Aku memang mencintainya tapi aku lebih menyayangimu. Tahukah kamu apa yang akan terjadi saat Dia tahu yang sebenarnya. Berjuanglah, jangan pernah lari dari kodratmu. Belajarlah menerima takdirmu meskipun itu sulit dan menyakitkan.
Bagaimana dengan aku jika kamu bersikeras untuk memilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana caranya kabur?
Sampai larut malam, Stevi belum juga sampai di rumah. Kepanikan Mama membuat Laras dan Papa menjadi sasaran kemarahannya.
"Pa... makanya jangan dinas luar kota terus, begini kan jadinya, Aliando jadi susah diatur!"
"Dan kamu Laras, Mama sudah bilang jangan suruh adikmu jadi model lagi, apa gak ada yang lain!?"
Kalau Mama sudah marah seperti itu, tidak ada satupun yang berani menentang. Papa dan Laras pun seperti katak yang tertindas ban kontainer, tidak bisa bergerak ataupun membantah.
Jam 23.00 WIB terdengar suara motor yang masuk ke halaman rumah mereka. Seketika itu suasana yang seperti gua hantu, tiba-tiba berubah menjadi terang. Kedua mata Laras hanya bisa melirik Papa nya.
"(Alhamdulillah... Stevi pulang... hhuufftt)"
Tidak selang waktu lama, pintu terbuka dari luar. Wajah angker sudah tampak jelas terlihat dari pintu. Seperti terdakwa yang sudah di tunggu hakim dan Jaksa penuntut, Stevi jalan sambil menundukan kepalanya. Lemah gemulai langkah Stevi, membuat Mama meluncurkan semburan mautnya.
"ALIANDO.... jalan yang benar! Sini kamu duduk dekat Mama!"
Mendengar pekikan lantang dari Mama, Papa dan Laras menutup kedua kuping mereka. Stevi pun juga merubah cara jalannya menjadi lebih macho.
"(untung jarak dari pintu sampai ke Mama gak jauh, bisa pegel ni kaki harus pura-pura jalan seperti pendekar! OMG... Mama)"
Sampai juga di kursi Mama duduk, Stevi dengan tenang memandang wajah Mama.
"Ma.. maaf, aku kemaleman."
Masih dengan wajah marahnya, Mama menoleh ke arah Stevi.
"Dari mana kamu, Mama sudah bilang kan kemu harus nurut kata Mama. Sama seperti Papa dan Laras, mereka juga nurut apa kata Mama!"
Stevi gantian menatap Papa dan Laras secara bergiliran, seolah saling memberi kode.
"Iya Ma... Stevi janji akan nurut. Mama yang tenang ya? Gimana kalau sekarang Mama tidur biar besok bangun pagi bisa lebih fresh."
Sambil membuang muka dari Stevi, Mama menatap Papa sambil cemberut.
"Oke...! Papa dan Laras besok ikut ke rumah tante Sandra, kita lamar Sinta untuk Aliando."
"WHATT......!!!"
Laras dan Papa kompak menjawab Mama. Stevi menjadi galau dan gelisah, Dia berusaha menolak keinginan Mama.
"Ma.. ya gak begitu juga, maksut aku mau nurut ke Mama bukan...
Sebelum Stevi selesai ngomong, Mama tiba-tiba teriak.
" Stop... tidak ada yang boleh nolak!"
Mama berjalan meninggalkan mereka bertiga di ruang tengah.
Stevi duduk terdiam merenungi nasibnya. Sebelum Papa menyusul Mama ke kamar, Dia berjalan mendekati Stevi.
"Aliando, kamu tenang ya Nak, Papa akan coba ngomong lagi sama Mama. Papa ke kamar dulu!"
Stevi hanya bisa tersenyum dan menahan rasa kecewa.
Laras yang melihat wajah Stevi memelas, Dia memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Stevi sayang.... sabar ya, kita serahkan semua pada yang Kuasa! Ayo semangat kita pasti akan dapat jalan keluar."
Semangat yang diberikan Laras, membuat Stevi menjadi semakin percaya diri. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar.
"(Mending aku istirahat dulu, biar fikiran jernih dan bisa mencari cara bagaimana bisa kabur dari perjodohan ini)"
Malam yang terasa sunyi, membuat Stevi tidak bisa memejamkan matanya. Harapan Dia bisa tidur nyenyak pupus dengan hadirnya kembali ucapan Mama dan bayang-bayang Sinta di fikirannya.
"Duh... aku harus gimana, apa yang harus aku lakukan!"
Dengan pelan tanpa suara langkah, Stevi keluar kamar. Rencananya Dia mau menyelinap ke kamar Laras. Saat Dia berjalan mengendap berharap tidak ada yang tahu.
Brak...!.. suara benturan terdengar di antara lorong kamar Stevi dan Mama. Stevi yang mengendap berjalan mundur ternyata menubruk Mama yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Aliando..! ngapain kamu jalan mengendap seperti itu?
Stevi menjadi gugup saat melihat kedua mata Mama yang hampir keluar.
" A....Mmm.. Stevi mau ambil air minum Ma!"
Melihat gelagat yang mencurigakan dari Stevi, Mama semakin mendekat.
"Katakan dengan jujur, jangan bohong sama Mama! Lagian Aliando.. kalau mau ambil minum ke dapur, kamu salah arah!"
Sadar dengan posisinya berdiri, Stevi segera lari kembali ke kamar.
Klek... Brak! Dengan tangan gemetar seperti habis lihat hantu, Stevi menutup pintu kamar nya dengan keras.
"Aku harus bagaimana... siapa yang bisa menolongku!"
Stevi yang merasa fikirannya lelah dan buntu, tak terasa Dia tertidur di kursi kamarnya.
...----------------...
Sudah jam 08.00 WIB, Stevi belum juga turun dari kamarnya. Mama yang tidak sabar lagi menunggu Stevi turun, Dia berjalan menuju kamar Stevi.
Tok Tok Tok ! "Aliando... buka pintu nya!"
Berulang kali Mama memanggil Stevi tapi tidak ada jawaban, Mama pun membuka pintu kamar Stevi sendiri.
Melihat Stevi yang tertidur di kursi dan menaruh kepala nya di meja, Mama menghampirinya.
"(Kenapa anak ini, apa Dia terlalu capek sampai tertidur di meja?)"
"Aliando sayang, bangun Nak."
Perlahan Stevi membuka kedua matanya. Begitu Dia sadar orang pertama yang dilihat setelah Dia bangun adalah Mama, dengan gaya kayak nya Dia melompat ke atas tempat tidur.
"Maaf Ma... aku kesiangan, semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, ampuni Aliando Ma!"
"Hhhaaaaa.... kamu kenapa, seperti melihat hantu saja. Kamu buruan mandi, Papa dan Laras sudah menunggu di bawah!"
Mama keluar dari kamar Stevi dengan senyum puasnya.
Tiga puluh menit berlalu Stevi belum juga muncul. Mama yang sudah mondar-mandir dari tadi, berencana mau ke kamar Stevi lagi. Tapi niatannya hilang, setelah melihat Stevi yang muncul tiba-tiba.
"Ya... ampun Aliando, kenapa bajumu seperti ini? Kamu ini mau ngelamar anak orang bukan mau makan bakso sambil nongkrong di depan sana!
" Laras... temenin Aliando kembali ke kamar buat ganti baju!"
Tidak ingin kena semprot, Laras bergegas pergi membawa Stevi kembali ke kamar.
"Stev... kamu kenapa bikin Mama marah terus, Lama-lama Dia bisa strok!"
Stevi berbisik di telinga Laras agar Mama dan papa tidak mendengar.
"Laras... aku sudah gak bisa mikir lagi bagai mana caranya lari dari perjodohan ini, aku hanya bisa mengulur waktu saja, biar keluarga tante Sandra ilfeel karena kita datang telat."
Laras mengambilkan setelan jas hitam untuk digunakan Stevi di acara lamarannya.
Dengan wajah murung, Stevi kembali lagi ke ruang tengah menemui Mama dan Papa.
Melihat penampilan Stevi setelah ganti kostum, Mama tersenyum riang.
"Nah... gitu dong, ni baru anak Mama yang paling guanteng!"
"Ok... karena kita sudah siap , kita cuz sekarang!"