"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Berantem
2 Minggu berlalu, masa liburan telah
usah. Liburan yang lebih banyak
digunakan untuk menghasilkan cuan oleh
Alvin.
Sekolah di hari pertama setelah
liburan, tak ada waktu santai bagi SANG
JUARA, pelajaran sudah berlangsung
sebagaimana mestinya.
Belum lagi pengumuman olimpiade,
Alvin yang sejujurnya enggan mengikuti
hal hal seperti itu, mau tidak mau harus
tetap ikut, mengingat status beasiswa yang
ia miliki, membuatnya berkewajiban
mengikutinya.
"Olimpiade kali ini dilaksanakan
secara individu, bagi yang ingin mendaftar
silahkan, biaya dan perinciannya sudah
ada di website sekolah. Untuk penerima
beasiswa diwajibkan ikut seperti biasa"
ujar Bu Desi menegaskan, saat
memberikan pengumuman.
"Maaf Bu, apa keuntungan bagi kami
jika mengikuti olimpiade ini?" tanya salah
seorang siswa yang tampaknya berminat
untuk ikut.
"Keuntungannya kalian dapat
tambahan pelajaran sejam, dapat
sertifikat, dan jika dapat juara akan
mendapat hadiah dari sekolah" papar Bu
Desi.
"Ada lagi yang ingin ditanyakan?"
tanya Bu Desi sebelum mengakhiri kelas.
"Sepertinya sudah jelas Bu" sahut
Alvin selaku ketua kelas, usai melihat
sekeliling tampaknya sudah tak ada yang ingin bertanya lagi.
Bu Desi pun segera pamit berlalu usai
memberikan informasi mengenai lomba
olimpiade.
Pendaftaran olimpiade yang telah
dibuka membuat para siswa lain segera
mendaftar, kali ini setidaknya ada separuh
dari angkatan Alvin yang mengikuti
olimpiade tersebut.
"Kamu gak ikut Ming?" tanya Alvin
yang melihat Mingyu belum kunjung
mendaftar.
"Enggak ah, habisin waktu aja. Aku
mau fokus sama kerjaan vin, males ikut
gitu-gituan lagi. Lagian sayang banget
uang 300 buat daftar, kalau juara pun
hadiahnya juga gak seberapa kan" ujar
Mingyu membuat Alvin mengerti.
Memang semenjak jual terompet saat
tahun baru kemarin, kini Mingyu lebih
fokus membuat berbagai macam mainan
anak-anak. Bahkan hanya dalam waktu 2
Minggu, ia sudah memiliki reseller.
Meski baru 2 orang, tetap saja 2 orang
tersebut seperti karyawan bagi Mingyu,
sebab ia bahkan mulai mengajari 2 orang
tersebut untuk membuat dan menjual
maianan anak-anak yang dibuat oleh
Mingyu.
"Tapi kan sertifikatnya lumayan Ming,
bisa buat pertimbangan masuk kuliah
nanti" sahut Sella yang sejak tadi
menyimak pembicaraan Alvin dan
Mingyu.
"Baru pertimbangan sel, belum pasti
masuk juga kan" jawab Mingyu.
"Kalau kalian ikut gak?" tanya Alvin
mengalihkan pembicaraan pada Sella dan Arumi.
Keduanya serempak mengangguk
tanda mengikuti olimpiade tersebut.
"Tapi denger denger, yang udah daftar
tetep di seleksi lagi loh" ucap Arumi.
"Lah kalau gak jadi ikut kan rugi udah
bayar segitu" sahut Mingyu seraya
mengerutkan keningnya.
"Yang gak jadi ikut uangnya bakal
balik 50%" jawab Arumi. Membuat
ketiganya mengangguk.
Bel tanda pulang sekolah berbunyi,
Alvin pun segera mengambil sepeda
pancalnya untuk segera pulang, ia takut
jika sudah di tunggu para pemulung yang
akan menyetorkan rosok padanya.
Di tengah perjalanan, ia melihat
seseorang dengan seragam dari sekolah yang sama dengannya, sedang di hentikan
oleh segerombolan preman, di sebuah
gang.
Ingin membantu, namun sadar diri
jika dirinya hanya sendiri, membuat
Alvin memilih mengamati terlebih
dahulu dari jauh.
Anak laki-laki yang terlihat mulai
takut akan preman di hadapannya, mulai
turun dari sepeda motor yang sedang
dinaikinya, sembari terus mengangguk
dan menggosokkan tangan, seolah
meminta ampun.
Melihat perlakuan anak laki-laki
tersebut, Alvin pun sedikit heran, ia
melihat ada balok kayu di sekitarnya, usai
menyenderkan sepeda pancal, Alvin pun
segera mengambil balok kayu tersebut dan
berlali memukul preman yang sudah siap
menaiki motor milik anak laki-laki tadi.
Pukulan terus Alvin layangkan,
meski dirinya juga mendapat serangan
berkali-kali, untungnya tadi ia sempat
memungut balok kayu yang kini jadi
senjatanya itu, sekilas ia melirik anak laki-
laki yang berasal dari sekolahnya, Alvin
mengenal anak itu.
Anak laki-laki yang Alvin ketahui
bernama Kevin itu, tampak hanya melihat
seraya beberapa kali berjingit ngeri,
melihat Alvin memukul lawan tanpa
ampun dengan balok kayu yang
dipegangny.
Saat Alvin mulai kuwalahan
barulah bantuan datang.
"Woy vin! Pesta kok gak ajak ajak sih"
teriak seseorang yang kini mulai
mendekat hendak membantu Alvin
yang sedang di keroyok oleh 4 preman.
"Kalau mau bantu cepet sini!" balas
Alvin berteriak.
"Siap!!" jawab Alex seraya berlalu
menendang salah satu orang yang sedang
menghajar Alvin.
"Alvin Awas!!" teriak Kevin saat
melihat salah satu preman yang hendak
menghajar Alvin dari belakang, untung
kali ini Kevin tak diam saja, ia
melemparkan batu yang mengenai tepat di
kepala preman tersebut.
Merasa mulai kuwalahan menghadapi
anak SMA, para preman itu pun memilih
kabur, dengan tubuh yang sudah babak
belur, dan darah yang berada di ujung
bibir, maupun ujung hidungnya.
"Kalau sampai ada berita mengenai hal
ini, kalian lah yang bakal masuk buk!"
ceriak Alex tampak mengancam preman yang hendak kabur itu.
Meski serampangan, tapi Alex enggan
memiliki masalah lebih lanjut karena hal
ini.
"Mukamu bonyok vin" ucap Alex.
"Lah mukamu juga tuh" sahut Alvin.
"Gimana ini ceritanya tadi, kok bisa
kamu berantem sama preman gitu,
perasaan kamu biasanya lewat jalan raya,
gak lewat gang sini" ujar Alex seraya
menyeka ujung bibirnya yang masih
mengeluarkan darah.
"Alvin cuma bantuin aku Lex" sahut
Kevin.
"Tadi levwat depan situ, terus ngeliat
kok seragamnya kayak anak sekolah kita,
pas tak liatin beneran, yawes tak
samperin' jelas Alvin sembari mengibas bajunya yang kotor.
"Lagian kamu kok diem aja sepedamu
diminta gitu mas" tegur Alvin pada
Kakak kelasnya itu, sedikit tak menyangka
jika Kevin yang biasanya mengekor pada
Badak, ketua pembuat onar sekolah,
nyatanya terlihat pasrah pada preman.
"Lah tadi enak enak motoran, kontak
sepedaku langsung di cabut, apa gak auto
berhenti aku, udah minta baik-baik malah
di ancem, mereka keroyokan vin, aku
sendiri. Udah pasti kalah, makanya tadi
kamu liat aku mau ngasihin sepeda kan"
papar Kevin.
"Halah, wes pulango sana, lain kali
lewat jalan raya aja Vin" usir Alex.
Kevin pun mengucapkan terimakasih
berkali-kali pada Alvin dan Alex, Kevin
hkan mengeluarkan 3 lembar uang merah seratus ribuan untuk Alvin agar
mengobati lukanya.
Tentu saja Alvin menolak mentah-
mentah, niatnya hanya ingin membantu,
tak berharap imbalan apapun.
"Kamu gak pulang Lex" tegur Alvin
yang melihat Alex masih asik mengamati
wajahnya di depan spion motor sportnya.
"Ini kalau mama tahu pasti panjang
urusannya vin. Aku nginep rumahmu aja
ya" ujar Alex.
"Hah?!" ucap Alvin kaget.
"Iya nginep, besok pagi-pagi sekali
baru pulang. Mama gak bakal marah kalau
aku nginep di rumah kamu" ujar Alex
meyakinkan.
"Ehm boleh sih, tapi rumahku banyak
Rosoknya Lex, gak yakin kamu bisa tidur"
ucap Alvin pesimis.
"Aku gak semanja itu vin, dah sana
jalan! Tak ikuti dari belakang" jawab Alex
sedikit memaksa.
Alvin pun mengayuh sepeda
pancalnya, diikuti oleh Alex yang
menjalankan motor sportnya dengan
perlahan mengimbangi laju sepeda
Alvin. Rumah yang memang sudah tak
terlalu jauh, kini telah di depan mata.
Tampak 2 orang pemulung sudah
menunggu kedatangan Alvin, untuk
menyetorkan hasil memulungnya.
"Maaf Mbah, saya pulangnya telat.
Sudah dari tadi tah?" sapa Alvin pada 2
orang pemulung yang memang usianya
sudah cukup tua.
"Gpp le, sekolah itu penting. Gak
sampe setengah jam kok kita nunggunya,
lagian rumahmu teduh le, jadi nyaman
meskipun nunggu" jawab salah seorang
diiringi anggukan kepala oleh satunya
lagi.
Tanpa berbasa-basi lagi, kini kedua
pemulung tersebut mulai menaikkan hasil
buruannya ke atas timbangan satu
persatu, usai mengetahui berat dan jenis
rosok yang ada, Alvin pun segera
membayar rosok tersebut sesuai dengan
besaran yang telah di sepakati.
Usai proses transaksi tersebut,
barulah Alex mendekat, sejak tadi ia hanya
mengamati.
"Kirain itu tadi mbahmu vin" ucap
Alex.
"Bukan lah, masuk Lex, tunggu sini ya
aku tak bersih bersih dulu, abis itu gantian
kamu" jawab Alvin setelah membuka pintu rumahnya.
Alex pun menurut, gaya tengilnya tak
ia pakai kali ini, sepertinya sadar diri jika
dirinya sedang menumpang.
Alex tampak mengamati sekeliling
rumah Alvin, mungkin seukuran
kamarnya batin Alex.
Setelah Alvin bersih-bersih ia pun
mempersilahkan Alex.
"Aku gak punya baju ganti yang cukup
bagus untuk tak pinjemin ke kamu Lex"
ucap Alvin sebelum Alex masuk ke
dalam kamar mandi sempitnya.
"Gpp, aku selalu bawa kaos buat ganti
kok" jawab Alex.
Sembari menunggu Alex bersih-
bersih, Alvin pun keluar rumah menuju
warung terdekat, sekadar membeli nasi bungkus, mie instan dan roti. Ia enggan
jika tak memberi suguhan apapun pada
tamunya.