menceritakan kisah Arief Indiyanto (18), seorang pelajar SMA Indonesia yang ganteng, soft spoken, rajin nabung, dan kocak. Kehidupan tenangnya sebagai anak SMA berubah drastis ketika ia menemukan Kristal Biru Misterius. Kristal tersebut mengaktifkan Sistem Hologram Sarkastik yang memaksanya menjalani serangkaian quest konyol namun berbahaya.
Tujuan utama Sistem? Mentransformasi Arief menjadi "Pemain Kunci Semesta Harem" dengan meningkatkan kekuatan dan Relasi Harem-nya. Arief dipaksa berpetualang mulai dari membasmi kejahatan-kejahatan kecil di Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Udara malam di Jakarta terasa lengket, seperti permen karet yang sudah diinjak-injak, meski kipas angin butut di pojok kamar Arief sudah berjuang sekuat tenaga memutar baling-balingnya. Pukul sebelas malam, harusnya Arief (18 tahun) sudah tidur pulas, bersiap menyambut pelajaran Kimia yang super membosankan besok pagi. Tapi, bagi cowok se-absurd dan se-gabut Arief, malam adalah waktu sakral untuk push rank.
Arief Indiyanto, pemuda dengan tinggi sekitar 175 cm, rambut agak gondrong yang selalu ia ikat asal-asalan, dan wajah yang jujur saja, lumayan ganteng (terbukti dari banyaknya notice di Instagram dan senyum-senyum malu dari cewek-cewek SMA tetangga). Saat ini ia sedang bersila di atas kasur, fokus mutlak pada layar handphone bututnya.
“Anjir! Mabar kok pada kayak lagi nahan berak semua sih lo pada? Damage masuk cuma kayak gigitan nyamuk doang!” Arief mendesis kesal ke arah headset lamanya. Matanya yang tajam menyorot layar, wajahnya kadang-kadang menampakkan ekspresi konyol seperti meme berjalan.
Di lantai bawah, terdengar suara aneh. Suara barang-barang logam yang diadu dan disusul teriakan nyaring yang khas. Itu pasti ayahnya, Budi Budiman.
Ayah Arief adalah sosok misterius. Secara finansial, mereka sangat kaya. Rumah Arief tiga lantai dengan kolam renang indoor. Mobil mewah terparkir rapi di garasi. Tapi, Budi Budiman, sang kepala keluarga, punya hobi yang benar-benar di luar nalar: berjualan keliling.
Pagi ini, Arief sempat melihat ayahnya pergi membawa gerobak dorong dengan spanduk lusuh bertuliskan, "JUAL: Anak Ayam Warna-Warni, Batu Akik Pembawa Jodoh, dan Baterai Cas buat Remote TV yang Hilang."
Arief hanya bisa menghela napas pasrah. “Palingan sekarang lagi ngitung hasil dagangan anak ayam warna-warni sama Ibu, mana teriakannya kayak lagi tawuran lagi,” gumam Arief sambil kembali fokus pada pertempurannya di dunia virtual. Ia sudah terbiasa dengan ke-absurd-an ayahnya. Sejak kecil, ayahnya memang selalu aneh. Kadang pulang pakai kostum Ultraman hanya untuk mengantar kerupuk, kadang jualan tahu bulat yang digoreng dadakan sambil joget TikTok.
Tiba-tiba, suasana kamar berubah.
Jendela kamar Arief yang menghadap ke langit-langit bergetar hebat. Ada kilatan cahaya biru menyambar, diikuti suara ledakan yang tertahan, seperti suara botol kaca yang pecah di dalam bantal.
DUUARR!
Arief kaget setengah mati, handphone nya terlempar ke bantal, dan ia spontan terduduk tegak.
“Woi! Gempa ya?!”
Ia mencari sumber suara, dan matanya terbelalak melihat atap kamarnya. Tepat di atasnya, ada lubang seukuran bola tenis yang berasap tipis. Dan dari lubang itu, ada sepotong Kristal kecil berwarna biru safir, sebesar kelereng, yang kini menancap di tengah dadanya.
Shit. Rasanya sakit, seperti dicubit pakai tang, tapi hanya sepersekian detik. Kristal itu langsung melebur ke dalam kulitnya, meninggalkan sensasi dingin yang menyebar cepat ke seluruh tubuh.
Arief panik. Ia menggaruk-garuk dadanya. Tidak ada luka, tidak ada darah, hanya rasa kaget yang belum hilang.
“Anjir, apaan tuh barusan? Kena santet online apa gimana nih?”
Ia baru saja akan bangkit untuk mengecek keadaan ayahnya di bawah, ketika sebuah suara seorang wanita muda yang terdengar manja, sedikit judes, tapi sangat akrab. tiba-tiba menggema, bukan di telinganya, melainkan langsung di kepalanya.
[*PING!* Selamat datang, User Arief Indiyanto!]~
Arief membeku. Ia menoleh ke segala arah. Kamar kosong. Ia bahkan mengecek di bawah kasur, mencari-cari apakah ada cewek iseng yang bersembunyi.
[*User, tenang dikit dong. Aku bukan hantu kuntilanak yang suka main petak umpet. Aku ada di dalam kepala kamu. Aku adalah Sistem Layar Sakti, didukung oleh Fragment Chaos Biru.]
“Fragment Chaos Biru? Sistem? Lo siapa sih? Jangan bercanda deh, ini jam segini bukan waktunya buat ngerjain orang!” Arief berteriak, suaranya pelan dan ragu. Ia menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.
[*Duh, polos amat sih. Atau jangan-jangan... IQ kamu memang di bawah rata-rata ya? Sabar, kita cek dulu ya.]
[**Sistem Memindai...**]~
Tiba-tiba, di depan mata Arief, muncul sebuah layar hologram transparan berwarna biru muda. Layar itu melayang stabil di udara, hanya bisa dilihat oleh Arief. Tampilannya seperti interface game RPG yang sederhana, tapi dengan beberapa statistik yang aneh.
SISTEM LAYAR SAKTI V.1.0–STATUS ARIEF INDIYANTO
Parameter Status Saat Ini
Nama Arief Indiyanto (18 tahun)
Gelar Pelajar Gabut, Target Iblis Kelas D
Kekuatan Fisik (STR) 15 (Rata-rata Manusia: 10)
Kekuatan Sihir (MAG) 2 (Sangat Rendah)
Kecepatan (AGI) 13
Karisma (CHA) 25 (Lumayan)
IQ (INT) 85 (Di bawah rata-rata. Duh.)
Kultivasi Belum Terbuka
Kartu Tarot Slot 0/22
Uang Tunai Rp 4.560.000 (Sisa Jajan Bulan Ini)
Energi Keintiman 0/1000 (Level 0)
Arief memicingkan mata, membaca setiap kata. Ketika sampai di baris IQ, ia langsung nge-gas.
“Woy! Siapa bilang IQ gue 85?! Gue dapat nilai 90 di Ulangan Sejarah tau! Seenaknya aja lo bilang gue di bawah rata-rata!”
[*Kan sudah aku bilang, aku akrab. Aku jujur. Tapi jangan khawatir, itu bisa di-upgrade seiring waktu. Lagian, buat apa sih IQ tinggi kalau ujung-ujungnya cuma jadi beban pikiran? Mending Karisma kamu itu, 25! Lumayan buat modal PDKT sama cewek-cewek tobr—eh, maksudnya, cewek-cewek cantik.] Suara wanita itu terkekeh pelan di kepala Arief, terdengar seperti bisikan sensual.
Arief melongo. Sistem ini? Roasting-nya pedas banget.
“Oke, oke. Fine. Anggap aja gue lagi kesambet online. Sekarang, Sistem—atau Lo punya nama gak sih?—jelasin. Apa maksud semua ini? Kenapa ada di dada gue? Dan kenapa Lo bisa tahu saldo ATM gue?!”
[*Panggil saja aku Sist. Nama asliku terlalu rumit, nanti kamu malah pusing. Intinya, aku adalah perwujudan dari Fragment Chaos Biru yang barusan nempel di badan kamu. Kami memilih kamu, Arief Indiyanto, karena kamu punya potensi Karisma yang tinggi dan... ya, karena kamu cukup random dan enggak terlalu pinter jadi gampang dikendalikan.]
Arief mendengus, tapi kemudian tertarik dengan kata-kata "potensi Karisma".
[*Peran kamu sekarang adalah menjadi penjaga stabilitas semesta. Kami, para Fragment Chaos, perlu energi. Energi itu disebut Energi Keintiman. Dan cara termudah, paling nikmat, dan paling ampuh untuk mengumpulkan energi itu adalah... menjalin hubungan mesra dengan wanita-wanita kuat di berbagai dimensi.]
[*Misi kamu saat ini adalah yang paling dasar: Menaklukkan wanita-wanita di lingkungan lokal kamu sebelum lulus SMA, sambil meningkatkan kekuatan untuk menghadapi ancaman nyata, yaitu Tujuh Panglima Iblis Dosa Besar Kematian. Mereka semua cantik-cantik lho, tapi harus kamu taklukkan di ranjang—eh, maksudku, di medan perang!]~
Arief terdiam. Mulutnya menganga. Misi? Menaklukkan wanita? Dan berakhir dengan... Panglima Iblis Dosa Besar yang cantik?
“Gila. Ini beneran kayak mimpi. Jadi, gue harus nge-gombalin cewek-cewek, terus pacaran sama mereka, terus... ehem... dapat energi? Dan gue dapat hadiah?” Arief bertanya, matanya mulai berbinar. Ia sudah lupa dengan rasa sakit di dadanya.
[*Tepat! Dan jangan khawatir soal pacaran yang realistis. Kamu harus melalui proses PDKT yang benar, tidak boleh instan. Ingat, slow but sure. Hubungan yang solid menghasilkan Energi Keintiman yang stabil. Dan ya, hadiahnya itu random gacha, bisa uang tunai jutaan, item erotis unik, permen ajaib, senjata, atau Kartu Tarot yang memberi kamu kekuatan acak!]~
[*Tapi ada aturan emas, Arief. adegan ena ena, termasuk mendapatkan reward gacha, baru akan terbuka setelah Bab 25. Jadi, sekarang fokus ke PDKT yang murni dulu ya! Jangan nakal.] Sist memperingatkan dengan nada geli.
Tiba-tiba, hologram Sistem berkedip dan memunculkan pop-up besar berwarna merah.
[MISI UTAMA PERTAMA TELAH DITETAPKAN]
Misi Utama (Wajib): The First Crush
Target: Tiara Anggun, Teman sekelas Arief.
Status: Belum Terjalin
Deskripsi: Tiara Anggun (18 tahun) adalah tipikal siswi good girl dan ketua OSIS. Postur tubuhnya sedang, dengan tinggi sekitar 160 cm dan berat 55 kg. Ia sering mengenakan seragam rapi dan selalu membawa buku tebal. Rambutnya diikat kuda. Ciri Fisik Khusus: Payudaranya tidak terlalu besar, perkiraan cup B. Dia cantik dengan wajah yang cenderung galak dan disiplin. Dapatkan perhatiannya, ajak dia kencan, dan jadikan dia pacar resmi pertamamu!
Reward Keberhasilan: 50 Energi Keintiman, RP.5.000.000 Tunai, dan Item Acak (Belum Terbuka)
Arief membaca deskripsi itu dan wajahnya langsung lepek. Tiara Anggun? Ketua OSIS? Cewek paling killer dan disiplin di sekolah?
“Waduh, Sist! Yang bener aja! Tiara itu kalau lihat gue lewat aja tatapannya kayak mau ngebakar dosa-dosa gue! Dia kan cewek paling alim di sekolah, cup B, kurang tobr—eh, maksud gue, dia kan paling galak!”
[*Justru itu! Tantangan itu asyik, beb. Lagian, Karisma kamu 25, jangan disia-siakan. Coba saja. Kalau gagal, paling cuma malu doang. Kamu enggak bakal mati kok.]
[*Oh iya, aku ada berita bagus. Karena kamu sudah punya aku, kamu enggak perlu khawatir soal sekolah besok. Aku akan kasih kamu sedikit cheat biar enggak ketahuan bolos pas kamu nanti mulai berpetualang ke dunia lain.]
“Wih, mantap! Baru Bab 1 aja udah dikasih cheat bolos! Gas!”
Saat Arief sibuk berdebat dengan Sistem di kepalanya, di luar jendela kamar, ada bayangan hitam kecil yang merayap cepat. Itu adalah Cicak gemuk yang menempel di plafon. Cicak itu menggerakkan matanya yang besar, memantau setiap reaksi dan dialog Arief, sebelum akhirnya berubah menjadi seekor Kupu-kupu dan terbang menjauh, seolah tugasnya sudah selesai.
(Itu adalah Ayah Arief, Budi Budiman, yang sedang memantau, tanpa sepengetahuan Arief maupun Sist.)
Keesokan Harinya: Operasi PDKT Tiara Anggun
Pagi hari di SMA Nusa Bangsa terasa seperti adegan film komedi remaja. Arief berjalan santai di koridor, langkahnya kini terasa lebih ringan. Dia tidak lagi memikirkan PR Kimia, yang ada di otaknya hanyalah cara mendekati Tiara Anggun.
“Pagi, Bos! Tumben lu pagi-pagi udah seger? Biasanya muka lu kayak kolor basah,” sapa Doni, teman sebangku Arief, cowok chubby yang hobinya tidur di kelas.
“Pagi juga, Don. Biasalah, abis dapat hidayah semalam. Gue mau berubah. Jadi cowok good-looking yang aktif. Hari ini, gue mau ngedeketin Tiara,” kata Arief sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
Doni langsung tersedak air liurnya. “Tiara?! Ketua OSIS? Yang kalau dia ngeliat kita telat lima menit aja bisa jadi The Punisher? Lu serius? Atau abis minum bensin?”
[*Aduh, Doni bener juga. Tiara itu target yang susah, Arief. Dia bukan tipe yang suka cowok konyol kayak kamu.] Sist menyela.
“Diem lu, Sist! Dukung aja napa!” Arief membatin sambil memelototi Sist (yang hanya ada di kepalanya).
“Gue serius, Don. Pokoknya, doain gue sukses!”
Saat itu, Arief melihat targetnya. Tiara Anggun sedang berdiri di depan mading sekolah, memarahi beberapa siswa kelas X yang seragamnya tidak rapi.
Tiara Anggun terlihat memukau dalam balutan seragam putih abu-abu yang benar-benar rapi tanpa satu pun kerutan. Postur tubuhnya yang sedang, dengan payudara yang tertahan rapi di balik kemeja, memberinya aura profesional. Wajahnya cantik, dengan mata yang tajam dan bibir tipis yang selalu mengerucut tanda ia sedang serius atau kesal. Ia persis seperti yang dideskripsikan Sist: Good girl yang galak.
Arief menarik napas panjang. “Oke, stage 1 PDKT: Menunjukkan kepedulian yang enggak penting.”
Ia berjalan menuju mading, dengan gaya sok santai, melewati kerumunan siswa yang takut.
“Tiara! Pagi!” Arief menyapa dengan senyum selebar mungkin.
Tiara menoleh, ekspresi datarnya langsung berubah menjadi raut wajah kesal. Ia memicingkan matanya.
“Arief Indiyanto. Ada apa? Kamu telat? Atau mau nge-gombal lagi? Kalau mau buat masalah, silakan menjauh. Saya sedang sibuk,” ujar Tiara, suaranya tegas dan dingin.
“Santai dong, Tiara. Pagi-pagi kok udah galak kayak gini. Aku cuma mau ngasih tahu, itu lho...” Arief berhenti, menunjuk ke arah bahu Tiara.
Tiara mengikuti arah tunjukan Arief. “Apa?!”
“Itu...” Arief mendekat sedikit, seolah ingin berbisik rahasia. “Ada... semangat! Semangat buat ngejalanin hari! Jangan cemberut terus dong, nanti cantiknya hilang lho.” Arief mengedipkan mata, cringe dengan gombalannya sendiri.
[*Ya ampun, Arief. Gombalan kamu se-kuno umur Ayah kamu. Itu mah gombalan tahun 90-an!]~ Sist langsung roasting di kepala Arief.
Arief pura-pura batuk, mengabaikan Sist.
Wajah Tiara langsung merah padam. Bukan karena malu, tapi karena marah. “Arief! Cukup! Itu bukan gombalan, itu namanya mengganggu kinerja OSIS!”
“Ya ampun, galak amat sih. Padahal aku cuma mau bilang, kalau kamu butuh bantuan buat nempel mading atau ngurusin acara, bilang aja. Aku siap sedia 24 jam!” Arief mencoba jurus gentleman.
Tiara melipat tangan di dada. “Kamu? Membantu? Terakhir kali kamu disuruh bantu bawa kursi, kamu malah nge-troll dengan cosplay jadi tukang bakso! Tidak, terima kasih.”
“Ya elaaah, itu kan dulu. Aku udah tobat! Sekarang serius nih. Aku beneran mau bantu kamu.”
Arief sadar, jurus PDKT standar tidak akan mempan untuk Tiara. Ia harus mencari cara yang lebih gila dan tidak terduga.
“Oke, gini deh. Kalau kamu enggak mau aku bantu, aku tantang kamu.”
Tiara mengangkat alisnya. “Tantangan apa lagi?”
“Kalau aku berhasil ngasih damage sama anak-anak yang seragamnya kurang rapi dan bikin mereka kapok lebih dari yang kamu lakukan, kamu harus mau kencan sama aku hari Minggu ini. Gimana?” Arief menantang dengan senyum nakal.
Tiara tertawa sinis. “Hah! Kamu? Kamu mau ngapain? Nge-lucu sampai mereka pingsan? Oke, deal. Tapi kalau kamu gagal, kamu harus membersihkan toilet sekolah selama seminggu penuh tanpa protes!”
[*Gila! Taruhan kamu berat banget! Bersihin toilet seminggu?! IQ 85 kamu beneran enggak bisa diajak kompromi ya!]~ Sist panik.
“Gue terima tantangan lo, Tiara!” Arief menyeringai, mengabaikan Sist.
Arief melangkah maju, menghadap tiga siswa kelas X yang sedang diomeli Tiara. Wajah mereka masih cengengesan.
“Hai, bro! Seragamnya rapiin dong,” Arief berkata dengan suara ramah.
Anak-anak kelas X itu malah tertawa meremehkan. “Halah, kakak kelas cuma modal omong doang!”
Arief menghela napas. Oke, Sist. Bantuan mode Absurd, diaktifkan.
Tiba-tiba, Arief berjongkok, mengeluarkan selembar uang Rp 2.000 dari sakunya, dan mulai berteriak kencang, meniru suara pedagang keliling khas ayahnya.
“Anak ayam! Anak ayam warna-warni! Warna-warni nih! Beli satu, gratis roasting sampai nangis! Anak ayamnya lucu-lucu kayak oppa Korea yang baru putus cinta! Ayo! Dibeli, dibeli!”
Seketika, seluruh koridor hening. Siswa-siswi, guru-guru, dan bahkan Tiara, menatap Arief dengan tatapan 'Apa-apaan nih cowok?'.
Tiga siswa kelas X yang tadinya meremehkan, kini menatap Arief dengan wajah cringe tingkat dewa.
“Kak, lu... serius nih?” tanya salah satu dari mereka, menahan tawa dan malu.
“Serius dong! Kalau kalian enggak mau rapiin seragam, nanti aku kasih anak ayam warna-warni ini, terus kalian jogetin di tengah lapangan! Ayo, mau anak ayam warna pink atau biru? Biar seragam kalian kelihatan serasi sama pets baru kalian!” Arief memasang wajah konyol maksimal.
Salah satu siswa kelas X itu, yang paling bandel, langsung menyerah. Ia buru-buru merapikan seragamnya, wajahnya merah padam karena malu.
“Ampun, Kak! Ampun! Gue janji besok seragam rapi! Jangan malu-maluin gue gini dong!” katanya sambil berlari menjauh, diikuti oleh dua temannya.
Arief berdiri tegak, menyeringai penuh kemenangan. Ia menoleh ke arah Tiara.
Tiara masih terdiam, matanya sedikit melebar. Ia tahu, Arief tidak hanya mengusir mereka, tapi Arief telah menghancurkan reputasi sosial mereka dengan cara yang paling absurd. Itu lebih efektif daripada omelan berjam-jam.
“Mereka sudah lari. Berarti aku menang, kan?” Arief berbisik, mendekat sedikit.
Tiara menelan ludah, berusaha kembali ke mode galaknya. “I-itu curang! Kamu... kamu gila!”
“Gila? Nope. Itu namanya Karisma 25 yang digabungkan dengan IQ 85,” Arief mengedipkan mata.
“Jadi, hari Minggu ini, jam tujuh malam. Kita kencan. Mau nonton, atau mau lihat Ayahku cosplay jadi transformer jualan sosis?”
Tiara menghela napas, ia tampak frustrasi, tapi sebuah senyum tipis yang sangat singkat muncul di bibirnya.
“Baiklah, Arief. Saya pegang janji kamu. Kencan. Tapi kalau kamu buat onar, saya tidak akan segan-segan mengikat kamu di tiang bendera!”
MISI UTAMA PERTAMA : The First Crush–Update
Status: Tahap PDKT Berhasil!
Kemajuan: Kencan Resmi Ditetapkan (Minggu Malam)
[*Yesss! Good job, Arief! IQ 85 kamu ternyata bisa menghasilkan hal-hal yang gila, ya!]~ Sist berteriak gembira.
[*Ingat, PDKT harus realistis. Kencan pertama itu krusial. Jangan langsung minta hal aneh-aneh. Kami para cewek suka yang prosesnya natural.]
Arief tersenyum puas. “Gampang itu, Sist. Kalau cuma kencan doang mah, modal Karisma 25 aja cukup. Sekarang, gue lapar nih. Ada reward buat ngisi perut gak?”
[*Sayangnya, reward uang tunai baru bisa dicairkan setelah misi utama selesai. Tapi, karena kamu berhasil mendapatkan janji kencan dari The Ice Queen sekolah, aku kasih hadiah kecil.]
REWARD PENDUKUNG: Diberikan 1x Permen Energi Instan (Rasa Stroberi).
Arief merasakan sesuatu muncul di saku celananya. Sebuah permen lolipop rasa stroberi.
“Wih, lumayan. Cuma permen. Tapi makasih, Sist.”
Arief membuka bungkus permen itu dan memasukkannya ke mulut. Rasa manis stroberi langsung meledak di lidahnya. Bersamaan dengan itu, ia merasakan energi hangat mengalir ke seluruh tubuhnya. Kelelahan karena push rank semalam langsung hilang.
Di Luar Pagar Sekolah
Ayah Arief, Budi Budiman, sedang berdiri di balik pohon besar sambil memakai topi jerami dan membawa gerobak bertuliskan: "JUAL: Casing HP Anti Santet dan Boneka Santet Bikin Cie-Cie."
Ia melihat Arief dan Tiara berinteraksi dari jauh.
Budi Budiman tersenyum misterius. “Bagus, Arief. Langkah pertamamu di dunia Arcana sudah dimulai. Karisma The Fool memang enggak pernah gagal. Tapi, PDKT yang natural itu perlu pengorbanan... kayak Ayah yang harus cosplay jadi tukang jualan casing HP agar enggak ketahuan kamu lagi ngapain.”
Budi Budiman kemudian mengeluarkan handphone bututnya dan menelepon seseorang.
“Halo, Magician? Ya, dia sudah mulai. Tiara Anggun, good girl SMA. Basic banget. Tolong pantau dia dari jarak jauh, jangan sampai dia overpower di awal. Aku mau dia belajar PDKT yang benar. Dan oh ya, jangan pernah biarkan dia menyentuhmu lebih dari ujung jari. Kamu tahu aturannya.”
Di seberang telepon, suara wanita anggun menjawab singkat, “Siap, Leader Arcana.”
Budi Budiman tersenyum, lalu kembali berteriak. “Ayo dibeli, casing HP anti baper! Dijamin enggak bakal nge-ghosting!”
Arief, yang baru saja selesai makan permen, melirik ke luar gerbang.
“Loh, itu Ayah? Jualan casing HP di depan gerbang sekolah? Ya ampun, mau ditaruh di mana muka gue?!”
[*Wajar, Arief. Ayah kamu itu kan random akut. Tapi btw, casing HP anti santet itu unik juga lho. Mau beli?]~
“Enggak! Fokus! Kencan! Gue harus cari tahu gimana caranya bikin kencan pertama ini jadi epic!”