'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02. KHM
...~•Happy Reading•~...
Nathania menggeleng sambil tersenyum tipis. "Ngga jadi lunch. Lagi meeting ama boss." Jawab Nathania singkat, tanpa niat membahas. Agar tidak menaikan rasa kecewanya yang sudah melandai dan Amelia tahu kalau dia sedang kecewa atas pembatalan Andy.
Namun Amelia tidak begitu saja terima yang dikatakan Nathania. "Egeeeen...?! Amelia bertanya demikian, sebab sejak mereka mulai bekerja, sudah beberapa kali mendengar Nathania batal lunch atau tidak jadi dijemput oleh Andy dengan berbagai alasan.
"Mas Andy lagi sibuk. Maklumin aja. Bukannya itu lebih baik buat kita?" Nathania tidak bisa menghindar dari rasa penasaran Amelia, lalu mengalihkan kepada rencana makan siang mereka.
"Emang situ, ngga sibuk? Justru kau yang belum mantap berpijak harus waspada dan hati-hati, supaya ngga kedepak. Aku kok, ngga ngerti caramu tanggapi dia." Amelia tidak bisa menahan rasa kesalnya.
"Menurutku, kau terlalu baik dan sabar. Terima begitu saja, dicancel berulang kali. Apa ini yang dibilang cinta menggilas logika? Atau kau ngga punya emosi?" Amelia jadi emosi. Dia berdiri dari kursi dan mengumpulkan semua berkas di atas meja kerja dengan cepat.
"Ya, Ameeelll. Dicancel menit-menit terakhir, pasti kesal, marah, kecewa. Hatiku bukan kerikil." Nathania jadi duduk di kursi Amelia. Dia pegang tangan Amelia untuk menyalurkan rasa hatinya yang tiba-tiba sedih.
"Kalau hatimu kerikil, kau tidak jadi temanku. Sekali-sekali lemparin dia dengan kerikil. Lagian, emang dia sendiri yang tampan dan sukses? Di gedung berlantai 11 ini, ada banyak pengusaha muda tampan berjejer, menantimu. Kau ngga tahu, mereka sering melihatmu di lobby?" Amelia berbicara sambil menggerakan tangannya.
"Aku yang ngga secantikmu aja, pingin lemparin lelaki seperti ayankmu itu lewatin sungai Ciliwung." Amelia berkata dan menggerakan wajahnya ke arah sungai Ciliwung.
"Amel, emosimu bisa bikin kita ngga jadi makan ramen sopa." Ucap Nathania sambil menggoyang tangan Amelia, supaya berhenti marah.
"Jadi dong. Masa gara-gara kesal sama doi'mu, ramen sopa dicancel. Ayooo." Amelia menarik tangan Nathania untuk berdiri. "Sorry, kalau sudah kesal, suka lupa not." Amelia tersadar akan emosinya. Dia mengusap punggung Nathania sebagai tanda minta maaf.
"Emosimu bisa bikin tulang-tulangku lemes." Nathania tidak bersemangat, tapi berdiri ambil tas. "Kalau begitu, cepatan." Amelia menarik tangan Nathania keluar dari ruang kerja sebelum dia berubah pikiran.
"Mungkin karna emosiku yang sering meluap-meluap, cowok-cowok itu menjauh dariku. Hehehe." Amelia coba bercanda, melihat Nathania hanya diam mengikuti.
"Emosimu masih dalam porsi yang pas dan tepat sasaran. Aku pun sedang menakar emosiku, supaya bisa disalurkan pada waktu yang tepat. Yuuukkk__. Thanks." Nathania menggandeng tangan Amelia menuju lift. Dia bisa merasakan rasa sayang Amelia padanya dalam emosi yang meluap-luap.
"Thanks too. Ngga usah masukan ke hati semua omonganku saat emosi, ya." Amelia berkata saat mereka sudah berada dalam lift. Nathania mengangguk sambil mengusap lengannya.
Setelah lift turun dua lantai, tiba-tiba pintu lift terbuka dan seorang pria muda tampan dan berpakain formal masuk ke dalam lift. "Siang Thania, Amel. Mau istirahat?" Pria tersebut menyapa sambil menyebut nama mereka berdua.
Sontak Nathania dan Amelia balik menyapa. "Siang juga. Iya." Hanya itu yang bisa dikatakan, karena mereka tidak mengetahui namanya.
Setelah turun tiga lantai, pria itu pamit dari mereka. "Thania, see?! Pria tadi tahu nama kita." Amelia berkata sambil tersenyum riang.
"Masih bilang ngga dikenal di gedung ini?" Nathania jadi menyenggol lengan Amelia dan ikut tersenyum, ingat mereka seperti manekin bernafas.
"Itulah enaknya, berteman dengan orang cantik. Jadi ikutan dikenal." Amelia balik menyenggol Nathania lalu tertawa bersama.
"Kau terlalu rendah hati. Ngga semua orang punya wajah dan hati secantikmu." Nathania memuji Amelia dan mentoel dagunya dengan ujung jari.
"Semoga kita bisa saling support seperti ini, ya." Amelia jadi terharu melihat cara Nathania menanggapinya tanpa melihat perbedaan di antara mereka.
"Iya. Oh, iya, sampe lobby, kita kabur, ya. Jangan tanggapi sapaan di lobby. Ramen sopa bisa ambyar." Nathania mengingatkan, supaya mereka tidak terlambat.
"Kalau begitu, aku pesan mobil sekarang, supaya kita sudah ditunggu setelah keluar dari lobby." Amelia mengeluarkan ponsel untuk memesan mobil online.
"Thanks. Semoga kita gak perlu ngantri lama untuk nikmati ramen sopa." Nathania berharap saat mereka sudah dalam mobil. Harapan Nathania diaminkan Amelia.
~*
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan restoran ramen di Ampas Mall. "Alhamdulillah, ngantrinya ngga panjang." Amelia bersyukur dengan nada riang sambil menunjuk antrian dengan wajahnya.
"Iya, Amel. Kita jadi makan ramen hari ini. Tadi sepanjang jalan, aku ngga bisa mikir mau makan apa, kalau antriannya ngular melingkar-lingkar." Nathania jadi riang karena tidak lama menunggu untuk bisa nikmati ramen sopa yang sedang viral dan promo.
Mereka tersenyum senang, sambil memukul pelan pinggiran meja dengan ujung jari berulang kali setelah bisa masuk dan duduk. "Amel, berapa hari promonya?" Tanya Nathania sambil menunggu ramen diantar oleh pelayan.
"Sepertinya hanya tiga hari, jadi tinggal besok." Amelia menunjuk tanggal yang tercantum.
"Ternyata sudah dari kemarin. Ngga pa'pa, deh. Gajian nanti baru kita makan lagi. Ngga seru kalau besok makan ramen lagi." Bisik Nathania. Kemudian mereka tersenyum senang melihat dua mangkuk ramen sopa disajikan di depan mereka.
"Selamat nikmati!" Ucap Nathania dan Amelia bersamaan setelah bersyukur.
Mereka tidak bisa lama nikmati ramen atau bercakap-cakap santai, sebab antrian di depan restoran makin panjang. Selesai makan, mereka langsung keluar dari restoran.
"Thania, yang penting hari ini sudah bisa makan ramen sopa. Sisa waktu istirahat, kita cuci mata lihat sepatu, yuk." Ucap Amelia setelah keluar dari restoran.
"Yuuukkk... Siapa tahu, ada yang cocok di hati dan pas di dompet." Nathania mencoba santai untuk melupakan rasa kecewanya terhadap Andy.
Tiba-tiba, Amelia berdiri di depan Nathania dan mengajaknya bicara. "Thania, jangan lakukan gerakan. Lihat aku saja." Amelia berkata sambil memegang bahu Nathania yang terdiam.
"Ada apa, Amel?" Nathania bingung dengan sikap Amelia.
"Tadi kau bilang, Ayankmu sedang meeting dengan boss?" Bisik Amelia tanpa melepaskan tangannya dari bahu Nathania.
"Iya. Kenapa? Jangan bikin aku bingung. Perutku lagi menari dengan ramen." Nathania ikut berbisik.
"Boss Ayankmu laki-laki atau perempuan?" Pertanyaan Amelia membuat Nathania makin bingung. "Aku ngga tahu." Jawab Nathania cepat, karena Andy tidak pernah bilang padanya.
"Kau tenang. Aku akan bergeser, nanti kau lihat ke arah jam satu, ya. Kau lihat perlahan saja." Amelia mengingatkan lagi. Nathania mengangguk, walau tidak mengerti.
Ketika melihat ke arah yang dimaksudkan Amelia, Nathania membeku. Dia melihat Andy sedang berjalan dengan seorang wanita muda, berbicara sambil tersenyum. Wajah Nathania seketika memerah dan jantungnya berdegup kuat, memukul rongga dadanya.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...