Kania Ishaq telah mencintai suaminya Daniel Saliem selama 10 tahun sejak Ia masih Remaja.
Namun, meskipun telah menikah dengan Daniel selama 7 tahun, bahkan Mereka telah memiliki seorang putri yang cantik bernama Elisa Saliem, Tetap saja tidak membuat Daniel bisa mencintainya.
Bahkan selama 2 tahun terakhir, Daniel malah berhubungan dengan adik tirinya Serena Gunawan tanpa malu dihadapannya.
Yang lebih menyedihkan, Putrinya sendiri, Elisa lebih menyukai Serena dibandingkan dirinya.
Akhirnya, Kania menyadari bahwa Ia telah melakukan hal yang sia-sia. Ia meninggalkan karirnya yang cemerlang sebagai dokter spesialis muda genius yang begitu dibanggakan profesornya namun berakhir mengecewakannya hanya untuk mengejar cinta.
Kania mengambil keputusan. Ia lelah mencintai sendirian dan sakit sendirian. Ia memutuskan untuk bercerai dan memulai hidupnya kembali.
Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya lagi.
Bagaimana kisah Kania dan Daniel?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Kembali
Tepat pukul 8 malam, Daniel dan Elisa kembali ke Villa.
Elisa sedikit enggan untuk masuk ke dalam villa karena Ia ingat bahwa ibunya ada di rumah saat ini.
Apalagi Ia dan Ayahnya berencana untuk jalan-jalan bersama Serena besok.
Elisa tahu bahwa Kania tidak menyukai Serena, jadi Ia yakin bahwa ibunya mungkin akan memaksa ikut.
Mengingat itu, perasaan Elisa jadi kacau, Ia yang tengah berjalan seraya menggenggam jemari Daniel tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Daniel ikut berhenti kemudian berjongkok memandang putrinya, wajah Elisa muram.
"Ada apa?"
"Mama ada disini sekarang, Aku malas bertemu dengannya, Mama selalu melarang ku ini dan itu. Aku takut kalau mama memaksa ikut kita besok"
"Tidak akan. Mama tidak akan berani"
Jawab Daniel dengan yakin.
Melihat wajah Ayahnya yang tenang, Elisa merasa lebih baik. Benar juga, Ibunya sangat patuh pada Ayahnya. Jika Ayahnya tidak mengizinkannya untuk ikut, Ibunya mana berani.
Elisa pun tersenyum kemudian mengangguk.
"Tuan dan Nona Elisa sudah kembali?"
Ucap Bi Sari seraya membukakan pintu.
Daniel mengangguk. Kemudian bertanya dengan dingin,
"Apa Dia di kamar?"
"Maksud Anda, Nyonya Kania?"
Daniel mengangguk
"Nyonya tidak memberitahu Tuan? Beliau sudah pergi tadi siang, dan... Beliau terlihat marah saat pergi"
"Marah?"
Daniel tersenyum. Kania berani marah padanya? Tidak mungkin.
Sementara Elisa diam-diam terkejut mendengar Ibunya sudah pergi begitu saja, tanpa pamit dengannya. Sejujurnya Ia baru merasa jika ditemani ibunya sambil menikmati pijatan lembut ibunya sepertinya lumayan juga, apalagi kemarin Ia lelah karena seharian menyusun manik-manik untuk membuat hadiah ulang tahun Serena.
Begitu mendengar Ibunya sudah pergi, Ia pun sedikit kecewa. Tapi ada bagusnya, jadi Ia tidak perlu merasa takut Ibunya akan minta ikut Dia dan Ayahnya jalan-jalan bersama Serena besok pagi.
Daniel dan Elisa pun masuk ke kamar masing-masing seperti tidak terjadi apa-apa.
Saat kembali ke kamarnya, Ia menyadari bahwa kamar itu masih rapi seperti tidak tersentuh siapapun.
Melihat itu Daniel tersenyum.
'Rupanya Dia cukup tahu diri' Pikirnya.
Sementara di Konoha, Kania baru saja sampai di rumah peninggalan orang tuanya yang saat ini di tinggali oleh Ibu, Paman dan Bibi nya.
Begitu Dia datang Pamannya Malik Ishaq tentu terkejut. Namun Kania terbiasa jujur pada Pamannya itu. Malik adalah adik kandung Karen Ishaq, Ibunya yang kini terbaring sakit selama bertahun-tahun akibat ulah keluarga Gunawan dan Keluarga Wicaksono.
Keluarga Gunawan tak lain adalah keluarga Ayahnya, sementara Keluarga Wicaksono adalah keluarga dari Istri baru Ayahnya, Rina Wicaksono.
Perbuatan kejam Mereka kepada Karen tidak akan pernah Kania lupakan.
"Aku memutuskan untuk bercerai dengannya Paman"
Ucap Kania begitu duduk di meja makan.
Malik dan Istrinya tersentak, namun sejurus kemudian mereka justru menarik nafas lega.
"Sejujurnya Aku ingin menyarankan itu sejak lama. Tapi melihat Kamu begitu mencintainya, Aku dan Bibimu mana tega"
"Maaf..."
"Tidak, Ini sudah benar. Sudah cukup benar. Lalu apa selanjutnya rencanamu?"
"Aku sudah membuat surat gugatan cerai dan akan mengirimkannya padanya besok. Sekaligus mengirimkan surat pengunduran diriku di Perusahaan Daniel. Kemudian aku akan kembali ke Guardian Group, melanjutkan karir dan impianku disana"
"Nak... Bagus.. Bagus sekali. Maafkan Paman karena belum bisa mengembalikan kejayaan perusahaan Kita. Paman sungguh tidak berbakat dan..."
"Tidak Paman, Paman sudah mengusahakan yang terbaik. Perusahaan Keluarga Ishaq masih bisa berjalan melewati keterpurukan beberapa tahun lalu, itu berkat Paman. Aku akan berusaha sebaik mungkin di Guardian, agar Aku bisa membantu Permodalan Perusahaan Ishaq"
"Ya... Tapi jangan terlalu memaksakan diri. Kamu harus menyesuaikan diri terlebih dahulu karena Kamu... pensiun terlalu lama"
Ucap Malik seraya terkekeh. Kania tersenyum, Ia menyadarinya. Memang butuh waktu, Tapi Ia bukan orang yang membutuhkan waktu lama untuk belajar.
Sesudah pembicaraannya dengan Pamannya, Kania naik ke atas untuk pergi ke kamarnya. Namun alih-alih beristirahat, Kania membuka Laptopnya dan mengirim surat pengunduran diri ke alamat email Asisten Pribadi Daniel, kemudian mengirimkan gugatan cerainya langsung ke Pengacara Daniel.
Setelah itu, Kania menghubungi Alex Noerdin, Kakak kelas yang kemudian menjadi sahabat sekaligus partnernya saat mendirikan Guardian 9 tahun lalu.
" E-yo... Kania Ishaq menghubungiku tiba-tiba setelah sekian lama.."
"Ayolah Kak, tidak selama itu, Aku masih menelpon mu 2 bulan lalu"
"Ya, Dua bulan"
"Hihi , Kau tahu Aku sibuk"
"Tentu saja. Jadi?"
"Hmm Kamu memang paling pengertian. Kak, Aku akan kembali. Bantu Aku dapatkan undangan Seminar Nasional AI program Minggu depan"
"Jangan bercanda, Ini sudah tidak lucu"
"Aku serius. Aku akan menceraikan Daniel"
"Tunggu, Apa? Kenapa? Maksudku ini sangat mendadak"
"Dia.. Berselingkuh, dengan Serena"
"Gila!"
"Ya, itu sebabnya Aku merasa bodoh sekarang"
"Tidak, itu tidak benar, Kau bodoh sejak dulu"
"Kak?!!"
Kania merengek. Yah, Hanya pada Alex Ia menunjukkan sisinya yang kekanak-kanakan seperti ini.
"Aku serius. Kalau saja Kau tidak terbutakan oleh cinta monyetmu dulu, Akan jamin Perusahaan Kita pasti sudah sangat terkenal, dan Kita bisa menjadi Pasangan Billionaire sekarang"
"Yah, Aku tahu. Aku mengaku salah. Jadi, Apa aku masih diterima?"
"Tentu saja! Ini perusahaanmu! Tapi, apa Kamu tidak perlu waktu sebentar untuk mempelajari perkembangan teknologi saat ini? Kamu pensiun terlalu lama "
Kania menghela nafas, Kata-katanya persis seperti Pamannya. Mereka berdua benar, tapi...
"Kak, Kau tahu Kemampuanku..."
"Ah, benar sekali. Adikku ini memang sangat berbakat. Baiklah Kapan Kau akan kembali?"
Mendengar Ucapan Alex, Kania tentu senang.
"Tunggu orang yang menggantikanku di Salim Group datang dulu. Baru setelah itu Aku akan segera kembali. Tapi Aku sudah menemukan Proyek baru untuk Perusahaan Kita"
"Benarkah?"
"Yah, Bisakah Kakak bantu Aku untuk berbicara dengan guru?"
"Guru? Tentu. Aku akan segera memberitahunya. Jika dia sudah bisa di hubungi Aku akan mengabari Kamu"
"Baik Kak, terima kasih atas bantuanmu. Kamu memang yang terbaik"
"Sudahlah, jangan sungkan, Kamu bisa mengandalkanku kapan saja"
Panggilan berakhir, Kania pun bersiap untuk beristirahat.
Ia melihat gawainya, biasanya Ia akan menghubungi Elisa setiap pagi dan menjelang tidur.
Kali ini, Kania kehilangan minatnya
Ia pun memutuskan untuk langsung tidur saja tanpa menghubungi putrinya itu.
Lagipula, Kania tahu bahwa Elisa tidak suka mengobrol dengannya, jadi Kania tidak perlu lagi memaksanya dan pada akhirnya menyakiti diri sendiri.
Bersambung....