Sepasang remaja yang tidak saling kenal, berbeda latar belakang, berbeda keyakinan dan berbeda pola pikir. Harus di nikah-kan secara paksa, karena keduanya di tuduh berzina saat sedang berteduh di gubuk reyot.
Berawal dari Fitnah, benci dan ego. Bagaimana keduanya hidup dalam ikatan pernikahan?
Note : Berdasarkan imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk Jebakan
Hari hari berlalu, Aurora terus berpura pura seperti punya pacar. Sering berangkat lebih pagi, Alvian semakin uring uringan, keduanya saling cekcok tapi tidak menemukan jalan keluar apapun.
Hari ini di kantin, Aurora sedang makan dengan tenang. Tiba-tiba Alvian mendekat, Aurora cuek saja, dia cukup senang melihat Alvian mulai gelisah.
"Pantes dia seneng jadi rebutan, ternyata rasanya asik ya." Batin Aurora.
Aurora sudah selesai makan, hendak kembali ke kelasnya. Tapi tangan kekar dan panjang Alvian menahannya, genggaman tangan pertama setelah hampir satu bulan menikah.
"Apa?." Heran Aurora.
"Kenapa Lo ngga pake cincin nikah." Bisik Alvian.
"Oh.. itu, pacar aku nggasuka jadi aku lepas." Ucap Aurora terlihat tersenyum salting.
"Siapa.. siapa pacar Lo?! Dimana Lo ketemuan? Lo ngga pernah keluar rumah, apa lewat sosmed?!." Alvian menatap menuntut.
"Aku privat kok, tenang aja." Ucap Aurora, pura pura salah paham.
"Putusin, Putus sama pacar Lo itu." Alvian meremas jari jemari Aurora.
"Hmm, gimana ya. Tapi dia baik, dia pengertian, dia menghargai aku dan paling penting dia ga kasar." Ucap Aurora terlihat menimang nimang.
"Lo begini karena Cindy, gue udah jauhin dia. Lo puas kan? putusin pacar Lo itu." Alvian menatap Aurora, menuntut.
"Nggamau." Tolak Aurora.
"Brengsek." Alvian terlihat kesal, Aurora tidak peduli dia pergi dari sana begitu saja.
"Hahahahahahaha." Batin Aurora tersenyum penuh kemenangan.
Cindy yang melihat Alvian semakin berubah, biasanya dia bisa meluluhkan dan memaksa Alvian dengan pura pura asmanya kambuh. Tapi kini paksaan itu tidak lagi mempan, dia kesal dan penasaran apa yang sudah di lakukan Aurora, hingga membuat Alvian berubah.
Sratttt
Cindy menarik Aurora dengan kasar, membawanya ke lorong sebelah toilet. Aurora hanya ikut saja, toh jika dia mati dibunuh dia akan masuk surga.
"Apa yang Lo lakuin ke Alvian, jalang pelakor." Ucap Cindy.
"Emm.. aku cuma minta batalin pertunangan." Ucap Aurora polos.
"Sialan, nggausah bohong." Cindy menjambak Aurora.
"Lagian siapa si, yang mau nikah sama pria ngga setia. Seleraku bukan Walid, maaf." Ucap Aurora.
"Bacot, gausah sok ga mau." Cindy menyiram Aurora, menggunakan botol air yang dirinya bawa.
Byurrrr
"Cindy, maaf bikin kamu kecewa. Tapi sekarang aku sama Alvian udah satu iman." Ucap Aurora, tersenyum misterius.
"Maksud Lo apa?!." Betak Cindy, jengkel.
Aurora melihat seragamnya yang basah dan kotor, dia tetap tersenyum tipis. Senyum yang tidak sampai matanya, tapi tatapan mata yang menatap lurus tanpa berkedip, itu terlihat menakutkan.
"Mau apa Lo." Sungut Cindy ,mundur beberapa langkah.
"Ngga ngapa-ngapain. Aku Islam." Ucap Aurora tersenyum palsu.
Deg.
"N-ngga mungkin, NGGA MUNGKIN ALVIAN RELA PINDAH AGAMA DEMI JALANG KAYA LO." Teriak Cindy.
"Aduh tenang Cindy, kamu sama Alvian juga dulunya beda agama kan. Kita sama sama beda agama, tapi Alvian milih seiman sama aku, aku ga bisa apa apa dong. Mungkin dia emang maunya nikah sama aku, dia ngga suka cewe berisik hehehe." Aurora sedikit memprovokasi.
"BOHONG!!! Selama dua tahun! dua tahun gue rayu dia biar ikut iman gue. Tapi dia ga pernah tergerak, dia selalu meyakini dirinya Atheis." Teriak Cindy, sangat marah.
"Ya ampun, aku jadi kasian sama dia. Dia juga cuma wanita yang butuh di cintai, gimana perasaan dia kalo tau aku sama Alvian udah nikah?." Batin Aurora.
"Cindy, aku nggamau ribut. Aku serius, kalau kamu emang mau sama Alvian, ambil aja. Inget Cindy, kita berhak dicintai. Seperti aku yang memutuskan buat pergi, karena aku lebih cinta diriku sendiri dibandingkan siapapun. kamu boleh banget ambil Alvian, kalo bisa kamu rayu aja Alvian biar dia sama kamu dan lepasin aku ." Ucap Aurora datar.
"Sialan, nggausah sok keren. Lo pikir dengan mundur Lo bisa ambil hati Alvian, dia aja nolak pas gue kasih tubuh gue ke dia. Dia ngga kekurangan cewe, jangan terlalu percaya diri." Ucap Aurora.
"Wah aku turut berduka cita, ternyata Lo bahkan udah sampe buka celana buat narik Alvian. Maaf banget, sepertinya Alvian emang ngga cocok sama aku. Kebetulan aku punya pacar, dia baik dan pengertian banget. Makanya, mending Alvian sama kamu aja, kalian cocok." Ucap Aurora terlihat polos.
"Apa? Lo selingkuh?." Syok Cindy.
"Hmm.. ngga kok, aku cuma punya pacar aja. Sama kaya Alvian kan?." Polos Aurora.
"Gila, kalo Alvian tau." Cindy tersenyum penuh arti.
"Dia udah tau, aku pikir dia jadi setuju udahan sama aku. Ternyata dia minta aku putusin pacarku, aku nggamau." Ucap Aurora pura-pura sedih.
Tanpa Keduanya Sadari, sejak tadi Alvian menguping pembicaraan. Dia mengepalkan tangannya erat-erat, tidak menyangka jika Aurora benar benar serius akan pergi darinya.
Saat jam pulang sekolah, Alvian berniat menunggu Aurora. Tapi ternyata Aurora sedang di ruang guru, dia berniat pulang duluan karena supir jemputan Aurora sudah datang.
"Alvian!! anterin aku ya, hari ini supir Papa nggabisa jemput." Ucap Cindy.
Alvian, tanpa melirik langsung menarik gas begitu saja. Cindy melihat itu dengan geram, matanya menyala-nyala. Sudah cukup dia bersabar selama ini, sudah waktunya dia memaksa dengan cara apapun.
"Tunggu aja hari ini, Alvian. Lo bakal jadi milik gue." Batin Cindy.
Alvian pulang kerumah dengan pikiran berkecamuk, dia merasa cemburu karena Aurora mencintai Pria lain. Dia bahkan rela meninggalkannya demi pria itu, Alvian merasa kesal.
Slaraakkkkk
BRAKKK
Tiba tiba ada yang menabrak motornya dari belakang, Alvian terjatuh namun berhasil menghindari benturan fatal. Dia bergegas bangkit dan melihat segerombolan geng motor sekolah lain, menghadangnya.
"Apa - apaan Lo semua!." Teriak Alvian, setelah melepas helmnya.
"Kita cuma dibayar Orang buat bawa Lo hidup hidup, mending Lo nurut aja." Ucap mereka.
"Persetan." Alvian bersiap melawan.
Pertarungan di tengah jalan terjadi, Alvian Vs All In. Alvian menerima beberapa pukulan benda keras, lalu Bogeman mentah juga. Dia bisa berkelahi tapi jika dikeroyok tentu saja dia kewalahan.
Alvian berusaha melawan, merasa marah. Siapa yang berani mencari masalah dengannya? Kenapa di saat pikirannya kacau, ada saja orang yang menambah masalah.
Di Dalam mobil, Aurora Heran kenapa tiba tiba sang sopir berhenti. Aurora melihat ke depan, rupanya ada tawuran. Tapi matanya menyipit, merasa ada yang tidak beres.
"Gawat Non, itu Tuan muda yang di keroyok. Non tunggu di sini, saya harus membantu." Ucap Sopir.
"Tunggu Pak, biar saya aja." Tahan Aurora.
"Apa?! Tapi non, ini bahaya." Sopir takut dan panik.
"Tenang Pak, saya jago beladiri." Ucap Aurora.
Aurora turun dari mobil, berlari mendekat. Alvian sudah terkapar, ditendang dan di pukul banyak anak - anak muda. Aurora merasa sedih, sebenci dan sekecewa apapun dirinya. Dia tidak mau melihat suaminya di kroyok seperti ini, di depan matanya.
"JANGAN SENTUH COWOK GUE, ANAK ANAK ANJING." Teriakan Aurora, menggelegar.
Semua anak menoleh, tapi terlambat. Aurora sudah melompat dengan tumpuan motor, kakinya menendang kepala mereka dengan keras.
DUAGH
Arrggghh
"Bangsat, siapa Lo." Umpat mereka.
"Cewe ngga jelas, jangan jadi pahlawan kesiangan. Kita ngga ada urusan sama lo, mending pergi." Usir mereka.
Alvian melotot melihat Aurora, dia berusaha berdiri. Dia sempat tertawa sinis, bukankah dia sangat pengecut? dia sudah melukai hati istrinya tapi sekarang istrinya mau melindunginya.
Alvian dengan sempoyongan, darah yang menetes dari sudut bibir, hidung dan beberapa bekas pukulan. Berusaha menyembunyikan Aurora di balik punggung kokohnya.
"Jangan sentuh cewek gue, bangsat." Ucap Alvian meludah.
"Brengsek! Hajar aja." Teriak mereka.
Perkelahian terjadi, tapi Aurora tidak diam. Dia melawan dan memberikan Bogeman, tendangan dan sikutan keras miliknya. Meskipun dia tidak terlalu tinggi, tapi kekuatan tendangan miliknya cukup kuat.
Dia sudah banyak bekerja kasar, angkat berat dan pekerjaan fisik di desa. Sejak kecil, dia telah melalui hal berat dan melatih mental dan fisik yang kuat. Meksipun mentalnya sudah sedikit terguncang, yang mengakibatkan dirinya introvert.
Bugh
Duagh
Bugh
Aurora menarik Alvian mundur, dia melawan sendirian. Dia bukan gadis lemah, dia bisa berdiri kokoh di kakinya sendiri. Dia memang tidak sempurna, tapi dia bisa menjadi istri yang setia. Sejahat apapun suaminya, dia tetaplah suaminya.
"Ini baktiku kepadamu, suamiku." Batin Aurora.
Alvian menatap dengan nanar, tidak menyangka istrinya tanpa takut menolongnya. Dia merasa kesal karena tidak berdaya, padahal dia pria dan tubuhnya besar, tapi kalah dengan kekuatan Istrinya sendiri.
Alvian berusaha tetap sadar, dia mati-matian Agar biasa berdiri. Ingin membantu Istrinya, dia melihat Aurora dipukul dan di tendang, meksipun Aurora bisa membalas. Tetap saja hatinya sakit, harga dirinya terluka.
"Brengsek, jangan sentuh Istri gue." Batin Alvian, nyaris kehilangan kesadaran.