Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Bunda." Elena berlari dan memeluk Helena yang ada di ruang tamu, mansion kedua keluarga Castellio.
Helena membuka tangannya dan menyambut Elena yang berlari masuk dalam pelukannya, Elena begitu senang karena hari ini mereka datang ke mari.
"Bagaimana kabarmu? Dimana ayah dan kakak?" Elena meliarkan pandangnya, mencari Jack dan Damien.
"Mereka sedang pergi ke suatu tempat, sebentar lagi mereka akan kembali." jelas Helena, yang di anggukan oleh Elena.
Helena beralih menatap Alex yang masih setia berdiri di belakang Elena, Helena mendekat sambil tersenyum melihat menantunya itu, yang sudah 4 tahun tidak dirinya lihat.
"Sudah lama sekali, bagaimana kabarmu?" Helena tersenyum.
Alex mengangguk pelan, "Lama tidak bertemu, aku baik - baik saja." sambung Alex.
Helena kemudian membawa mereka berdua masuk ke dalam, setelah mereka duduk, Mariana keluar dari dapur sambil membawa buah yang sudah di potong olehnya, lalu menaruhnya di depan mereka.
"Al, bagaimana ini bisa terjadi?" Mariana langsung menatap Alex, meminta penjelasan putranya itu.
Elena menatap Alex, sedangkan Alex hanya menghela napasnya pelan. Kemudian Alex menceritakan seluruh kejadian itu, Helena dan Mariana mendengar cerita Alex dengan tenang. Bahkan Elena juga menambahkan apa yang sudah terjadi setelahnya.
"Benarkah?" tanya Helena tidak percaya.
"Benar bunda, dia adalah mantan tunangan kakak sepupu, Lily." jawab Elena.
Helena dan Mariana saling berpandangan satu sama lain, mereka tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi dan saling berkaitan.
"Tapi Lorenzo sama sekali tidak pernah menyentuh wanita itu."
Mereka semua berbalik dan melihat Damien, Jack dan Axelion berjalan masuk ke ruang tamu. Damien sudah mengetahui semuanya, karena Elena yang memberitahu dirinya saat Alex sedang melakukan konferensi pers, dan saat itulah Elena menelpon dirinya untuk menceritakan semuanya.
"Bagaimana kamu tahu? Mereka sudah bertunangan hampir 5 tahun, tidak mungkin Lorenzo dan Lily tidak melakukan hubungan itu." sambung Alex tidak percaya.
Damien duduk di samping Elena, dan sekarang gadis itu duduk di antara
Damien dan Alex, Damien menatap Alex serius. "Karena Lorenzo yang mengatakannya padaku, setelah dirinya memutuskan pertunangan mereka berdua." jelas Damien.
"Lalu siapa ayah dari anak itu? Dan mengapa wanita itu melakukan hal ini?" Jack bingung dan bertanya - tanya, pasti ada sebuah rencana di balik kejadian ini.
"Apapun itu, kita harus terus berhati - hati, jangan sampai ada sesuatu di belakang semua ini." kata Axelion.
Tanpa di duga, David masuk ke dalam ruangan itu, dan menginterupsi semua perhatian mereka, wajahnya tampak tidak baik - baik saja.
"Tuan, nyonya Liu berada di sini." kata David.
"Apa?" Alex menatap David tajam.
"Apa lagi sekarang?" batin Elena pusing.
"Tidak apa - apa, biarkan dia masuk." putus Axelion.
David menganggukan kepalanya, dan keluar dari ruang keluarga itu, beberapa menit kemudian Liu masuk di ikuti oleh David dari belakang, Alex langsung mengisyaratkan David untuk keluar dari sana, meninggalkan mereka sendiri.
"Ibu." sapa Axelion, bagaimana pun juga wanita ini adalah ibu kandungnya, dan dia harus menghormati ibunya.
Namun pandangan Liu tertuju pada Elena yang duduk di antara Alex dan Damien, bukan tatapan ramah namun penuh kebencian di sana. Liu langsung menunjuk Elena menggunakan tongkatnya, yang membuat Alex mengeraskan rahangnya.
"Itu kamu! Wanita yang sudah membuat Lily dan Alex berpisah." bentak Liu.
Elena mengangkat sebelah alisnya, apa dia baru saja di tuduh sebagai pelakor? Orang ketiga? Elena menatap Liu tenang sambil memakan buah apel miliknya.
"Apa anda sudah selesai?" tanya Elena datar.
Namun Liu tidak menjawab perkataan Elena, Liu menatap Elena yang tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Elena lalu melirik sebentar pada Liu, dan kembali fokus pada buahnya.
"Apakah suamiku dan Lily adalah suami dan istri? Sedangkan aku adalah orang ketiga? Seperti itu maksut anda?" tanya Elena pelan, namun setajam pisau.
"Apa?" Liu menatap Elena.
Elena membalikan wajahnya dan menatap Liu, "Jika seperti itu pemikiran anda, maka seharusnya yang harus di salahkan adalah anda sendiri, karena aku sudah menikah dengan cucumu, sejak 4 tahun yang lalu, bisa di bilang andalah yang menaruh orang ketiga dalam pernikahan kami." jelas Elena tenang.
Tanpa di duga, sudut bibir Alex terangkat, dirinya bangga dengan Elena yang memilih kata - kata yang membuat Liu seketika bungkam. Liu terdiam, matanya melotot tak percaya. Tongkatnya yang semula menunjuk Elena, kini bergetar hebat. Dirinya tidak menyangka Elena akan berani melawannya, bahkan dengan kata-kata tajam yang menusuk jantungnya.
"Kamu....." Liu terengah-engah, berusaha mencari kata-kata untuk membalas, namun lidahnya seakan kelu. Ia tercengang dengan kecerdasan dan keberanian Elena. Dia mengira Elena, adalah wanita yang hanya gila akan harta dan uang.
"Aku sudah memperingatimu untuk tidak melalui batas, nenek." tekan Alex, seketika aura di sekitar mereka berubah menjadi dingin.
"Nenek tahukah kamu? Berapa banyak pria yang sudah di tiduri oleh wanita yang kamu bawa ke mansion utama tempo hari itu? 10? 20? atau mungkin lebih dari itu? Kita bahkan tidak tahu, siapa ayah dari anak yang di kandung oleh wanita itu." tambah Alex.
"Tetap saja itu lebih baik daripada wanita seperti itu." Liu masih kekuh dengan egonya.
"Maksudmu istriku? Kami akan mempunyai anak, nenek. Tapi istriku masih dalam studi S2nya, dan aku tidak ingin mengganggu hal itu." Alex menggenggam tangan Elena erat, membuat gadis itu tersenyum simpul.
·–·–·–·–·
"Jadi? Itu adalah anakku?" tanya Albert tidak percaya.
Saat ini Lily sedang bertemu bersama pacarnya, di sebuah kafe yang tidak jauh dari apartemen wanita itu.
"Tentu saja. Aku ingin kamu bertanggungjawab." tegas Lily.
"Bagaimana jika aku tidak mau bertanggungjawab? Ayolah mengapa tidak kamu gugurkan saja kandungan itu? Albert menatap remeh perut Lily.
"Albert kamu—" Lily sampai tidak bisa berkata - kata lagi.
"Aku belum siap menjadi ayah. Aku masih mengejar pendidikanku." sambung Albert.
"Lalu bagaimana denganku? Kamu tidak ingin bertanggungjawab?" tanya Lily lagi.
"Iya, jadi gugurkan saja kandungan itu, jika ayah dan ibuku tahu, mereka akan mencabut semua fasilitas yang sudah di berikan padaku." tambah Albert.
Lily tidak percaya Albert lebih mementingkan pendidikannya, daripada anak yang sedang di kandungnya, Lily merasa di khianati oleh Albert.
"Dan juga...aku tidak percaya itu adalah anakku, di lihat dari sifatmu yang liar seperti ini, selalu seenaknya sendiri, pasti ada banyak pria yang sudah tidur denganmu selain aku, benarkan?" ejek Albert.
Lily mengepalkan tangannya, "Kamu bajingan!" teriak Lily, air matanya mengalir deras.
Sontak semua orang yang ada di kafe itu, melihat ke arah mereka berdua. Lily tidak menyangka Albert, akan berkata sekejam itu. Kata-kata Albert seperti menusuk jantungnya, mengoyak hatinya yang sudah hancur.
"Lihat? Sifatmu yang liar seperti ini, berani - berani mengataiku bajingan." Albert menunjuk Lily dengan jari telunjuknya.
"Aku pergi. Jangan pernah mendekat atau mengontakku lagi, aku tidak akan bertanggungjawab atas kehamilanmu, aku tidak akan bertanggungjawab atas anakmu." Albert beranjak dari kursinya dan meninggalkan Lily sendirian di kafe itu.
Lily terduduk lesu, air matanya terus mengalir deras. Perasaannya campur aduk, sakit, marah, kecewa, dan sedih. Ia tidak percaya semua ini terjadi padanya. Ia merasa dihancurkan oleh Albert.
·–·–·–·–·
Alex menggendong Elena yang tertidur di pangkuan Damien, dan membawanya naik ke lantai 4 di mana kamarnya berada. Hari ini mereka akan menginap di sini, di mansion kedua milik keluarganya, karena besok Elena ingn mengantar keluarganya kembali ke New York.
Alex masuk ke kamarnya yang berwarna hitam, berbanding terbalik dengan warna mansion yang berwarna cream cerah. Alex membaringkan Elena pelan dan lembut, agar tidak membangunkan istrinya itu. Alex lalu naik dan berbaring di sebelah Elena yang tertidur dengan nyenyak, jam menunjukan pukul 7 malam, dan hujan turun dengan derasnya malam itu. Elena mengeliat pelan, membuat Alex tersenyum.
Di bawah Helena dan Mariana menyiapkan makan malam, di bantu oleh Jack dan Axelion, sedangkan Damien di bantu pelayan menyiapkan meja makan, mereka melarang Alex dan Elena membantu mereka. Tiba - tiba seorang pelayan masuk ke dalam dapur itu, dan langsung menghentikan aktivitas Helena dan Mariana.
"Tuan, nyonya...ada seorang wanita yang datang ke sini, dia sedang berdiri di luar." kata seorang pelayan masuk ke dapur, menginterupsi mereka di sana.
"Wanita? Siapa yang datang di malam hujan seperti ini?" tanya Axelion, yang membuat mereka semua bingung.
Bersamaan dengan itu, Alex turun ke bawah untuk mengambil air untuk Elena, namun dirinya terdiam mendengar perkataan pelayan itu. Alex tahu siapa yang datang. "Biar aku yang keluar dan melihat." Alex menyimpan gelas di atas meja itu, lalu keluar di antar oleh pelayan itu.
Damien yang penasaran juga mengekor dari belakang Alex, dirinya ingin melihat siapa yang datang malam - malam seperti ini. Dan kedua pria itu terkejut, melihat Lily yang berdiri di depan mansion itu, dengan tubuhnya yang basah kuyup.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damien dingin, tanpa mempersilahkan Lily masuk ke dalam, pria itu hanya menatap Lily dari atas teras mansion itu. Dia merasakan amarahnya, apalagi mengingat saat wanita ini mengkhianati Lorenzo, sepupunya.
"Aku ingin kamu bertanggungjawab atas anak ini." kata Lily sambil memegang perutnya. Pandangannya tertuju pada Alex.
Alex mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal karena menahan emosi seperti ini. "Ternyata kamu berani juga...mengapa? Apakah pria itu tidak ingin bertanggungjawab untuk anak itu?" tanya Alex tajam.
"Aku yakin kamu adalah ayah anakku." kata Lily dengan berani, menatap Alex.
"Sekarang zaman sudah sangat canggih, bagaimana dengan tes DNA?" sambung Damien, dia tidak akan membiarkan wanita ular ini merusak pernikahan adiknya itu.
Alex melangkahkan kakinya, keluar dari teras itu, membiarkan tubuhnya basah terkena hujan, dirinya langsung mencengkram kasar leher Lily, membuat wanita itu meringis pelan.
"Aku tidak pernah menyentuh wanita murahan sepertimu, yang pergi menjajahkan tubuhnya pada pria sembarangan, jika ada seseorang yang mengandung anakku, dia adalah istriku Elena, bukan kamu." Alex melepaskan kasar cengkramannya, membuat Lily meringis pelan.
Alex menatap Lily datar, kesabarannya sudah habis...malam ini. "Karena kamu berani datang ke sini, jangan salahkan aku, keluargamu akan hancur malam ini, tunggu saja pembalasanku. Dan jika istriku mendengar hal ini dan dia membenciku, aku akan menghabisimu hingga tinggal namamu saja." Alex berbalik pergi dari sana, sedangkan Damien memerintahkan para pengawal untuk menyeret Lily dari sana, tanpa mempedulikan teriakan Lily.
Tanpa Alex dan Damien sadari, Elena menatap Lily dingin dari lantai 4 kamar Alex, dirinya sedang menggenggam ponselnya dan menghubungi seseorang. Dia menatap Lily penuh benci. Wanita yang sudah membuat kakak sepupunya patah hati, dan tidak pernah membuka hatinya untuk wanita manapun karena trauma yang di berikan oleh wanita ular itu.
Tatapan Elena menjadi dingin, saat berbicara dengan seseorang di telepon. "Habisi dia, jangan biarkan mayatnya di temukan oleh siapapun, termasuk polisi." setelah mengatakan hal itu, Elena langsung menutup teleponnya, dan kembali melangkah ke arah ranjang, bertepatan dengan Alex yang masuk ke dalam, dengan tubuhnya yang basah kuyup.
Dengan langkah lebar, Alex langsung meraih pinggang Elena dan membawanya masuk ke dalam pelukannya, tanpa mengatakan apapun. Elena hanya terdiam, tanpa terusik oleh kameja Alex yang sudah basah kuyup.
"Pergilah mandi air hangat, kamu akan sakit nanti." Elena mendorong pelan tubuh Alex.
Alex mengangkat tubuh Elena, membuat pekikan keluar dari bibir gadis itu, dia membutuhkan Elena sekarang, dia membutuhkan Elena untuk mengembalikan kewarasannya yang sepertinya tertarik oleh wanita itu.
"Al..." panggil Elena lagi, dia merasa gaunnya juga ikut basah, karena tubuh Alex yang basah kuyup.
"Sebentar saja..." bisik Alex, dia membawa Elena ke arah meja yang ada di kamarnya itu, lalu mendudukkan gadis itu di atas meja, sambil tetap memeluk Elena.
·–·–·–·–·
to be continue...