kalau bersama Bayu, suasana memang tak pernah sepi. Meski kadang membuat kepala pening, Bayu justru membuat semua orang merasa lebih ringan.

  Kevin, Bayu, dan Pak RT ditugaskan untuk berkeliling di dalam desa sendiri. Jadi mereka tidak perlu jauh-jauh ke kampung sebelah. Sebenarnya lebih ringan, tapi juga lebih menantang sebab semua orang di sini sudah saling kenal. Kalau ada yang merasa dipaksa, kabarnya bisa cepat tersebar. Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan kampung yang masih becek. Bayu paling depan, sambil sesekali menyapa orang yang lewat. “Pagi Bu, sehat? Jangan lupa ya, mushola kita lagi butuh renovasi. Kalau ibu punya rejeki, sisihin dikit.”

  Ibu itu hanya tersenyum kaku. “Lagi bokek, Yu...”

   “Nggak papa Bu, doa aja yang penting. Mushola butuh doa juga biar nggak bocor lagi.” Bayu menjawab cepat, membuat si ibu terkekeh.

   Kevin menenteng buku catatan sumbangan. Setiap ada yang memberi, ia menuliskan dengan rapi nama pemberi dan jumlahnya. Gerakannya tenang, matanya serius, berbeda jauh dengan Bayu yang cerewet. Pak RT sesekali hanya menengahi agar Bayu tidak kelewatan. Rumah pertama berjalan lancar. Rumah kedua juga. Tapi ketika mereka tiba di sebuah rumah tua di ujung gang, suasana sedikit berubah. Rumah itu tampak sepi, cat dindingnya mengelupas, jendelanya tertutup rapat dengan kaca berdebu.

   “Eh... ini rumah siapa ya? Kayak kosong,” gumam Bayu sambil menggaruk kepala.

   Pak RT menjawab pelan. “Rumah almarhumah Bu Minah. Anaknya merantau, rumahnya dibiarkan begini aja.” Kevin terdiam dan matanya terpaku pada jendela.

 Apakah yang di lihat Kevin? Atau justru dia mendapat dorongan suatu hal? Mari kita lihat in the next episode..

...**--------------------**...

 DISCLAMER❗️⚠️

 Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Dan apabila jika ada kesalahan dalam pengetikan kata/typo saya mohon maaf, namanya juga kan manusia mimin juga manusia lohh, jadi mohon dimaklumi ya hehe..

 Happy Reading...🕵‍♂️📸

1
Siti Musyarofah
jangan serem 2 thor aslinya aku takut
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹 untuk karya keren ini 😍
Elisabeth Ratna Susanti
ahhhh aku merinding disko nih 😱
NonaNyala
teruslah berkarya dirikuu
Elisabeth Ratna Susanti
kasihan. Zikri
Elisabeth Ratna Susanti
awal yang bagus.....bikin merinding disko.....good job Thor 🥰👍
NonaNyala: aaaa makasih maee akuuu🥰🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!