NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB II GERBANG TENGKORAK

     Sabdo melangkah dengan hati-hati saat mendekati pintu belakang, ia melihat sekeliling terdapat puluhan tulang belulang berserakan, dalam hatinya berpikir bahwa dulu di tempat itu pernah terjadi perkelahian atau pertempuran yang memakan korban jiwa. Di mana-mana banyak tulang, bahkan di atas jeruji besi terlihat beberapa tengkorak manusia yang tertanjab, semua tengkorak itu sudah lama berada di tempat itu. Sabdo merasa bahwa tempat itu dulunya sebuah pintu rahasia untuk keperluan khusus. Dirinya melangkah untuk menyelusuri lebih ke dalam, banyak hiasan penuh dengan bekas darah. Sabdo tertegun saat melihat tumpukan tulang.

    Beberapa saat kemudian, kakinya menyentuh sebuah senjata yang berbentuk keris, setelah lama mengamati, ia membawa keris itu dan melanjutkan langkahnya, tiba-tiba.....

     " Dulu ada kejadian mengerikan ki sanak," kata seseorang dari belakang Sabdo.

      Sabdo menengok ke belakang, di sana berdiri kakek Palon yang tengah membawa bungkusan dari kain, dan meletakkan di atas meja kayu berukir.

    " Apa itu Kek ?" tanya Palon sambil mendekati meja tadi.

   " Itu sebuah catatan yang tadinya berserakan, lalu ada yang memungutnya, namun belum tersusun ki sanak," jawab Palon.

     Lalu Sabdo membuka bungkusan itu, kemudian mengambil satu lembar yang terdapat tulisan dengan huruf yang indah. Tangannya terus melihat tiap lembar demi lembar.

    " Ini harus disusun dulu Kek, supaya rapi dan bisa dibaca nantinya," usul Sabdo.

    Dengan teliti dua sosok itu menyusun lembaran tadi, dan dalam waktu se peminuman , akhirnya tersusun juga, lalu diikatlah kumpulan lembaran itu dan dibungkus kembali lalu dimasukkan ke dalam sebuah tas dari kain.

    " Kenapa kakek tidak di warung untuk berjualan, di sana tentu banyak pelanggan datang," kata Sabdo penasaran.

" Saya hanya memastikan dirimu saja selamat atau tidak masuk ke sini ki sanak, banyak sesuatu yang tak terduga setelah orang masuk ke sini, begitu masuk langsung tinggal nama, begitu kabarnya dari beberapa tahun," tutur kakek Palon.

" Berarti tempat ini penuh misteri juga kek, pasti ada sesuatu di dalam sana," kata Sabdo sambil menunjuk ke arah dalam ruangan yang tampak tanpa penghuni itu.

Akhirnya Sabdo melangkah menuju ke dalam ruangan yang mirip aula itu, baru saja beberapa langkah, terdengar suara seperti orang berjalan di atas dedaunan kering, terdengar agak pelan, lalu semakin jelas, makin dekat, dan...jlugh.....sosok sesuatu berdiri di depan Sabdo, dia mundur selangkah, lalu berpaling ke arah kakek Palon yang sedang jongkok, tiba-tiba sosok itu tertawa, ha...ha...ha...ha....

Suara tawa itu menggelegar dan membuat ruangan itu seolah bergetar, kemudian....sosok itu berjalan mendekati Sabdo, dan karena jangan sampai tertangkap, Sabdo menyelinap di antara tiang-tiang bangunan itu, sementara Kakek Palon telah hilang dari pandangan Sabdo, ia hanya mengawasi sosok itu. Tubuhnya tinggi dengar dada yang lebar, wajahnya penuh bercak darah, giginya besar dan bertaring, setiap ia tertawa, maka banyah tumpahan seperti lendir yang jatuh, lendir itu berbau busuk dan warnanya hijau bercampur merah darah.

Sabdo selalu waspada, matanya sangat tajam, ia melirik ke cela-cela tiang bangunan, tampak di depan sana, sosok itu mendengus-dengus seperti mencium bau sesuatu.

" Darah.....ada darah segar....darah segaaaaaaar...ha ..ha...ha...ha," ucap sosok itu.

Wajahnya penuh bekas luka sayatan senjata tajam, banyak kulit yang menganga dengan darah yang masih tampak, matanya merah, salah satu matanya menonjol dan tampak bola matanya meneteskan darah bercampur nanah. Sejak munculnya sosok itu, ruangan tersebut sungguh berbau busuk, hampir saja Sabdo muntah mencium aroma di ruangan itu, ia menahan rasa muntahnya.

Sosok itu berjalan menuju ke tiang dimana Sabdo sembunyi, terdengar langkahnya mendekat, bayangan dari sosok itu terlihat semakin besar, Sabdo kemudian sedikit langkahnya bergeser ke sisi kiri, tanpa suara ia terus menggeserkan kakinya, semakin dekat sosok itu, semakin kuat bau busuk yang tersebar. Sabdo dengan hati-hati terus memutari tiang itu, sementara sosok tersebut terus mencari bau darah yang tercium.

Saat Sabdo mau menengok ke kiri, ia melihat wajah mengerikan itu berada di hadapannya, betapa terkejutnya Sabdo, wajah itu menyeringai di depan Sabdo, rasa mau muntah dari tadi sudah tak tertahankan lagi, saat sosok itu menyeringai Sabdo pun akhirnya muntah juga. Perutnya begitu tidak kuat menahan mual yang amat sangat. Sabdo lalu beringsut ke kanan, namun ia kini sudah dalam genggaman makhluk itu, ia sudah berada di depan mulut makhluk itu, ia tak berani menatapnya, namun ia sempat melihat di antara gigi-gigi sosok itu terdapat ribuan belatung yang baunya begitu busuk.

Dengan sekuat tenaga, Sabdo berusaha untuk lepas, namun sia-sia, semakin ia mengeluarkan tenaga, semakin kuat genggaman sosok itu.

"Hoooooakh....hoooooakh, kembali Sabdo muntah, ia sudah tidak kuat lagi, pandangan matanya mulai redup, nafasnya sesak dan keringat keluar sangat banyak, saat itu, sebuah jeritan terdengar sangat keras.

" Aaaaaaakh....aaaaaaakh,.....sosok iti menjerit keras, tubuhnya oleng ke kiri, dan kemudian sosok itu tersungkur, Sabdo masih dalam genggamannya, ia pun ikut terjatuh, tubuhnya membentur lantai, namun Sabdo ingin lepas, hingga dia berusaha untuk menarik tubuhnya, genggaman itu semakin renggang, ia pun akhirnya bisa melepaskan diri. Kini Sabdo memandang sosok itu, ada sebuah tombak yang menancap di dadanya, darah mengucur dari tempat tombak itu menancap, sementara ribuan belatung keluar dari mulut sosok itu, Sabdo menoleh ke arah kanan, tampak sosok kakek Palon berdiri dengan tangan habis melempar sesuatu, Sabdo sadar bahwa tombak itu dilempar oleh kakek Palon.

Sabdo akhirnya mendekati kakek Palon.

" Makhluk apa itu kek, baunya sungguh amat busuk, beberapa kali aku muntah, siapa dia kek ?" tanya Sabdo.

" Dia itu siluman berjenis raksasa, yang menjadi tameng dari Lurah Sura , dia pemakan bangkai manusia di sini , saat ada acara ritual korban daging manusia. Syukurlah kau selamat ki sanak," kata kakek Palon.

Akhirnya Sabdo kembali melangkah lagi menuju ke arah lain, matanya selalu waspada akan bahay yang menghadangnya. Di kamar itu ia tidak menemukan apapun, kecuali sebuah lembaran tulisan dan sebuah lencana dari perak dengan gambar wajah menyeramkan dengan taring panjang dan bertuliskan Jayasura. Sabdo pun akhirnya menuju ke kamar yang lain, baru beberapa langkah, ia menemukan secarik kain yang penuh noda hitam, tampak kain itu berbau bangkai makhluk aneh, begitu busuk, amis dan anyir. Di depan sana terdapat cermin berbingkai tulang-tulang yang tersusun , di tengah tulang itu ada cermin, saat ia memandang cermin itu, tiba-tiba terdapat asap di dalam cermin itu.

Sabdo bergegas untuk pergi, namun ia mendengar suara,

" Jangan pergi ki sanak, tetaplah diam, nyawamu akan terancam bila pergi," kata suara itu ternyata kakek Sabdo.

Sabdo hanya diam dan hanya memandang cermin itu, pada akhirnya beberapa saat setelah itu, asap tadi membentuk sesuatu sosok perempuan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!