NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 Berkumpul kembali

BRAKK!!

Tinju besar N’Kosi menghantam tiang beton di samping Leon, dentumannya menggema, membuat serpihan beton terlempar ke udara.

Leon sudah bergerak cepat, tubuhnya melesat ke samping dan balas menyerang dengan siku ke arah rahang lawannya.

BUGHH!!

Siku itu mengenai sasaran. Kepala N’Kosi terhentak ke samping, namun pria besar itu tetap berdiri kokoh, hanya darah baru yang mengalir dari sudut bibirnya.

Mata N’Kosi menyipit. 'Dia ini… bukan orang biasa,' batinnya.

Meski tubuh Leon jauh lebih kecil dibanding dirinya, setiap serangan yang ia lancarkan terasa padat, berat, seolah datang dari seseorang yang terbiasa membunuh di medan perang.

Lebih buruk lagi—Leon memiliki kemampuan untuk menetralisir serangan mematikan N'Kosi sehingga tubuhnya tidak terluka parah meskipun telah menerima beberapa pukulan.

"Graah!!"

Tinju kiri N’Kosi meluncur deras, tetapi Leon hanya memutar bahunya, tubuhnya bergeser beberapa sentimeter, membuat tinju raksasa itu meleset.

Dalam sekejap Leon membalas dengan pukulan ke ulu hati—

BUGHHH!

N’Kosi terhuyung, matanya melebar. 'Dia mulai beradaptasi dengan gerakanku!'

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, N’Kosi merasa tubuhnya tidak lagi berada di puncak dominasi.

Lawan di depannya bukan hanya kuat, tapi terlatih dengan cara yang sama sekali berbeda—bukan sekadar otot, tapi insting seorang predator.

'Sejak kapan ini terjadi...' Di balik sorot matanya yang liar, ingatan N’Kosi kembali melintas.

Ia adalah mantan Komandan Militer Zambald, negara keras yang tanahnya kering, miskin teknologi, namun rakyatnya dilahirkan dengan kekuatan tubuh yang luar biasa.

Pasukan Zambald dikenal dunia sebagai Beast Legion—prajurit yang lebih mengandalkan kekuatan fisik dibanding senjata canggih.

Meski tanpa senjata modern, tanpa teknologi mutakhir seperti Tianxia atau Federasi Nordwen, Zambald berhasil menduduki posisi ketiga militer terkuat di dunia.

Itu adalah keajaiban.

Keajaiban yang dibayar dengan darah.

N’Kosi ingat jelas perang di Selatan lima tahun lalu. Bagaimana ia memimpin ratusan prajuritnya menembus barisan musuh, tubuhnya dilumuri darah kawan dan lawan.

Ia seharusnya pensiun setelah itu, pulang ke desanya dengan tenang.

Namun yang ia temui hanyalah neraka.

Desa hangus terbakar, rumah-rumah menjadi abu. Banyak penduduknya—termasuk keluarganya sendiri—ditangkap oleh kelompok teroris bersenjata, mereka dijual ke luar negeri sebagai budak dan gladiator.

Sejak hari itu, N’Kosi hidup hanya untuk melacak mereka. Sampai akhirnya, ia menemukan fakta yang pahit: keluarganya telah dibeli oleh June D’Arvenne dengan harga yang sangat tinggi.

“Jika kau ingin mereka bebas, maka bekerja untukku.” Begitu kata June dengan senyum liciknya.

LN’Kosi tak punya pilihan. Setiap darah yang ia tumpahkan kini bukan demi dirinya, tapi demi harapan menebus keluarga yang ia cintai....

BUGHH!!

Tinju tajam Leon menghantam wajah N’Kosi sekali lagi. Suara tulang berderak keras, tubuh raksasa itu terhuyung ke belakang, lalu jatuh menghantam lantai dengan keras. Getarannya membuat kaca pecah di sekitar.

Untuk pertama kalinya, Singa Zambald benar-benar roboh.

Leon menatapnya dari atas, sorot matanya dingin namun tegas. Napasnya berat, pundaknya naik turun, tubuhnya penuh debu dan darah.

“Sudah cukup,” ucapnya dengan suara rendah namun mantap. “Kau sudah kalah… menyerahlah.”

N’Kosi terdiam. Tubuhnya seperti tak lagi bisa digerakkan. Tangannya gemetar mencoba bertumpu, urat-urat di lengannya tampak pecah, darah mengalir dari sudut bibir dan hidungnya.

Setiap titik vital di tubuhnya telah dipukul Leon dengan presisi. Ia tahu betul, ia bukan hanya kalah—ia telah dilumpuhkan.

Namun tiba-tiba, suara tawa getir keluar dari bibir pria besar itu.

“Kh… khahaha…”

Suara itu serak, penuh darah, tapi juga penuh kegetiran.

“Aku tidak bisa menyerah…” gumamnya dengan gigi berderak. “Aku tidak boleh menyerah… meskipun harus mati.”

Dengan tenaga terakhir, N’Kosi mendorong tubuhnya bangkit. Lututnya gemetar, tangannya bergetar hebat, tapi matanya masih menyala.

Mata Leon sedikit melebar. 'Dia masih bisa bangkit dengan luka separah itu?'

Seperti legenda yang selalu diceritakan tentang mereka—penduduk Zambald memang lahir dengan anugerah: tubuh dan tekad bertarung mereka yang tak pernah pudar.

Bentrokan terakhir seakan tak terhindarkan. Leon kembali menurunkan kuda-kudanya, siap menyudahi pertempuran ini dengan satu pukulan terakhir yang mungkin juga dapat membunuh N'Kosi.

N'Kosi tampak tak peduli lagi dengan nyawanya, ia bersiap untuk menerjang. Namun sebelum mereka sempat bergerak—

“𝐀𝐲𝐚𝐡!!!”

Suara nyaring seorang anak kecil menembus ruangan.

N’Kosi membeku.

Matanya membelalak, napasnya tercekat. Ia menoleh pelan ke arah suara itu, dan jantungnya hampir berhenti ketika melihatnya.

Di ujung ruangan, berlari tergesa-gesa menembus kerumunan, seorang wanita dengan gimbal panjang, seorang remaja, dan gadis kecil. Keluarganya.

“𝐀𝐘𝐀𝐇!!” teriak kedua anak itu, kali ini bersamaan, dengan bahasa Zambald yang khas.

N’Kosi terhuyung, hampir jatuh, tapi anak-anak itu langsung mendekap tubuhnya, memeluknya erat.

“𝐊𝐚𝐦𝐢 𝐌𝐞𝐫𝐢𝐧𝐝𝐮𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮, 𝐀𝐲𝐚𝐡...!” tangis bocah lelaki itu pecah.

“𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐢 𝐥𝐚𝐠𝐢... 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐢...” isak gadis kecil itu sambil menempelkan wajahnya ke dada N’Kosi yang penuh darah.

Wanita itu, istrinya, ikut berlutut. Air matanya mengalir deras, tangannya gemetar menyentuh wajah suaminya yang penuh luka.

“𝐊𝐚𝐮... 𝐤𝐚𝐮 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐢, 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢𝐤𝐮... 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚...”

N’Kosi, pria yang selama ini dikenal sebagai monster, komandan, raksasa tak terkalahkan, kini gemetar hebat. Air mata mengalir deras dari matanya yang merah.

“𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢... 𝐚𝐧𝐚𝐤-𝐚𝐧𝐚𝐤𝐤𝐮... 𝐚𝐤𝐮... 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢... 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐚𝐭𝐢, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧?” suaranya pecah, hampir tak bisa keluar.

“𝐊𝐚𝐦𝐢 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢, 𝐀𝐲𝐚𝐡! 𝐊𝐚𝐦𝐢 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢!” jawab kedua anaknya bersamaan.

Leon menatap pemandangan itu, sedikit lega karena tidak harus membunuh pria yang ternyata memiliki keluarga kecil itu.

Leon menoleh kearah datangnya mereka, melihat Garka yang berdiri tak jauh disana. Tubuhnya juga penuh luka. Ia berteriak lantang ke arah Leon. "Leon, dia bukan lagi musuh kita. Keluarganya dijadikan sandera oleh si bajingan itu!"

Leon terdiam, lalu sedikit mengangguk. "Aku tahu," jawabnya singkat.

Ia menatap keluarga yang kembali bersatu di hadapannya—suatu pemandangan yang bahkan tidak bisa lagi ia miliki.

N’Kosi meraih wajah anak-anaknya dengan tangan bergetar, memeluk mereka semakin erat, seolah takut mereka akan menghilang jika dilepaskan.

“Clap… clap… clap…”

Tepuk tangan tiba-tiba terdengar.

Suara itu bergema dari ambang pintu yang gelap.

Semua mata beralih. Dari balik kegelapan, muncul siluet seorang pria dengan setelan jas hitam sempurna, wajahnya teduh namun senyumannya dingin—June D’Arvenne.

“Ahh… sungguh pertunjukan yang indah,” ujarnya dengan nada seolah sedang menikmati drama panggung. “Keluarga yang akhirnya berkumpul kembali setelah lima tahun dipisahkan. Begitu menyentuh, bahkan aku pun hampir menitikkan air mata.”

Wajah N’Kosi langsung mengeras. Ia merangkul kedua anaknya lebih erat, pandangannya menusuk penuh kebencian.

Leon berdiri tegap, tatapannya tajam, ototnya menegang bersiap menghadapi perangkap apapun yang June siapkan.

Garka menegakkan tubuhnya, lalu berjalan dan berdiri di sisi Leon dan N’Kosi. Bahunya tegang, matanya awas.

“Bajingan ini…” desisnya, penuh amarah.

.....

𝐅𝐨𝐧𝐭 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐢𝐧𝐢 \= ditujukan untuk bahasa asing/yang tidak dikenali.

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!