NovelToon NovelToon
Seribu Hari Mengulang Waktu

Seribu Hari Mengulang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

"Tuan Putri, maaf.. saya hanya memberikan pesan terakhir dari Putra Mahkota untuk anda"
Pria di depan Camilla memberikan sebilah belati dengan lambang kerajaan yang ujungnya terlihat begitu tajam.
.
"Apa katanya?" Tanya Camilla yang tangannya sudah bebas dari ikatan yang beberapa hari belakangan ini telah membelenggunya.
"Putra Mahkota Arthur berpesan, 'biarkan dia memilih, meminum racun di depan banyak orang, atau meninggal sendiri di dalam sel' "
.
Camilla tertawa sedih sebelum mengambil belati itu, kemudian dia berkata, "jika ada kehidupan kedua, aku bersumpah akan membiarkan Arthur mati di tangan Annette!"
Pria di depannya bingung dengan maksud perkataan Camilla.
"Tunggu! Apa maksud anda?"
.
Camilla tidak peduli, detik itu juga dia menusuk begitu dalam pada bagian dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, pada helaan nafas terakhirnya, dia ingat bagaimana keluarga Annette berencana untuk membunuh Arthur.
"Ya.. lain kali aku akan membiarkannya.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ Bab 2

Camilla membuka matanya dengan terengah, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Jantungnya berdegup kencang, seolah baru saja ditarik kembali dari jurang kematian.

Namun apa yang tampak di depan matanya bukan lagi dinding batu lembap penjara bawah tanah. Tidak ada belenggu, tidak ada bau darah besi yang menyesakkan.

Sebaliknya, dia mendapati dirinya berada di kamarnya sendiri di Kediaman Duke Leontinus Barak, kamar yang penuh dengan tirai sutra putih, permadani tebal, dan harum wangi bunga melati yang diletakkan di vas kristal.

Tangannya gemetar saat menyentuh tempat tidur berlapis bulu angsa. “Tidak… ini tidak mungkin… aku… aku sudah m*ti…” bisiknya pelan.

Namun cahaya matahari pagi yang menerobos jendela besar di kamarnya terasa terlalu nyata. Hangat. Menyilaukan. Menampar kesadarannya bahwa dia benar-benar kembali.

Detik berikutnya, cermin besar yang ada di sudut ruangannya mencuri perhatiannya, jelas sekali dia bisa melihat pantulan wajahnya yang masih muda tanpa guratan kusar disana.

Karena tak dapat mempercayainya, dia menyentuh wajahnya lama sekali.

"Apa ini? Apa aku benar-benar kembali ke masa lalu?"

Mungkinkah ini mimpi?

Mustahil.. ini terlalu nyata untuk menjadi mimpi.

Dalam keadaan tak sadarkan diri, dia melepas pakaian yang dikenakannya, mendapati bahwa tidak ada luka bekas tusukan pisau.

Sebaliknya, hanya ada sedikit goresan kecil di dekat dadanya.

Sekilas, itu tampak seperti bekas luka, tetapi dalam bahasa kuno yang terutama digunakan di kuil-kuil, itu berarti angka 1000.

Saat Camilla menelusuri angka itu di kulitnya dengan ujung jarinya, ia tiba-tiba tersadar dan segera mengambil serta mengenakan pakaiannya.

Aku akan memberikanmu waktu seribu hari.

Kata-kata Dewi Gaia terlintas di benaknya, dan ia dengan hati-hati menekan titik di mana angka itu terukir, jantungnya mulai berdebar tak terkendali. Camilla harus menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menerima situasi ini.

“Dewi Gaia… apa yang kau lakukan padaku?” gumamnya. Air matanya menetes, kali ini bukan karena duka, melainkan kebingungan.

Suara ketukan di pintu terdengar, diikuti dengan suara lembut yang familiar.

“Lady Camilla? Apakah Anda sudah bangun?”

Camilla tertegun. Itu suara Mary, dayangnya yang setia, wanita yang.. kalau tidak salah, akan meninggal beberapa bulan setelah dirinya memasuki istana, akibat keracunan yang tidak pernah terbukti sumbernya.

“Masuklah,” ucap Camilla terbata.

Mary masuk, menunduk sopan. Rambutnya dikepang rapi, wajahnya masih muda tanpa kerutan, berbeda dengan kenangan terakhir Camilla tentang dirinya, saat tubuhnya terbujur kaku di ruang obat.

“Oh syukurlah Lady sudah bangun. Anda tidur lebih lama dari biasanya,” kata Mary sambil tersenyum tulus. “Saya akan menyiapkan air hangat untuk mandi pagi.”

Camilla hanya bisa menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. “Mary.." bisiknya lirih, membuat dayang itu bingung.

“Ya?”

Camilla bangkit, berjalan cepat, lalu mendekapnya erat. Mary terkejut, bahkan hampir menjatuhkan nampan yang ia bawa.

“Lady? Apa yang terjadi? Mengapa Anda menangis?”

Camilla tidak menjawab. Baginya, hanya bisa memeluk Mary kembali sudah cukup membuatnya ingin menangis lebih keras. Dia benar-benar hidup kembali, sebelum semua tragedi terjadi.

Jika benar dia kembali pada 1000 hari sebelum kematiannya, maka beberapa hari yang lalu pasti keluarganya sudah mendapatkan informasi mengenai pemilihan Putri Mahkota yang akan segera di selenggarakan.

"Apa Lady baik-baik saja? Haruskah saya panggilkan tabib?" Tanya Mary yang masih khawatir dengannya.

Camilla menghapus air matanya, satu gelengan kepala cukup membuat Mary tidak bertanya lebih lanjut, wanita itu dengan cekatan lebih memilih membantu membukakan pakaian tidur yang Camilla kenakan.

"Lady.. apakah anda membuat mahakarya asing yang sedang terkenal itu?"

Mendengar hal aneh dari Mary membuat Camilla sadar bahwa angka dalam bahasa kuno yang ada di dadanya telah terlihat oleh sang dayang.

Astaga, aku lupa..

"Oh iya.. keren bukan? Mereka menyebut ini tatoo" 

Setidaknya dia tidak tahu apa arti gambar ini..

Mary menganggukkan kepala lalu menjalankan tugasnya untuk membantu Camilla membersihkan diri, memakai gaun dan menata rambutnya.

"Selesai.." ucap Mary dengan senyuman, dia selalu memuji wajah cantik Camilla yang memiliki hidung tinggi, mata almond dengan warna pupil coklat terang hingga alis tegas yang Camilla miliki.

"Saya permisi dulu Lady, nanti saya akan kembali memanggil anda jika Duke, Duchess dan Lord sudah menuju ruang makan"

Kebiasaan keluarga mereka adalah tidak pernah melewatkan sarapan pagi bersama, setiap hari mereka akan duduk di meja makan sebelum melakukan aktivitas.

Camilla berdiri mematung di depan cermin setelah Mary keluar, jemarinya menggenggam erat pinggiran meja rias. Bayangan dirinya yang muda dan segar menatap balik, seolah mengejek semua kenangan pahit dari kehidupan sebelumnya.

Seribu hari.. berarti aku memiliki kesempatan. Tapi apa yang harus kulakukan lebih dulu?

Suara langkah kaki di luar pintu mengingatkannya bahwa ia tak punya banyak waktu untuk termenung. Mary pasti akan kembali memanggilnya ketika keluarga sudah berkumpul di ruang makan.

Dengan satu tarikan napas panjang, Camilla melangkah keluar dari kamarnya, membiarkan sepasang pelayan menunduk hormat saat ia lewat.

Lorong kediaman Duke Leontinus Barak menjulang megah, dinding dihiasi lukisan keluarga dan lambang singa emas, simbol kejayaan keluarga Barak.

Aroma kayu pinus dan dupa lembut mengisi udara, menambah kesan agung yang kadang justru terasa menyesakkan.

Begitu tiba di ruang makan besar, ia melihat sosok ayahnya yang sudah duduk di kursi utama.

Tubuhnya tegap, bahu lebar, rambut mulai memutih di pelipis namun wajahnya tetap memancarkan wibawa seorang pria yang telah bertahun-tahun mengabdi sebagai tangan kanan kerajaan.

Di sisi lain meja duduk Duchess Helena Eve Barak, ibunya. Gaun sutra biru muda membalut tubuh rampingnya, dengan rambut hitam berkilau disanggul tinggi.

Wajahnya tenang, cantik, tapi mata kelamnya menyiratkan jarak yang tak pernah bisa ditembus Camilla, bahkan di kehidupan sebelumnya.

Dan di kursi sebelah kanan, duduk kakaknya, Lord Cedric Xavior Barak, putra sulung keluarga, dia mengenakan seragam pelatihan ksatria, wajah tampan dengan garis rahang tegas, mata birunya setajam pedang.

Cedric adalah pewaris gelar Duke setelah ayah mereka, sosok yang dulu selalu memandang Camilla dingin.

Mary menunduk hormat di belakangnya sebelum mundur, meninggalkan Camilla berdiri sejenak di ambang pintu.

“Selamat pagi, Ayah, Ibu, Kakak.” Camilla menunduk anggun.

“Duduklah,” suara Duke Leontinus dalam dan berwibawa, tak memberi ruang untuk banyak ekspresi.

Camilla mengambil tempat duduknya dengan gerakan terlatih. Pelayan segera menuangkan teh herbal ke dalam cangkir porselen putih di hadapannya, lalu meletakkan sepiring roti, buah, dan daging asap.

Suasana hening menyelimuti meja, hanya suara sendok garpu dan denting porselen yang terdengar. Sama seperti yang Camilla ingat,  aturan keluarga Barak, tidak ada percakapan selama santap berlangsung.

Namun kali ini, hati Camilla berdegup keras. Ia menatap satu per satu wajah keluarganya, wajah-wajah yang dulu jarang menoleh padanya kecuali untuk menuntut lebih banyak kesempurnaan. Ada perasaan aneh di dadanya, kerinduan sekaligus luka lama yang kembali terbuka.

Beberapa menit kemudian, Duke meletakkan peralatan makannya, tanda bahwa sesi makan telah berakhir. Para pelayan segera menyingkirkan piring. Inilah saat singkat untuk berbincang.

“Camilla.” Suara ayahnya membuatnya tersentak. “Sudahkah engkau mempersiapkan diri untuk seleksi Putri Mahkota?”

Pertanyaan itu bagai kilat yang menyambar.

Di kehidupan sebelumnya, itulah awal kejatuhannya, dimana terjebak dalam perebutan posisi, cinta dan dihancurkan oleh intrik Annette, serta ditinggalkan Arthur.

Kini Camilla mengangkat kepalanya, senyum tipis terukir di wajahnya. “Ya, Ayah. Aku akan mempersiapkan diri sebaik mungkin.”

Duke Leontinus menatapnya lekat-lekat, seolah ingin menembus pikirannya. Lalu ia mengangguk pelan. “Bagus. Jangan membuat malu nama Barak.”

Helena, sang Duchess, menyesap tehnya perlahan. “Camilla, beberapa hari lagi perwakilan kerajaan akan mengunjungi kediaman kita. Mereka akan menilai kecakapanmu dalam tata krama dan seni. Ingat, satu langkah keliru bisa mencoreng segalanya.”

Cedric menyeringai tipis, matanya menatap Camilla dengan nada meremehkan. “Semoga kali ini kau tidak gemetar seperti kelinci di hadapan singa, Adikku.”

Camilla merasakan darahnya berdesir. Di kehidupan sebelumnya, ia selalu terdiam ketika Cedric mele cehkannya dengan kata-kata sinis. Tapi kali ini berbeda.

Ia mengangkat dagunya sedikit, menatap lurus ke arah kakaknya. Senyum lembut namun penuh makna menghiasi bibirnya.

“Tenang saja kak. Aku bukan lagi kelinci. Mungkin.. aku akan mengejutkanmu.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!