Raihana ayu,ibu muda berusia 25 tahun ini harus menerima kenyataan pahit.luka sayatan bekas oprasi caesarnya belum juga kering tapi harus menerima kenyataan pahit suami yg menikahinya 14 bulan lalu menjatuhkan talak 3 atas dirinya.dengan langkah gontai ia keluar bersama putri cantiknya yang baru berusia 45 hari.hana memilih menjauh,meninggalkan kota kelahirannya yang penuh dengan kenangan pait.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayra Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
langit memilih ikut pulang
Pukul 4 sore langit terlihat membuka matanya aku pun bergegas mendekat kearah brangkarnya.kugenggam salah satu tangannya yang tidak diinfus.
"hay,bagaimana perasaanmu sayang,apa masih pusing? " ku beralih mengusap lembut pipinya.
"sudah tidak terlalu pusing kok ma !"
Deg....
Kenapa anak ini masih memangilku mama,apa jangan-jangan dia amnesia?
Ya allah bagaimana ini?
"langit ok kan nak ?" jujur aku takut.
" iya ma langit oke kok " ya tuhan senyumnya manis banget sih ini anak.
" langit maaf ya,tapi tante hana ini bukan mamanya langit" ucapku hati-hati takut anak tampan ini kecewa.
" langit tau kok ma,langit hanya merasa nyaman sama mama.bolehkan kalau langit panggil mama ?" ya Allah anak ini kenapa,bicanya sambil berkaca-kaca.bagaimana aku bisa menolaknya.
"boleh,kamu boleh panggil tante hana mama "
ya Allah matanya langsung berbinar hanya karena kuijinkan memanggilku mama.reflek kupeluk tubuhnya yang masih ringkih.
" sekarang biar diperiksa dokter dulu ya nak ?" dia menganguk.
Aku bergegas mencari dokter.begitu tau langit siuman,dokter pun segera menghampiri langit.ada raut terkejut diwajah langit,ada apa ya?
" saya periksa putranya dulu ya bu,mohon ijin silahkan ibu tunggu diluar"
" ogh...baik dok?" walaupun agak heran aku memilih mengalah.
Cukup lama dokter berada didalam,hampir 20 menitan.entah kenapa aku merasa ini terlalu lama,entah apa yang diperiksa dokter itu?
Atau jangan-jangan ada sesuatu yang berbahaya dengan kondisi langit ya.ya salam aku tiba-tiba takut sendiri.
Beruntung tak selang lama dokter keluar.
" bagaimana kondisi langit dok,apa ada yang mengkhawatirkan ?" dokter itu malah tersenyum.
" tidak perlu khawatir bu,ananda baik-baik saja.ananda boleh pulang usai cairan infusnya habis "
" syukur alhamdulillah kalau begitu dok"
" sama-sama ibu,sementara menunggu ananda selesai dengan cairan infusnya,ibu bisa menyelesaikan administrasi terlebih dahulu."
" baik dok"
Aku bergegas mengurus administrasi langit.beruntung tidak banyak biaya yang aku keluarkan.setelah semua selesai aku kembali ketempat langit.
" mama dari mana ?"
" dari tempat administrasi,kenapa,ada yang langit mau ?" dia mengeleng
" kirain mama ninggalin aku."
" mana mungkin begitu ?" ku genggam tangannya.
" ehm kata dokter,langit sudah boleh pulang.trus mama musti anter kamu kemana ?" dia malah diam dan langsung tertunduk.
" kalau langit ikut mama pulang boleh tidak ?"
" ya allah ada apa lagi ini ?" bisikku dalam hati.
" kenapa begitu nak,nanti kalau orang tua langit nyariin bagaimana ?" wajahnya berubah sendu,ya Allah apa aku salah bicara ya.
" mama tenang saja,papa tidak akan nyariin langit.papa terlalu sibuk dengan pekerjaannya.sekarang saja sedang ada diluar negeri."
" kan masih ada mama kamu dirumah " wajahnya kembali sendu.bahkan matanya berkaca-kaca.
" mama sudah lama ninggalin aku sama papa ma,sekarang sudah bahagia dengan keluarga barunya." ya Allah korban perpisahan orang tua rupanya.
Jadi ingat zuraku.apa kalau besar nanti dia akan merasa begini juga ya?
" baiklah langit boleh ikut mama pulang,tapi harus kabari keluarga kamu dulu ya sayang.ingat kan nomer orang rumah ?" dia mengeleng
" langit tidak ingat ma,semua nomer penting ada di hp,hanya saja hp dan dompet langit dibawa anak- anak tadi.
" kalau alamat rumah kamu tau kan ?"
" langit nggak paham mas,soalnya kemana-mana langit diantar sopir"
Waduh pr ini mah.gimana coba caranya mengabari kelaurga langit?
Secuek apapun papanya langit,aku yakin beliau pasti khawatir anaknya belum pulang sampai jam segini.
" ya udah sementara kamu ikut mama pulang,nanti setelah kamu sembuh kita sama-sama cari rumah kamu " lihat dia terlihat begitu senang saat ku ijinkan ikut pulang.
Entah kehidupan seperti apa yang kamu hadapi selama ini nak,sampai-sampai segitu tidak inginnya diantar pulang.sebernarnya aku pun tak yakin anak seusia langit tidak tau jalan pulang kerumahnya.biarlah untuk sementara aku yang akan merawatnya.kasihan anak ini.
Nanti pelan-pelan akan ku tanya alamat rumahnya.mungkin saat ini dia hanya takut pulang dalam kondisi begini?