menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Kim Hyun dan Han Ji-soo terkepung. Di depan mereka berdiri sekitar 30 siswa CSB, dan di belakang mereka juga sekitar 30 siswa. Total lebih dari lima puluh lawan yang marah.
Hyun menarik napas dalam-dalam. Melawan puluhan orang adalah bunuh diri, apalagi saat dia harus melindungi Ji-soo.
Hyun: (Berbisik, suaranya cepat dan tegang) "Ji-soo-ssi, pegang tanganku. Kita harus lari. Aku tidak bisa bertarung sambil melindungimu. Bersiaplah."
Ji-soo mengangguk, matanya membelalak ketakutan, tetapi ia memegang erat tangan kiri Hyun.
Siswa-siswa CSB mulai melontarkan provokasi.
Siswa 1: "YAA! KIM HYUN! Jangan lari, pengecut! Keluarlah dan bertarung!"
Siswa 2: "Dasar banci! Kenapa kau bersembunyi di balik rok wanita?! Hancurkan dia sekarang juga!"
Kim Hyun mengabaikan teriakan itu. Ia tahu tujuannya adalah memancing amarah, tetapi amarah tidak berguna saat ini.
Hyun: "Hitungan ketiga. Bersiap."
Ji-soo: (Menggenggam erat) "Ya!"
Hyun: "Satu... Dua..."
TIGA!
Hyun berteriak 'tiga' dan seketika itu juga menarik Ji-soo ke arah kiri, ke celah antara dua kelompok pengepung. Ini adalah kejutan total; para pengepung mengira Hyun akan menyerang salah satu kelompok.
Ji-soo yang belum siap seketika terkejut, tetapi ia berlari mengikuti tarikan Hyun.
Pengepung: (Berteriak marah) "Sial! Mereka kabur! KEJAR MEREKA!"
Puluhan siswa CSB itu meledak, berteriak, dan berlari mengejar.
Hyun dan Ji-soo berlari sekuat tenaga. Mereka melewati gerobak makanan. Siswa-siswa yang mengejar tidak peduli.
DHUAK! Seorang siswa menendang sebuah keranjang barang dagangan.
Penjual: "YAA! ANAK SIALAN! BERHENTI!"
Teriakan marah para pengejar memenuhi Jalan Nampodong.
Siswa Pengejar: "JANGAN LARI, KIM HYUN! KAU TIDAK AKAN PERNAH LOLOS!"
Mereka melewati area parkir. Beberapa siswa pengejar yang lebih gesit melompat ke atas kap mobil yang terparkir.
GEBRUK! GEBRUK!
Atap mobil tertekan, beberapa bahkan penyok. Alarm mobil berbunyi keras. Orang-orang di sekitar menjadi panik dan bersembunyi. Kekacauan total terjadi.
Hyun melihat gang kecil yang gelap. Dia langsung menarik Ji-soo masuk.
Gang itu sempit dan dipenuhi sampah. Hyun melihat beberapa tong sampah logam dan sebuah tempat sampah besar industri berwarna hijau, tingginya sepinggang orang dewasa.
Hyun berhenti sejenak, melepas cengkeramannya dari Ji-soo.
Hyun: "Ji-soo, tunggu di sini sebentar!"
Saat kelompok pengejar pertama berbelok ke gang, Hyun bergerak cepat. Dia menendang beberapa tong sampah logam yang lebih kecil. Kemudian, dia mencengkeram dan mendorong Tong Sampah Industri (Dumpster) yang besar itu dengan sekuat tenaga.
GGGRRRUKK! DHUARRR!
Tong sampah besar itu terguling, melintang di tengah gang sempit.
Siswa 3: "Sialan! Ada penghalang!"
Beberapa siswa yang berlari kencang tidak sempat berhenti. Mereka menabrak tong sampah itu. Ada yang terjatuh, ada yang mengumpat keras karena kaki mereka tersandung. Momentum pengejaran mereka terhenti total.
Hyun mencengkeram tangan Ji-soo lagi. "Cepat!"
Mereka terus berlari, tetapi Hyun tahu taktik itu hanya menunda waktu.
Mereka berlari melintasi gang dan mendekati persimpangan gang lain. Tiba-tiba, insting CQC Hyun menjerit.
Hyun: (Berteriak) "AWAS!"
Hyun melepaskan tangan Ji-soo. Dari balik sudut gang, muncul seorang siswa CSB yang sudah menunggu. Siswa itu mengayunkan papan kayu besar.
WHUSH!
Hyun menggunakan satu tangan untuk menangkis dan menangkap papan kayu itu. Ia tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ia segera membalikkan siswa itu menggunakan momentum serangannya sendiri.
Ini mirip dengan teknik Aikido, meskipun Hyun tidak mengetahuinya. Memanfaatkan kekuatan lawan untuk membalikkan badan dan membantingnya.
DHUG! Siswa itu terbanting keras ke tanah beton, papan kayu terlepas.
Belum selesai, siswa lain yang juga bersembunyi di sana menyerang. Hyun berputar dan melepaskan Tendangan Samping ke Wajah dengan cepat dan tepat.
Siswa itu terjatuh, merintih.
Hyun: "Ayo!"
Dia mencengkeram tangan Ji-soo lagi. Kelompok pengejar dari belakang baru saja berhasil melewati penghalang tong sampah dan berteriak marah melihat dua teman mereka tumbang.
Hyun dan Ji-soo berlari mati-matian. Mereka melihat lampu jalan raya di depan.
Hyun: "Jalan raya! Ayo!"
Mereka mencapai persimpangan. Hyun melihat taksi kuning yang baru saja menurunkan penumpang.
Hyun: (Berteriak) "TAKSI! BERHENTI!"
Taksi itu mengerem. Hyun membuka pintu belakang dan mendorong Ji-soo masuk.
Hyun: "CEPAT JALAN, Paman! JALAN TERUS! JANGAN BERHENTI!"
Sopir taksi, yang terkejut, melihat bayangan puluhan remaja berlari ke arahnya. Ia menginjak gas tanpa bertanya.
Taksi itu melesat pergi.
Para siswa berandalan yang marah hanya bisa berhenti di pinggir jalan raya, mengumpat dan menendang udara. Mereka telah kehilangan target.
Di antara kelompok pengejar, seorang siswa mengeluarkan ponsel.
Siswa Pengejar (ke Telepon): (Wajahnya tegang) "Halo... Ya, Sunbae... Kami gagal. Mereka naik taksi dan lolos. Maaf, kami tidak bisa mengejar mereka..."
Di seberang telepon, suara berat dan marah terdengar. Suara itu tidak dikenali oleh Kim Hyun atau Ji-soo, tetapi penuh otoritas.
Suara Telepon (Misterius): "Gagal?! Puluhan dari kalian tidak bisa menangkap satu orang?! Dasar tidak becus! Kembalilah! Aku akan memberimu pelajaran besok!"
KLIK.
Panggilan terputus. Siswa pengejar itu menghela napas frustrasi.
Siswa Pengejar: "Sialan! Kalian dengar?! Kita harus kembali!"
Mereka membubarkan diri, menghilang kembali ke bayang-bayang. Kim Hyun tidak tahu siapa yang memerintahkan pengepungan ini. Apakah Han Gyu-sik? Choi Min-gyu? Atau malah Lee Jae-hwan yang entah kenapa berubah pikiran?
Beberapa saat kemudian, taksi berhenti di depan apartemen mereka. Hyun membayar argo.
Mereka berdua berjalan menuju lift. Keheningan total. Kehidupan malam yang penuh tawa dan es krim kini digantikan oleh ketegangan dan bahaya yang nyata.
Di dalam lift, Ji-soo berdiri kaku, menghindari kontak mata.
Ketika mereka sampai di lantai mereka, mereka berjalan perlahan ke pintu masing-masing.
Hyun: (Menggaruk belakang kepalanya, merasa bersalah) "Ji-soo-ssi... Aku... aku minta maaf. Malam ini menjadi kacau. Seharusnya aku tidak melibatkanmu."
Ji-soo terdiam sejenak. Dia menatap Hyun, matanya masih sedikit bergetar.
Ji-soo: (Nada suara rendah) "Tidak apa-apa, Hyun-ssi. Ini... ini bukan masalah besar. Terima kasih sudah melindungiku."
Ji-soo segera berbalik, membuka pintu apartemennya, dan menutupnya.
Hyun menghela napas lega bercampur frustrasi. Dia tahu Ji-soo berbohong. Tentu saja itu masalah besar.
Hyun masuk ke apartemennya. Dia melempar tasnya ke lantai dan merebahkan diri di kasur.
Baru satu minggu sekolah... dan aku sudah dikejar puluhan orang, hidung berdarah, dan membuat takut tetangga. Masalah apa yang sebenarnya telah kuundang?
Bersambung...