NovelToon NovelToon
Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Di Selingkuhi Tanpa Rasa Bersalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Malam bahagia bagi Dila dan Arga adalah malam penuh luka bagi Lara, perempuan yang harus menelan kenyataan bahwa suami yang dicintainya kini menjadi milik adiknya sendiri.
Dalam rumah yang dulu penuh doa, Lara kehilangan arah dan bertanya pada Tuhan, di mana letak kebahagiaan untuk orang yang selalu mengalah?

Pada akhirnya, Lara pergi, meninggalkan tanah kelahirannya, meninggalkan nama, kenangan, dan cinta yang telah mati.
Tiga tahun berlalu, di antara musim dingin Prancis yang sunyi, ia belajar berdamai dengan takdir.
Dan di sanalah, di kota yang asing namun lembut, Lara bertemu Liam, pria berdarah Indonesia-Prancis yang datang seperti cahaya senja, tenang, tidak terburu-buru, dan perlahan menuntunnya kembali mengenal arti mencintai tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 2

Betapa hancurnya hati Lara ketika matanya menangkap pemandangan itu.

Suaminya, lelaki yang beberapa hari lalu pamit dinas keluar kota, kini duduk bersanding di pelaminan, di samping adiknya sendiri.

Dan di depan mereka, ayahnya berdiri dengan wajah tenang, menjadi wali nikah dalam acara yang disebut hari bahagia.

Rasanya seperti mimpi buruk yang mustahil nyata. Tapi di depan mata, semuanya sungguh terjadi.

Wangi melati yang memenuhi udara menusuk hidungnya, membuat dadanya terasa sesak.

Musik lembut yang seharusnya membawa kebahagiaan justru terdengar seperti irama duka yang mengiringi pengkhianatan.

Setiap tawa, setiap tepuk tangan dari para tamu, terdengar seperti ejekan yang menampar hatinya berkali-kali.

Lara berdiri di antara kerumunan, tubuhnya kaku seperti patung.

Wajah-wajah di sekitarnya kabur, seolah dunia berputar hanya di antara dua sosok di depan penghulu.

Sosok lelaki yang ia panggil suami, dan perempuan yang sejak kecil ia peluk sebagai adik kandung.

Kini keduanya mengenakan busana pengantin serasi, duduk bersisian dengan senyum bahagia yang memahat luka dalam di hatinya.

Tangannya gemetar.

Air mata jatuh tanpa bisa ditahan.

Ia ingin berteriak, ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi suaranya tertahan di tenggorokan, seolah seluruh udara di dalam tubuhnya menguap pergi.

“Apa ini, Bu?”

Suara itu keluar nyaris tak terdengar, bergetar dan pecah oleh tangis yang ia tahan mati-matian.

Ibunya yang berdiri tak jauh darinya menoleh, mata wanita itu redup, seperti menyimpan rahasia yang berat. Ia mendekat, menggenggam tangan Lara yang dingin, lalu berbisik pelan,

“Lara, Ibu mohon... kamu tenang dulu, Nak. Jangan buat keributan di hari bahagia ini.”

Kata-kata itu bagai belati dingin yang menembus dada Lara.

Hari bahagia?

Hari di mana suaminya menikahi adiknya?

Hari di mana keluarganya sendiri berpaling tanpa rasa bersalah?

Lara menatap ibunya dengan mata merah dan napas tersengal.

Ia tak tahu harus tertawa atau menangis. Tapi di tengah rasa hancur yang menyesakkan, ia masih berusaha menahan diri agar tidak menjerit di depan semua orang.

Namun tubuhnya sudah tak kuat lagi.

Kakinya bergetar. Dunia di sekelilingnya berputar pelan.

Bisikan-bisikan mulai terdengar dari para tamu. Tatapan-tatapan ingin tahu menusuk dari segala arah.

Ibunya kembali menghampiri, wajahnya dingin, tapi tangan yang menggandeng lengan Lara terasa tegas.

“Ayo ikut Ibu ke dalam. Jangan bikin Ayah malu di depan tamu.”

Ayah malu.

Lara hampir tertawa getir mendengarnya.

Jadi yang perlu dijaga hanyalah nama baik, bukan anak sendiri yang dikhianati.

Dengan langkah limbung, ia membiarkan ibunya menggiringnya masuk ke dalam rumah.

Lorong terasa panjang, suara musik dari halaman depan makin menjauh, berganti dengan keheningan yang mencekam.

Begitu pintu kamar tertutup, tubuh Lara seolah kehilangan kekuatan.

Ia duduk di tepi ranjang, wajahnya tertutup kedua tangan.

Tangisnya pecah, tak lagi bisa ditahan.

“Bu... kenapa?” suaranya lirih, nyaris seperti bisikan.

“Kenapa harus dia? Kenapa harus suamiku?”

Ibunya terdiam.

Wanita itu menarik napas panjang, seperti mencari keberanian untuk berkata sesuatu.

“Lara... Ibu tahu ini berat untukmu. Tapi kamu harus ikhlas, Nak. Mungkin ini memang jalan terbaik.”

Lara menatap ibunya dengan mata kosong, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Jalan terbaik? Untuk siapa, Bu? Untuk mereka? Untuk Ibu dan Ayah?” suaranya meninggi, namun tetap bergetar.

“Ibu tahu dia suamiku! Kami baru dua tahun menikah. Apa Ibu lupa? Dan, apakah ibu nggak tahu, di dalam Islam di larang dan haram seorang pria menikahi saudara kandung istrinya?”

Ibunya menunduk, menghindari tatapan putrinya.

“Mereka saling mencintai, Lara. Adikmu, Dila, benar-benar mencintai Arga. Ibu... Ibu tidak bisa memisahkan dua orang yang saling mencinta.”

Lara tercekat. Ia menatap ibunya tak percaya.

“Hanya karena Dila mencintai suamiku, kalian semua bisa setuju begitu saja? Tanpa bicara padaku dulu? Tanpa memikirkan aku? Tanpa peduli haram halalnya?”

Suaranya pecah di akhir kalimat.

“Kalau Ayah yang menikah lagi, apakah Ibu juga akan berkata begitu? Bahwa itu karena cinta?”

Nada sarkastik meluncur tanpa bisa ditahan.

Ibunya menggigit bibir.

“Lara, Ibu tahu kamu marah. Tapi semuanya sudah terlanjur. Hari ini pernikahan mereka berlangsung. Ibu mohon... jangan keluar dulu. Tunggu sampai tamu-tamu pulang, baru kita bicara lagi.”

Lalu wanita itu berdiri, menatap putrinya sebentar dengan mata berkaca-kaca, sebelum akhirnya berbalik meninggalkan kamar.

Pintu tertutup perlahan, meninggalkan Lara sendirian dengan hati yang remuk berkeping-keping.

Lara menatap punggung ibunya yang menghilang di balik pintu, hingga yang tersisa hanya keheningan.

Tak ada lagi ruang untuk marah. Tak ada tenaga tersisa untuk menangis.

Yang ada hanya hampa.

Ia memandang lantai lama, sebelum kenangan-kenangan mulai menyeruak tanpa diundang.

Potongan wajah Arga muncul dalam benaknya, senyum gugupnya saat melamarnya, janji-janjinya tentang kesetiaan, genggaman tangan yang dulu begitu hangat.

Semuanya kini terasa seperti kebohongan besar.

Ia menatap jari manisnya.

Cincin kawin itu masih di sana, berkilau redup diterpa cahaya sore.

Cincin yang dulu dipasangkan Arga dengan tatapan penuh cinta.

Kini hanya menjadi lambang penghinaan yang membakar hati.

Tangannya gemetar saat mencoba melepaskannya. Tapi jari-jarinya kaku, seolah menolak kenyataan.

Akhirnya ia hanya menunduk, menatap cincin itu lama, sampai air mata jatuh satu per satu ke punggung tangannya.

Dari luar, terdengar suara tawa dan musik dangdut lembut.

Tanda resepsi telah dimulai.

Suara tamu-tamu bercakap, piring dan gelas beradu, semuanya terdengar seperti ejekan.

“Bu... aku ini anakmu juga kan?”

Suara itu keluar di sela tangisnya, pelan, nyaris tak terdengar.

Waktu berhenti baginya.

Dunia yang ia kenal runtuh sepenuhnya.

Bukan hanya pengkhianatan yang menyakitkan, tapi juga kebohongan yang rupanya telah direncanakan jauh sebelum hari ini.

Lara menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

Tangisnya mengguncang kamar kecil itu, membuat udara terasa berat.

Sore semakin merambat turun, sinar matahari masuk melalui celah tirai, menyoroti wajahnya yang pucat dan sembab.

Ketika suara musik berhenti, adzan Maghrib terdengar sayup dari kejauhan.

Namun bagi Lara, waktu seolah berhenti.

Tak ada suara yang menenangkan, tak ada tempat yang memberi kedamaian.

Dengan langkah gontai, ia berdiri dan berjalan ke arah cermin di sudut kamar.

Wajah di depannya tampak asing, mata bengkak, bibir kering, pipi lembap oleh air mata.

Ia menatap pantulan itu lama, seolah menatap seseorang yang sudah mati di dalam dirinya.

“Lihat kamu, Lara...” bisiknya pelan.

“Kamu kehilangan segalanya dalam satu hari.”

Tangannya terulur, menyentuh permukaan kaca yang dingin.

Dingin itu merambat sampai ke jantungnya, membekukan semua yang tersisa.

Ia memejamkan mata, berharap ketika membukanya nanti, semuanya akan berakhir.

Bahwa semua ini hanya mimpi buruk yang bisa dihapus oleh pagi.

Namun saat kelopak matanya terbuka kembali, dunia masih sama.

Suaminya tetap menikahi adiknya.

Keluarganya tetap diam.

Dan dirinya tetap sendirian.

Waktu berjalan lambat.

Sesekali dari luar terdengar suara ibunya berbicara dengan tamu, kadang tawa, kadang bunyi sendok beradu dengan cangkir.

Semuanya berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.

Di dalam kamar itu, Lara duduk kembali di tepi ranjang.

Di tangannya, cincin kawin masih tergenggam erat.

Ia tahu, tidak ada yang bisa kembali seperti semula.

Hatinya telah hancur, dan tak ada seorang pun di rumah itu yang peduli.

Air matanya menetes lagi, tapi kali ini tanpa suara.

Hanya keheningan yang menemani.

Sementara di luar sana, pesta pernikahan antara suaminya dan adiknya masih berlangsung meriah, diiringi tawa dan doa kebahagiaan, untuk dua orang yang telah mencuri seluruh hidupnya.

******

Untuk readers selamat datang di karya baru author, untuk yang sudah membaca. Terima kasih banyak, jangan lupa support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya biar author semangat up-nya. Terima kasih😘😘😘

1
Jumiah
dilla gk laku ,sampah sm sampah sangat cocok ,orang tua gila ,janga jangan ,lara lain anak x ,anak adopsy ..
Jumiah
harus cerei ,salah 1..haram hukumx..
Delisa
god thot ceritanya, meriang aku thor
Yuli Yulianti
yg banyak dong up nya thor
Siti M Akil
lanjut Thor
Noey Aprilia
Hai kk....
Aku udh mmpir.....
Dr awl udh nysek,kbyang bgt skitnya jd lara....d khianati orng2 trdkatnya,apa lg dia tau kl dia cm ank angkat.....btw,hkum krma udh mlai dtang kya'nya....mnimal tau rsanya khilangn dn smga mrsakn pnyesaln s'umr hdp.....
partini
itu belum seberapa di banding rasa sakit lara ,kalian menyakitinya sampai trauma bertahun tahun
sekarang nikmati saja karma kalian
partini
busehhhh keluarga sinting,,semoga dapat karma dari author nya
Sasikarin Sasikarin
nah ni q ru suka... ada greget cerita nya. jg n yg di bahas lara terus... penyesalan g d bahas2... sip othornya
Mundri Astuti
mudah"an kena karma tuh sekeluarga, semuanya ngga punya perasaan, klo si Dila dipoligami gimana coba, masih bisa komen ngga tuh bapak, ibu sama budenya
yeni kusmiyati
thor sebenarnya arah ceritanya mau dibawa kemana?
Siti M Akil
lanjut Thor yang bnyk
Siti M Akil
lanjut Thor
Maple latte
baik kak, terima kasih atas kritiknya, akan author perbaiki untuk bab selanjutnya ya.
THAILAND GAERI
ceritanya keren Thor..tp kenapa setiap BAB baru ada narasi yg panjang buat digumamkan seorg?..seperti bicara kepada diri sendiri terlalu panjang ,,sorry ya thor
Sasikarin Sasikarin
yang sebelah g ada Kbl nya. jd baca lewat2 g konsen.
Mundri Astuti
KK author yg sebelah sana gimana kbrnya, dah ditinggal lara
Maple latte: sabar ya kak, kita fokus ke Lara dulu
total 1 replies
partini
Liam kamu yg harus gerak dulu aihhhhhh esmosihhhhhhhhh
partini
yang sabar Liam,itu udah beku tapi sayangnya dia masuk terkekang masa lalu cinta nya mentok di sana
ita rosita
ayo dong lara move on biar seruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!