NovelToon NovelToon
Kultivator Tanpa Bakat

Kultivator Tanpa Bakat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Action / Epik Petualangan / Time Travel / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Xiao Chen, terlahir tanpa bakat sehingga ia sangat sulit berkembang. Dan pada akhirnya kehilangan ibunya.

Ketika ia sekarat dan akan mati. ia mendapatkan sebuah kristal aneh yang membuat dirinya kembali ke masa lalu untuk menghilangkan semua penyesalan.

Simak kisah perjuangan Xiao Chen dalam menghadapi kekejaman dunia terhadap orang tanpa bakat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Waktu terus berjalan

​Dengan langkah pincang dan wajah kotor bercampur darah kering, Xiao Chen kembali ke gerbang Sekte Giok. Senyum samar terukir di bibirnya, menahan sakit demi harapan di hatinya. Di sana, Tuan Luo sudah menunggu dengan payung di tangannya, wajahnya tampak semakin tidak sabar.

​Luo melihat kondisi Xiao Chen yang penuh luka dan kotor, darah masih mengering di beberapa titik di pakaiannya.

​"Cih! Kenapa dia tidak mati sekalian saja saat jatuh." batin Luo dengan kejijikan yang tak tertahankan.

​"Tuan Luo, ini tanamannya." ucap Xiao Chen, suaranya serak dan tangannya bergetar kelelahan saat menyerahkan lima tangkai Daun Perawan Giok yang basah.

​Luo melirik sinis, mengambil tanaman itu tanpa menyentuh tangan Xiao Chen, seolah takut terkontaminasi kotoran. Ia kemudian melemparkan beberapa koin ke tanah.

​"Lima koin perak sesuai janji. Sekarang cepat pergi dari pandanganku!" usirnya tajam.

​Xiao Chen tidak peduli dengan nada menghina itu. Lima koin perak! Ia cepat-cepat memungut koin-koin itu dari lumpur, lalu berlari sekencang mungkin menuju gubuk reyotnya. Rasa sakit di kakinya seolah hilang ditelan semangat untuk segera melihat ibunya.

​Sesampainya di rumah, Xiao Chen membuka pintu dengan tergesa.

​"Ibu! Aku pulang! Aku bawa uang untuk beli obat yang lebih bagus!" serunya penuh semangat.

​Namun, ia tidak mendapatkan jawaban. Hanya keheningan yang menyambut.

​"Aneh. Kenapa Ibu tidak menjawab? Biasanya Ibu akan selalu menyambutku." gumamnya. Rasa khawatir yang dingin merayap cepat di hatinya, menggantikan euforia sesaatnya.

​Ia berlari menuju kamar ibunya.

​Di sana, ia melihat sang ibu masih terbaring. Tapi kali ini, wajahnya tampak jauh lebih pucat, hampir seperti pualam.

​"Ibu!"

​Jantung Xiao Chen berdebar kencang. Ia mendekat, tangannya gemetar saat menyentuh pergelangan tangan ibunya. Dingin.

​Ia tidak merasakan detak jantungnya. Napasnya sudah berhenti.

​"Ibu! Bangun, Bu! Ibu tidak mungkin meninggalkan Xiao Chen sendirian, kan?"

​Air mata panas membanjiri wajahnya yang kotor. Ia mengguncang lembut tubuh ibunya, memukul dada ibunya yang terasa kaku. Tubuh ibunya yang dingin menusuk hatinya seperti belati es. Xiao Chen menjerit dalam diam, menolak untuk menerima kenyataan pahit bahwa satu-satunya orang yang paling ia cintai dan sayangi kini telah meninggalkannya untuk selamanya.

​Ia akhirnya roboh di samping ranjang, memeluk dinginnya tubuh sang ibu, menangis hingga kelelahan mengambil alih kesadarannya.

​Masa berkabung berlalu, digantikan oleh kesadaran yang menusuk: ia harus terus hidup.

​Xiao Chen tahu, penyesalan tak akan mampu mengubah masa lalu. Ia tidak bisa membawa ibunya kembali. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menghormati kerja kerasnya dan terus melanjutkan hidup, seberat apa pun itu.

​Ia mulai bekerja keras. Bukan lagi di kedai mi, melainkan di sebuah biro pengawal dan prajurit bayaran. Dengan upah seadanya, ia membeli buku-buku kultivasi bekas yang dijual dengan harga mahal.

​Ia makan seadanya, menghabiskan setiap koin untuk belajar dan berlatih. Malam dan siang, ia terus mengasah diri.

​Namun, ia harus menerima kebenaran pahit yang selalu didengungnya: bakat memang sangat sulit dikalahkan oleh sebuah kerja keras.

​Sementara ia berkembang perlahan seperti seekor siput yang memanjat tebing, anak-anak muda lain yang memiliki bakat alamiah cepat melesat jauh di depannya, menyalipnya tanpa usaha keras. Tapi Xiao Chen tidak berhenti. Ia hanya semakin memperkuat tekadnya. Kerja kerasnya adalah satu-satunya bakat yang ia miliki.

​Tiga puluh dua tahun berlalu.

​Pada umurnya yang kini menginjak empat puluh tahun, rambutnya mulai diselingi uban, dan garis-garis lelah terlihat di wajahnya. Namun, ia telah menjadi Kapten di sebuah kelompok pengawal bayaran kecil yang didirikannya. Ia kini mengambil tugas berbahaya: mengambil tanaman langka di dalam sebuah goa yang curam dan terkenal mematikan.

​"Semuanya sudah siap?" tanya Xiao Chen, memandang ke arah lima anak buahnya yang juga tampak biasa saja, tanpa bakat luar biasa, sama seperti dirinya.

​Kelima prajurit itu balas menatapnya dengan pandangan mantap dan tulus.

​"Tentu saja, Kapten!" sahut salah seorang dari mereka, senyum kecut terukir di wajahnya. "Orang-orang tanpa bakat seperti kami memang harus mempersiapkan diri secara matang agar tidak mati sia-sia."

​"Hahaha! Ini baru anak buahku!" tawa Xiao Chen, nada suaranya terdengar hangat.

​Mereka pun masuk ke dalam mulut goa, masing-masing membawa obor untuk menembus kegelapan.

​Di dalam, udara lembap dan dingin menusuk tulang. Mereka berjalan penuh kehati-hatian.

​Tiba-tiba, Xiao Chen mengangkat tangan, menghentikan langkah.

​"Berhenti! Menunduk!" perintahnya tajam.

​Semua orang langsung tiarap. Hanya sepersekian detik kemudian, puluhan kelelawar gua berukuran besar dengan sayap kasar berhamburan keluar dari celah atas goa, menciptakan angin kencang yang memekakkan telinga. Setelah kawanan kelelawar itu berlalu, pasukan Xiao Chen kembali melanjutkan perjalanan.

​Sambil berjalan, keheningan dipecah oleh bisikan.

​"Aku ingin sekali menikah," salah satu anak buahnya mengeluh pelan. "Tapi aku bahkan sangat kesulitan menghidupi diriku sendiri."

​Anak buah yang lain menepuk pundaknya. "Cinta memang pantas kita miliki, sobat. Tapi menikahi mereka... itu adalah kejahatan bagi kita. Bayangkan jika kita tidak mampu memberi mereka makan, hanya karena bakat kita yang payah ini."

​Xiao Chen hanya tersenyum tipis mendengar keluh kesah para bawahannya yang penuh realita. Mereka adalah refleksi dari dirinya di masa lalu.

​Tiba-tiba, suara geraman rendah dan serak terdengar dari kegelapan di depan, membuat lantai gua bergetar samar. Xiao Chen mengarahkan obornya ke depan, cahayanya menampakkan sosok makhluk buas yang sangat mengerikan.

​"Berhati-hati," ucap Xiao Chen, mengambil posisi bertarung. Ia berusaha menyelipkan sedikit humor untuk meredakan ketegangan. "Sepertinya kali ini, ini antara aku atau kalian yang akan mendatangi pemakaman."

1
Eko Lana
ayo Thor semangat jangan hiatus😄
Eko Lana
8 tahun yang berat Xiao Chen
Eko Lana
hahahahaha psikopat semua😄🤣
Eko Lana
hahahaha..bocil2 cerdas
Eko Lana
mantap Thor
Eko Lana
alur ceritanya bagus
Eko Lana
alur cerita yang bagus
sitanggang
cerita yg bodoh tak bermanfaat ada kejadian sprti ini👹👺
Slow respon
Xiao Chen,Yang semangat dong yang semangat dong🔥💪🔥
Slow respon
Dukung terus guys dengan like, subcribe, kasih rating bintang 5 dan teruss baca. jangan lupa ingatkan untuk update.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!