Sosok gadis manja dan ceria berubah menjadi gadis yang bersikap sangat dingin saat ayah yang begitu dia sayangi menyakiti hati ibunda tercinta. Ara menjadi gadis yang dewasa, bertanggung jawab pada keluarga dan sangat menyayangi keluarganya. Itu sebabnya Ara berusaha melakukan apapun untuk membahagiakan ibu dan kedua adiknya, termasuk menjadi wanita simpanan dari seorang bule tajir.
Seorang Bule yang Ara sendiri tidak tahu siapa namanya, karena yang Ara tahu hanya nama panggilan pria itu, yaitu Al.
"Jangan tanya namaku! Dan jangan mencoba mencari tahu siapa aku! Hubungan antara kita hanya sebatas ranjang, selebihnya aku tidak mengenalmu dan kau tidak mengenalku."
Ucapan bule tajir itu saat dulu membuat kesepakatan dengan Ara, menjadi hal yang selalu Ara ingat untuk membentengi hatinya.
Bagaimana kelanjutan kisah Ara?
Masukan buku ini ke rak baca kalian, ikuti ceritanya dan dukung selalu authornya. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Fi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bule 2
Apa yang Diana dengar dari Maya semakin menambah sakit di hatinya. Wanita itu ternyata lebih dulu mengandung benih Arya daripada dirinya. Sakit, Diana merasa sangat tersakiti atas semuanya.
Jika saja Diana tahu semua ini sejak awal, maka Diana tidak akan jatuh cinta pada Arya. Diana juga sama sekali tidak menyangka jika cintanya selama ini bertepuk sebelah tangan, karena Arya ternyata tidak pernah mencintainya. Kenapa semua ini harus terungkap jika sangat terlambat seperti ini? Lima belas tahun Diana telah hidup dalam kebohongan.
"Kenapa kau tidak mengatakan semuanya sejak awal, Arya? Kenapa harus sekarang?" ucap Diana menatap Arya yang terlihat begitu tenang setelah menyakitinya.
"Karena ayahmu selalu mengancamku agar membuatmu selalu bahagia. Jujur saja itu semua membuatku tertekan, aku bersyukur pada akhirnya pria tua itu pergi dan akhirnya aku bisa hidup bebas tanpa kekangan darinya lagi," jawab Arya.
Ucapan Arya saat ini terlihat berbeda dari Arya yang selama ini Diana lihat begitu menghormati ayahnya. Ucapan Arya terdengar jelas mengatakan jika Arya bersyukur karena ayah Diana telah tiada dan itu menambah luka di hati Diana.
"Sedikit saja, apakah tidak ada sedikit saja cintamu untukku?" tanya Diana merendahkan harga dirinya untuk pria yang sama sekali tidak pantas untuknya.
"Maaf Diana. Aku mencintai Maya. Hanya dia wanita yang aku cintai," jawab Arya lantang sambil merangkul pinggang Maya.
Kebahagiaan yang Diana rasakan selama lima belas tahun terakhir ternyata hanyalah sandiwara. Tidak ada ketulusan dari semua itu. Semua kebahagiaan yang Diana rasakan selama ini musnah seketika dalam hitungan menit setelah fakta mengejutkan Diana dapati saat ini, tepat di hari ketiga ayahnya meninggal dan hari di mana ulang tahun putrinya–Ara.
Ditinggal pergi oleh orang tersayang pastinya meninggalkan kesedihan yang mendalam, tetapi kesedihan serta kekecewaan yang Diana rasakan saat ini jauh berkali-kali lipat dari kesedihannya kehilangan ayahnya. Pria yang Diana pikir akan menjadi pengganti ayahnya, akan menjadi pelindungnya, akan menjadi satu-satunya tempat untuknya bersandar ternyata justru memberikan luka terbesar dalam hidupnya. Diana hanya bisa menangis meratapi semua yang terjadi padanya
"Bunda…." Suara tangis gadis cantik yang keluar dari persembunyiannya membuat air mata Diana semakin deras mengalir. Diana lupa akan keberadaan Ara yang sebelumnya berkata akan bersembunyi, Diana sama sekali tidak menyangka jika putri kesayangannya akan mendengarkan semua kenyataan yang begitu buruk tersebut.
Sesuatu yang tidak seharusnya didengar oleh anak seusia anaknya justru didengar oleh putrinya. Diana perlahan bangkit berlari menghampiri putrinya dan menangis memeluk putri kesayangannya.
"Bunda, jangan menangis. Ara tidak bisa melihat Bunda menangis, tolong jangan menangis," ucap Arabella mengusap pipi Diana berharap dapat menghentikan tangis Diana yang justru semakin pecah mendengarnya.
"Ayah, jika ayah tidak menyayangi Bunda, maka Ara juga tidak akan menyayangi Ayah. Ara benci siapapun yang membuat Bunda menangis," ucap Ara beralih menatap pria yang selama ini juga begitu dia sayangi.
"Ini ayahku, bukan ayahmu!" seru gadis lainnya yang dibawa oleh Arya, menatap penuh kebencian pada Ara.
Ara terdiam sejenak, mengabaikan ucapan gadis itu dengan masih menatap ayahnya, berharap akan ada pembelaan dari pria yang disayanginya tersebut. Setelah beberapa saat berlalu dan Arya sama sekali tidak terlihat akan meresponnya, wajah cantik Ara yang selalu terlihat manja dan ceria seketika menjadi begitu dingin menatap ayahnya.
"Baiklah, silahkan ambil. Aku tidak butuh ayah seperti ayahmu!" ucap Ara dengan begitu lantang mengatakannya.
Jam weker di samping kasur Ara membuatnya terbangun dari jeratan mimpi buruk yang selalu menghantuinya beberapa tahun silam ini. Mimpi di mana adegan masa lalu itu berulangkali menghiasi malam-malam Ara sehingga dia meneteskan air mata setiap kali terbangun dari tidurnya. Bantal menjadi saksi akan air mata yang selalu turun membasahi dia ketika mimpi.
Pagi yang sunyi dan tenang berubah menjadi memilukan. Itulah yang Ara alami akhir-akhir ini. Entah kapan mimpi baik dan pagi yang tenang akan dia rasakan?
Rasa sesak, sakit, sedih, cemburu, dan kecewa bersatu padu menjadi kesatuan yang membuat paginya terasa tidak menyenangkan. Namun, Ara tak mau berkelanjutan, hari ini dia harus semangat, pekerjaan menunggunya untuk segera dibereskan.
Lupakan yang tidak pantas untuk dikenang, Ara. Jangan merindukan dia, dia bukan ayahmu. Karena jika dia ayahmu, dia tidak akan begitu kejam pada kalian. Batin Ara.