NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Dibully Alicia

Ketika jam istirahat tiba, Jane mengajak Gwen, Jun, Mika, dan Axel untuk makan siang bersama di kantin seperti biasa. Namun saat mereka keluar kelas, sosok Alicia dan genknya sudah menunggunya di depan pintu. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Lagipula mereka merasa tak membuat masalah dengan genknya Alicia.

"Lah itu si Alicia, 'kan? Pacarnya Damian," ujar Jun menunjuk Alicia yang berdiri di depan pintu kelasnya.

"Udah mantan," sambar Gwen cepat yang membuat semua temannya beralih atensi padanya.

"Kok lo tahu, Gwen. Lo beralih jadi Kang gosip juga nih?" Mika Menimpali dengan bibir terkikik.

Gwen berdecak malas, dia malas bergosip, lagipula tanpa bergosip pun Damian sudah memberitahunya. Jadi, untuk apa dia menjadi tukang gosip yang jelas unfaedah untuknya.

"Damian sendiri yang bilang kalau dia udah putus sama Alicia. Ya gue tahu lah. Udah yuk ke kantin, laper gue."

"Damian suka curhat sama lo, ya?" Kini Axel yang bicara. Pemuda itu seperti tak suka jika Gwen terlalu dekat dengan Damian. Tentu saja, bukankah Axel menyimpan rasa pada Gwen, namun tak berani mengatakannya.

Keempatnya lalu mengangguk, dan berjalan ke arah pintu kelas, di sana Alicia langsung menghadang Gwen tepat di depan pintu.

"Lo ikut gue," ucapnya tanpa basa-basi.

"Eh, lo mau ngajakin temen kita ke mana? Jangan macam-macam lo, Al." Axel tiba-tiba berdiri di depan Gwen sebagai tameng.

"Eh udah punya bodyguard lo sekarang? Apa ini pacar lo? Kasihan banget kalau ini beneran cowok lo." Alicia menatapnya sinis dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Namun, itu hanya bertahan sebentar sebelum tautan tangannya terlepas, dan beralih mengibaskan rambut panjangnya.

"Dia sahabat gue, ngapain sih lo nanya-nanya?" Benar bukan, label sahabat membuat dada Axel perih.

"Oh sahabat, gue kira cowok lo. Soalnya lo suka sih nempel sana-sini sama cowok. Kemarin lo nempelin Damian and the genk. Eh sekarang lo nempelin juara umum si sekolah kita. Gue pikir lo murahan sih, makannya-"

Plakk

Bukan Gwen pelakunya, melainkan Jane. Gadis itu tak tahan dengan ucapan yang ditunjukkan untuk sahabatnya. Ia menampar wajah Alicia, hingga si empunya meringis perih.

"Berani ya lo sama gue!" Sembari memegang pipinya, Alicia melotot ke arah Jane.

"Udah Jane, jangan gunain tangan lo buat mukul nih mulut orang yang nggak pernah disekolahin. Percuma orangtua lo nyekolahin lo mahal-mahal, tapi mulut anaknya nggak terdidik," ucap Gwen.

"Jangan ngomong sembarangan dong lo." Agnes, sahabat Alicia kini maju ke depan.

Jun mulai kesal, dan melerai mereka. Takut juga jika sampai urusan ini terdengar ke telinga Pak Yus selaku guru BK. Apalagi Gwen adalah ketua kedisiplinan, dan Axel siswa berprestasi di sini.

"Nggak usah ribut. Urusan lo apa sama Gwen?"

"Lo nggak usah ikut campur. Ini urusan pribadi gue sama nih cewek miskin," ujar Alicia. "Dan lo nggak usah ikut-ikutan kalau emang lo bukan cowoknya." Dia kembali menyindir.

Gwen mulai kesal dengan segala tingkah Alicia yang menyebalkan. Jika gadis ini ke mari hanya untuk menyeretnya masuk dalam masalah putusnya dia dengan Damian, maaf saja Gwen tidak mau ikut campur. Lagipula sebelum tercetus ide menikah, Damian sudah dulu putus dengan Alicia. Jadi, dia pikir putusnya Damian dan Alicia tidak ada sangkut paut dengan dirinya.

"Dia sahabat gue!" seru Gwen.

"Oh, sahabat. Sahabat rasa pacar, ya. Tapi bagus deh kalau lo sama si Axel pacaran. Jadi gue bebas deketin Damian lagi."

Kenapa Gwen sedikit tak suka ya dengan ucapan Alicia yang ingin mendekati Damian. Aneh, tapi inilah yang Gwen rasakan sekarang.

Tak mau ambil pusing gadis itu lalu menyuruh Axel menyingkir, meskipun Axel keras kepala.

"Udah Gwen jangan ladenin dia." Jane berusaha menyeret lengan Gwen agar tak meladeni Alicia.

"Tenang aja kenapa sih, gue cuma mau tahu maksudnya apa nyamperin gue ke kelas, Jane," ujar Gwen.

Alicia berdecak, sekali lagi ia mengibaskan surai panjangnya yang berwarna agak kecoklatan. Kemarin dia baru saja mewarnainya.

"Ikut gue, biar urusan lo sama gue kelar."

"Ya udah ayo."

"Tapi gwen." Axel mencoba mencegah Gwen pergi dengan Alicia. Mereka semua tahu Alicia itu seperti apa. Cewek bar-bar, dan tukang bully tidak jauh beda dengan Damian.

Gwen menoleh melirik sahabatnya. "Lo tenang aja sih, sama Damian aja gue nggak takut, jadi tenang aja. Kalian ke kantin duluan, entar gue nyusul."

Meskipun khawatir, akhirnya keempatnya memilih mengangguk, dan berlalu dari sana lebih dahulu.

"Cepetan ikut gue," titah Alicia.

Ketiga genk Alicia lalu menyeret lengan Gwen, namun Gwen segera menghempaskannya dengan kasar. "Nggak usah diseret napa? Gue punya kaki, lo semua nggak pernah diajarin tata krama apa?"

"Berani lo sama kita!" teriak salah satu genk Alicia, namanya Lusy.

Gwen lagi-lagi berdecak malas. Bola matanya memutar jengah. "Kenapa gue mesti takut sama kalian, kita sama-sama murid SMA, sama-sama makan nasi. Kalau lo makan beling baru deh gue takut. Udah, ada masalah apa lo sama gue? Buang-buang waktu gue aja kalian."

Keempat gadis itu menggeram tertahan. Terutama Alicia, dia lebih dulu berjalan dengan menghentak lantai. Niatnya mau mengintimidasi Gwen, justru malah gagal.

***

"Dam, ada gosip yang tersebar di sekolah katanya tadi pagi lo berangkat sekolah sama Gwen, si ketua kedisplinan. Itu bener, ya?" tanya Jason yang tengah asyik menikmati rokoknya di belakang sekolah.

Damian yang juga asyik menyesap nikotin itu pun buru-buru menoleh ke arah Jason yang berdiri di sisi kanannya. "Mana ada, lo dapat gosip dari mana?"

"Tuh di grub chat kelas kita. Nggak tahu siapa yang nyebarin sih, tapi itu emang bener, ya? Bukannya dia udah nggak jadi tutor lo lagi?" Kini Christ yang bergantian bertanya.

Damian membuang puntung rokoknya di atas tanah, hatinya mulai ketar ketir, takut kalau pernikahannya dengan Gwen diketahui pihak sekolah. Ia harus mencari cara untuk meredam gosip ini. Lagipula ini salah si Gwen, seharusnya mereka tidak berhenti terlalu dekat dengan sekolah tadi pagi.

"Gosip nggak jelas, nggak usah lo dengerin kali."

"Tapi itu memang foto mobil lo, Dam. Ada foto Gwen juga kok turun dari mobil lo. Gimana nggak gempar tuh satu sekolah. Apalagi lo udah nggak pernah jalan sama Alicia, lo ada hubungan sama dia ya atau-"

"Nggak udah ngadi-ngadi, gue udah putus sama Alicia. Makannya gue nggak jalan sa dia."

Ketiganya saling melirik, lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Huh, putus lagi. Pasti nyari mangsa lagi nih."

"Tapi kayaknya si Alicia nggak mau tuh putus sama lo.

Kemarin dia masih majang foto lo di akun sosmednya."

"Bodo amat, emang gue pikirin. Dia nggak mikir apa, gue udah bilang. Gue itu nggak cinta sama dia. Udah tahu hubungan dia sama gue cuma buat have fun aja. Masih aja dibawa serius. Males gue sama cewek baperan."

Damian beranjak dari taman belakang sekolah, niatnya ingin mencari siapa yang menyebarkan berita itu. Tangannya sudah gatal untuk menghajar orang saat ini. Apalagi sudah berhari-hari dia kehilangan asupan untuk membully siswa lain. Minggu ini juga tidak ada jadwal tawuran, jadi Damian ingin sekali menghajar orang hari ini.

***

Sejak tadi Axel diam saja, ia bahkan tka menyentuh makanannya. Ia sesekali melirik ke arah pintu kantin, namun tak ada tanda-tanda Gwen datang.

"Napa lo, Xel? Suram amat muka lo?" tanya Jun yang memperhatikan sahabatnya seperti orang kebelet, namun ditahan.

"Gue khawatir sama Gwen, Jun. Gue susulin aja kali, ya?. "

"Jangan ikut campur urusan cewek deh lo, Xel."

Axel menggeleng, ia khawatir saja. Mengingat bagaiamana sikap Alicia. Dia bisa berbuat nekat jika sudah benci dengan seseorang. Gadis itu bahkan pernah membuat salah satu murid di sini masuk rumah sakit hanya karena tak sengaja menumpahkan minumannya di seragam milik Alicia.

"Buka gitu, lo tahu sendiri 'kan si Alicia itu kek gimana. Ah gue mau susulin dia lah."

"Emang lo tahu di mana dia, Xel?" tanya Jane. Gadis pun sama khawatirnya dengan Axel.

"Gue tahu kok tuh cewek bawa Gwen ke mana. Gue susulin aja deh."

Axel mendorong kursinya ke belakang. Lalu bergegas keluar dari kantin.

"Kita ikut juga yuk, gue juga khawatir nih sama Gwen," ajak Jane dan diangguki oleh Mika dan Jun.

***

"Tadi pagi gue lihat lo turun dari mobil Damian, ada urusan apa lo sama calon suami gue?" tanya Alicia dengan wajah juteknya. Namun, Gwen tidak takut sama sekali dengan gadis ini.

Dia hanya diam sembari membatin, 'Mati gue, kok dia bisa tahu sih? Gue mesti cari alasan nih. Jangan sampai warga sekolah tahu gue udah nikah sama Damian.'

"Kok lo diem aja, takut? Nggak bisa ngomong? Tiba-tiba jadi gagap? Basi banget alasan lo."

Gwen mendecih dalam hati. Siapa juga yang jadi tiba-tiba gagap. Dia saja sedang berpikir mencari alasan.

"Gue nggak gagap, gue cuma nunggu lo selesai ngomel," ujarnya.

Alicia mendelik padanya, kesal dia sekarang. "Jawab dong, jangan banyak alasan."

"Gue lagi nggak punya duit, tadi gue nebeng sama Damian." Hanya itu ide yang terlintas di kepalanya saat ini.

Agens, dan Lusy langsung tertawa mendengar itu. "Dasar miskin, mental lo mental nebeng doang."

"Gue emang miskin, emang napa? Masalah buat lo. Damian aja nggak kenapa-kenapa tuh gue nebeng sama dia. Jadi lo lo pada nggak usah usil."

Alicia semakin kesal dengan jawaban yang terlontar dari bibir Gwen. "Tapi gue yang nggak terima lo deket sama Damian. Dia itu calon suami gue."

Ingin Gwen meledakkan tawanya saat ini. 'Mimpi aja sana lo, orang yang lo bilang calon suami lo itu suami gue,' batinnya berkata, namun Gwen hanya berani berkata dalam hati. Tidak mungkin dia mengatakannya dengan gamblang, bisa-bisa satu sekolah tahu rahasianya.

"Oh ya, kok gue enggak tahu, ya? Pak Arthur sudah ngelamar Lo gitu."

"Tentu aja Pak Arthur udah punya rencana ngelamar gue buat Damian, jadi gue ingetin sama lo untuk nggak dekat-dekat sama Damian, kalau lo nggak mau habis di tangan gue."

Gwen menganggukkan kepalanya, bukan dia mau menurut ucapan Alicia. Dia mana dengan ancaman gadis itu.

"Jangan suka ngatur-ngatur, kita ini masih muda. Lagian tuh Pak Arthur juga baru punya rencana ngelamar lo, berarti itu Damian belum jadi calon suami lo. Itu namanya baru bakal calon, gitu aja posesif lo udah kebangetan jadi orang."

Alicia berang, emosinya sudah naik ke ubun-ubun.

Dia menatap Agnes memberi sebuah kode, dan Agnes langsung mengangguk mengerti, dan pergi dari sana.

Tak jauh dari sana, genk Damian kebetulan melintas di tempat Alicia mengancam Gwen. Yah, karena memang mereka sama-sama berada di taman belakang.

"Loh itu si Gwen, kan? Dia lagi sama cewek lo, Dam. Wah jangan-jangan tuh si Alicia mau berbuat ulah lagi." Christ berkata.

"Biarin aja sih, bukan urusan gue." Meskipun dalam hati Damian khawatir dengan Gwen. Tetapi, ia tak mau menunjukkan jika dia khawatir atau rahasianya terbongkar.

Gwen masih berdiri di sana, dan Alicia juga masih mengintimidasinya. Sampai saat manik bulat Gwen menangkap sosok suaminya berdiri tak jauh dari tempatnya bersama tiga teman genknya.

Kebetulan Alicia juga melihat Damian ada di sana, dia tersenyum licik.

"Kebetulan Damia di sana, saatnya pertunjukan."

Damian melihat ketika Agnes membawa seember air berjalan di belakang Gwen.

"Wah gila tuh si Agnes, dia pasti mau nyiram Gwen nih, Dam nggak lo tolongin?" ujar Axton.

Damian terpaku di tempat. Menolong Gwen sama saja memunculkan gosip tentang dirinya dan sang istri.

"Nah tuh di belakang lo, gue kasih kejutan buat lo agar otak lo fresh."

Gwen reflek menoleh ke belakang bersamaan dengan Agnes yang mengangkat ember berisi air bekas pel ke udara dan....

Byurrr

"Gwen!"

***Bersambung***

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!