NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Bertengkar

Adzan Ashar baru saja berkumandang, Raisha cepat-cepat membereskan semua pakaian yang baru saja disetrika. Badannya terasa lelah, sejak Bi Murni pulang kampung seminggu yang lalu, semua pekerjaan rumah jadi dia yang kerjakan.

"Semoga bener Bi Murni besok kembali. Biar aku gak harus mengerjakan semua pekerjaan rumah yang bikin melelahkan ini." batin Raisha.

Ting ting, tetiba gawainya berbunyi, pertanda ada panggilan masuk. Raisha mengambil gawainya, ternyata dari suaminya.

"Assalamu'alaikum" Raisha mengucapkan salam.

"Wa'alaikum salam." Terdengar jawaban dari seberang.

"Sayang, aku mau pulang ni, kamu mau dibelikan apa?"

"Gak usah, Mas, Icha lagi gak pengen apa-apa. Yang Icha pengenin sekarang hanya istirahat."

"Dari suaramu, kayaknya kamu capek ya?"

"Iya capek lahir batin, Mas. Bayangin aja, semua pekerjaan rumah Icha yang kerjain, mulai beres-beres, nyiram tanaman, nyuci piring, nyuci baju, jemur dan angkat pakaian, nyetrika, masak, dan masih banyak lagi. Mending kalau gak diomelin. Ini, udah ngerjain semuanya, eehhh malah diomelin pula."

"Yang sabar ya Sayang, besok juga Bi Murni kembali, kok."

"Tetep aja Mas, meskipun Bi Murni kembali, Icha harus ngerjain ini itu. Alasan ibu karena Bi Murni ART ibu bukan ART kita. Padahal kan Icha bilang, Icha mau bawa ART sendiri, tapi gak dibolehin, dengan alasan menghambur-hamburkan uang."

"Ya namanya juga orang tua, Cha, biasa selalu nyuruh kita hemat."

"Iya ibu takutnya menghabiskan uangmu, padahal dari uang Icha aja deh, gak akan ganggu uang kamu kok."

"Sudah ya Cha, nanti kita bahas di rumah. Assalamu'alaikum." Rezky menutup percakapan.

"Menyebalkan." Raisha melempar gawainya ke atas sofa.

"Siapa yang menyebalkan?" Tetiba Bu Aina masuk rumah.

"Eh ibu, kapan pulang?" Raisha balik bertanya, tanpa menjawab pertanyaan mertuanya.

"Ibu bertanya, siapa yang menyebalkan?" Suara Bu Aina meninggi.

"Keadaan yang menyebalkan Bu. Gegara Bu Murni pulang kampung, Icha harus mengerjakan semua pekerjaan rumah." Akhirnya Raisha menjawab.

"Kamu gak ikhlas mengerjakan semuanya?"

"Bukan gak ikhlas Bu, cuma kerjaan Icha jadi terbengkalai. Harusnya Icha upload foto beberapa produk hari ini, tapi jadi molor karena kerjaan gak beres-beres."

"Bukan kerja kantoran aja belagu." Bu Aina meninggalkan Raisha yang masih mematung.

"Sabar Cha, itu ibumu juga." Raisha mengusap dadanya, air matanya berlinang.

*****

Raisha masih duduk di atas sajadah ketika suaminya masuk kamar. Air matanya mengalir deras. Dia sudah merasa di titik nadir. Semua pengorbanan dia, tak ada arti di mata mertuanya.

"Cha, gimana kabarmu?" Rezky mendekati Raisha.

"Buruk." Raisha menjawab malas, tangannya terulur, dia mencium tangan Rezky, takzim.

"Sabar ya, Cha." Rezky mengusap kepala Raisha.

"Sampai kapan, Mas? Di mata ibu Icha selalu salah. Apa salah Icha? Semua yang ibu mau, Icha kabulkan, tapi balasannya apa? Gak pernah ibu mengucapkan terimakasih, minimal tidak teriaki Icha lah. Kadang Icha malu Mas, diteriaki di depan orang. Icha seperti gak ada harga dirinya. " Raisha mulai terisak.

"Cha, sabar ya, orang sabar disayang Tuhan."

"Kurang sabar gimana lagi Icha, Mas? Coba Mas bilang lah ke ibu, jangan perlakukan Icha seperti itu. Ini kan Mas gak pernah belain Icha, bisanya hanya bilang sabar, sabar, dan sabar. "

"Ya memang hanya itu yang bisa kita lakukan Cha, sabar."

"Besok Icha pulang ke rumah mama, karena banyak kerjaan yang belum diselesaikan gegara Icha harus ngerjain kerjaan Bi Murni."

"Jangan Cha, nanti ibu tambah murka."

"Icha pulang ke rumah mama dan nggak juga pasti ibu murka. Gak ada bedanya. Udahlah Mas, Icha lelah. Lelah lahir batin. Sejak kecil Icha disayang sama orang tua. Diperlakukan dengan baik, gak pernah dibentak apalagi diteriaki, tapi di sini? Icha dianggap apa? Bi Murni aja gak pernah diteriaki seperti ini, tapi Icha? Apa salah Icha? Apa karena Icha berasal dari keluarga sederhana? Bukan dari golongan yang sepadan dengan Mas?"

"Udah Cha, udah. Nanti Mas bilang deh sama ibu." Rezky memeluk Raisha. Raisha membenamkan wajahnya di dada bidang Rezky.

*****

"Makan malamnya ini beli ya?"

"Iya Bu."

"Siapa yang suruh beli? Menghambur-hamburkan uang saja."

"Soalnya Icha gak sempat untuk masak Bu, dari pagi Icha belum istirahat. Jadi ya beli pilihan praktis."

"Praktis sih, tapi itu menghambur-hamburkan uang suamimu."

"Icha gak pakai uang Mas Rezky, Bu. Icha juga punya penghasilan."

"Alah, penghasilan gak seberapa juga belagu."

"Sudahlah Bu, kita makan aja ya, dah laper ni. Apalagi ini makanan kesukaan kita, masakan Padang." Rezky menghentikan omelan ibunya.

"Ky, ajarin tuh istrimu, dari kemarin membantah aja omongan ibu. Kasih tahu posisi ibu mertua itu sama dengan posisi ibu kandung. Dosa melawan ibu mertua sama dengan dosa melawan sama ibu sendiri." Bu Aina berkata sambil menyendok nasi yang ada di hadapannya.

"Kalau gitu Ibu juga jangan terlalu keras lah sama Icha. Berarti kan posisi Icha juga kan sama dengan anak kandung ibu. Sama dengan Mba Lintang, sama dengan aku, juga sama dengan Rizal. Ya kan Bu?" Rezky berkata sambil menatap ibunya, terlihat Raisha tersenyum kecil mendengar perkataan suaminya."

"Sudah, kamu gak usah ngajarin ibu. Kamu juga sebagai suami jangan kalah lah sama istri, jangan takut. Kalau dia ngadu apa-apa gak usah didengerin. Kamu ngomong gitu karena istrimu ngadu kan?"

"Gak ngadu Bu, hanya cerita aja kalau dia lagi lelah. Kerjaan banyak yang gak beres."

"Kerjaan apa sih kayak punya bos aja, cuma upload foto-foto gitu aja, tapi kayak kerja di perusahaan multi internasional aja."

Raisha hanya diam mendengar ocehan ibu mertuanya. Dia mengambil potongan kikil buat suaminya.

"Ibu tadi dari mana? Kok pulangnya hampir berbarengan dengan aku?" Rezky mengalihkan pembicaraan.

"Biasa, nongkrong di cafe sama bestie-bestie. O ya, tadi Bu Anjar bawa cucunya, lucu dan cantik. Kalian kapan mau ngasih aku cucu? Dah dua tahun lho, kok istrimu belum kelihatan hamil?"

"Ya belum dikasih aja, Bu. Nanti kalau sudah waktunya, pasti Allah kasih."

"Soalnya dari keluarga kita itu terkenal subur, gak ada tuh yang mandul. Beda dengan keluarga Icha, tantenya kan sampai sekarang belum punya anak, padahal sudah paruh baya."

"Kalau masalah itu, ibu tanya langsung ke Allah, kenapa dia belum ngasih kepercayaan kepada kita?"

"Lancang banget kamu ngomong kayak gitu sama ibu?" Bu Aina langsung naik pitam.

"Abis ibu nanya gitu terus, Icha jadi bingung jawabnya."

Brak Bu Aina memukul meja dengan keras, dia melemparkan sendok yang dipegangnya. Dia bangkit dari duduknya dan langsung masuk ke kamar. Raisha tertegun, dia gak menyangka ibu mertuanya akan semarah itu.

"Kamu sih, kok gak bisa jaga omongan? Harusnya bisa jawab dengan baik, bukan seperti itu."

"Jadi menurut Mas, aku yang salah? Aku kan cuma jawab pertanyaan ibu."

"Iya, tapi gak usah jawab seperti itu juga kali."

"Kalau saja Mas mau periksa ke rumah sakit, ibu tak akan mendesak terus agar kita segera punya anak. Ini semua gegara Mas."

"Kok jadi aku?"

"Ya iya lah, Icha kan sudah bilang, ambil cuti, biar kita bisa periksa ke rumah sakit, kenapa Mas nolak terus?"

"Kamu aja yang periksa, gak usah bawa-bawa aku. Seperti kata ibu, aku gak punya turunan mandul."

"Jadi Mas menuduh Icha yang mandul?"

"Pikirkan sendiri!" Rezky bangkit dari kursi, dan dia meninggalkan Raisha yang bingung.

Raisha menghela nafas dalam-dalam, hatinya hancur, perkataan Rezky sangat menusuk hatinya. Perlahan air matanya keluar, dia menangis tak bersuara di ruang makan yang cukup besar.

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!