NovelToon NovelToon
A Promise Between Us

A Promise Between Us

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:719
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Seorang wanita muda dengan ambisinya menjadi seorang manager marketing di perusahaan besar. Tasya harus bersaing dengan Revan Aditya, seorang pemuda tampan dan cerdas. Saat mereka sedang mempresentasikan strategi marketing tiba-tiba data Tasya ada yang menyabotase. Tasya menuduh Revan yang sudah merusak datanya karena mengingat mereka adalah rivalitas. Apakah Revan yang merusak semua data milik Tasya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

File: Shadow

Ruangan rapat mendadak hening. Beberapa orang menoleh ke arah Revan, ada yang tampak kagum dengan sikapnya, ada pula yang sekadar penasaran.

Namun, Pak Arman segera mengangkat tangan, menghentikan niat itu. "Tidak perlu, Revan. Ini presentasi individu. Saya ingin menilai setiap kandidat berdasarkan persiapan mereka masing-masing. Jadi, kita lanjut ke giliranmu."

Nada suaranya tegas, membuat jantung Tasya makin terhimpit. Ia menunduk, menatap laptopnya yang kini hanya menampilkan simbol-simbol kacau, seolah mengejeknya.

"Baik, Pak," jawab Revan singkat. Ia pun berdiri, berjalan maju dengan langkah mantap.

Suasana ruangan langsung berubah. Dari yang sebelumnya penuh bisik-bisik, kini semua mata tertuju padanya. Revan menyalakan proyektor, dan slide presentasinya terpampang jelas, rapi, modern, penuh warna yang elegan.

"Strategi digital marketing yang saya rancang berfokus pada optimalisasi engagement melalui influencer lokal, serta campaign interaktif berbasis storytelling," Revan membuka presentasi dengan suara yang tenang, namun penuh keyakinan.

Setiap kata yang ia lontarkan mengalir dengan lancar. Slide demi slide tersusun presisi, grafiknya mudah dipahami, data pendukungnya akurat. Ia bahkan menyelipkan simulasi campaign yang membuat beberapa karyawan langsung berbisik kagum.

"Luar biasa …"

"Detail sekali rencananya."

"Kalau ini dijalankan, bisa jadi gebrakan besar buat brand kita."

Tasya duduk kaku di kursinya. Setiap pujian yang ia dengar terasa seperti anak panah yang menghujam dadanya. Apalagi saat ia menatap ekspresi Pak Arman, mata sang atasan yang biasanya datar kini tampak berbinar.

"Presentasi yang sangat solid, Revan," komentar Pak Arman setelah Revan menutup presentasinya dengan percaya diri. "Saya suka cara kamu melihat celah yang belum dimanfaatkan. Ide-ide segar seperti ini yang dibutuhkan perusahaan."

Revan tersenyum tipis, menundukkan kepala dengan hormat. "Terima kasih, Pak."

Di kursinya, Tasya mengepalkan tangannya erat. Tidak mungkin. Tidak mungkin Revan bisa sempurna seperti itu tanpa …

Ia menoleh sekilas ke layar laptopnya yang rusak. Rasa curiga kian membakar. Ada sesuatu yang tidak beres.

Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, suara tepuk tangan bergema di ruangan. Semua orang berdiri memberi penghormatan kecil pada Revan. Sementara itu, Tasya hanya bisa menahan napas, tubuhnya gemetar di antara rasa malu, marah, dan kalah.

Dalam hati kecilnya, ia berjanji. Aku akan cari tahu siapa yang merusak presentasiku. Jika benar Revan… maka janji semalam akan punya arti yang jauh berbeda.

---

Langkah kaki Tasya terdengar terburu-buru meninggalkan ruang rapat. Rasa panas menguasai kepalanya, bukan hanya karena hasil presentasi yang terasa berantakan, tetapi juga tatapan sinis beberapa rekan kerja yang seolah menertawakan kelemahannya.

Di luar ruang rapat, ia melihat Revan berjalan santai, dengan wajah datar yang seakan puas dengan apa yang baru saja terjadi. Amarah Tasya meledak. Tanpa berpikir panjang, ia menghampirinya.

"Revan!" seru Tasya, nadanya tajam.

Revan menoleh, keningnya berkerut, tetapi ia tidak menanggapi segera.

"Kamu yang melakukannya, kan?” tuduh Tasya lantang. "File presentasiku rusak padahal semalam semuanya baik-baik saja. Siapa lagi kalau bukan kamu?"

Beberapa karyawan yang lewat sempat melambatkan langkah, pura-pura sibuk dengan ponsel mereka, namun jelas telinga mereka menangkap percakapan itu.

Revan menghela napas pelan, menahan diri untuk tidak terpancing. "Jangan asal tuduh, Sya. Kamu tahu sendiri aku tidak sepicik itu."

"Semua dataku hilang, padahal semalam masih lengkap. Kamu memang licik, Revan. Dari awal kamu selalu ingin menjatuhkan aku," Tasya terus menekan, matanya berkilat penuh emosi.

Revan menatapnya lurus. Nada suaranya tenang, tapi menusuk. "Kalau kamu kalah, terimalah dengan kepala tegak. Jangan mencari kambing hitam. Bangunlah dari tidurmu, Sya. Nyatanya kamu memang kalah hari ini."

Wajah Tasya memerah, antara marah dan tersinggung. Ia menggertakkan giginya, tapi tidak mampu menemukan balasan yang setara dengan ketenangan Revan.

Untuk pertama kalinya, Tasya merasa benar-benar terpojok, bukan hanya karena presentasinya gagal, tapi juga karena Revan berhasil membuatnya tampak seperti pecundang di mata orang lain.

Fira buru-buru menarik lengan Tasya sebelum emosi sahabatnya meledak semakin parah.

"Tasya, cukup! Kamu jangan asal nuduh tanpa bukti," ucap Fira dengan nada lembut, mencoba meredakan suasana.

Tasya masih menatap Revan dengan penuh amarah, napasnya memburu. "Tapi aku yakin dia yang melakukannya, Fir! Siapa lagi kalau bukan dia?"

Revan hanya mendengus pelan, lalu menyilangkan tangan di dada. "Kalau memang aku pelakunya, buktikan. Kalau enggak, jangan buang waktu buat hal bod0h." Tatapannya dingin, membuat beberapa karyawan yang masih berada tidak jauh dari mereka jadi semakin penasaran dengan pertengkaran itu.

Fira menoleh ke arah Revan sebentar, lalu menepuk pundak Tasya. "Sudah, jangan bikin malu dirimu sendiri. Kalau memang kamu benar, ayo kita cari buktinya. Jangan gegabah seperti ini."

Tasya terdiam, wajahnya masih merah karena marah bercampur malu. Ia menggertakkan giginya, lalu mengangguk pelan. "Baik. Aku akan cari tahu siapa yang berani main kotor di belakangku. Dan kalau terbukti Revan yang melakukannya …" Ia menatap Revan tajam. "Aku nggak akan diam."

Revan hanya tersenyum tipis, seolah tak terpengaruh ancaman itu. "Good luck!" gumamnya dengan nada sarkastis sebelum berbalik meninggalkan tempat itu.

Fira menggandeng Tasya yang masih bergetar karena emosi. "Udah, ayo. Kita nggak bisa sembarangan. Kita bakal cari siapa yang nyabotase data kamu."

---

Malam itu, setelah pulang dari kantor, Tasya duduk di kamarnya dengan laptop menyala. Berkali-kali ia mencoba membuka file presentasinya, tapi hasilnya tetap sama, simbol-simbol aneh yang tidak bisa dibaca.

Namun ada sesuatu yang membuatnya berhenti.

Sebuah folder baru muncul di laptopnya, dengan nama asing yang tidak pernah ia buat sebelumnya, Shadow.

Tasya menelan ludah, jari-jarinya gemetar saat hendak mengklik folder itu.

Sementara itu, di apartemennya, Revan duduk dengan laptop terbuka. Wajahnya serius, jauh dari sikap santai yang biasa ia tunjukkan di depan orang lain. Di layar, ia juga melihat jejak folder yang sama.

"Jadi … bukan aku, dan bukan dia," gumam Revan pelan, matanya menyipit. "Kalau begitu … siapa?"

Mereka berdua tidak tahu, permainan yang mereka kira hanya sebatas rivalitas kantor, ternyata sudah dimulai jauh lebih dalam.

Dan seseorang di luar sana sedang menarik tali, menikmati kekacauan yang akan terjadi.

---

Flashback – satu jam sebelum presentasi dimulai

Revan duduk di meja kerjanya, membuka laptop kantornya. Jari-jarinya berhenti menekan keyboard begitu melihat tampilan layar. Data presentasinya berantakan, grafik tak terbaca, poin-poin utama hilang, bahkan beberapa file seakan diganti dengan teks kosong.

Alisnya terangkat, sudut bibirnya menegang. "Jadi ini trik Tasya? Murahan banget." batinnya.

Tapi Revan bukan tipe orang yang mudah dibuat jatuh. Dengan tenang ia mengeluarkan laptop pribadinya dari tas, menyalakannya, lalu menghubungkan ke proyektor cadangan yang ia bawa sendiri, sebuah antisipasi kecil yang ia siapkan sejak awal.

"Kau pikir aku sebodoh itu?" Revan mendesis pelan.

Dalam waktu singkat, ia memulihkan data asli yang ia simpan secara terpisah. Semua kembali normal, bahkan lebih rapi dari sebelumnya.

TO BE CONTINUED

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!