NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kaya Raya / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.

Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.

Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Pertama

Malam hari.

Suara langkah kaki menggema di antara gang-gang sempit kota. Seorang gadis muda berlari sekuat tenaga, napasnya tersengal, keringat dingin membasahi pelipisnya.

“Tangkap dia! Jangan sampai dia kabur!” seru salah satu pria yang tampak menjadi ketua dari sekelompok lelaki yang mengejarnya.

Deru langkah kaki para pengejar terdengar semakin dekat. Gadis itu menoleh panik ke belakang, lalu berbelok ke gang kecil yang gelap dan sempit, berharap bisa bersembunyi atau menemukan jalan keluar.

“Sial sekali hidupku, aku Barbie Lu, yang selalu saja bertemu dengan hal buruk," gumamnya lirih, lebih kepada diri sendiri daripada siapa pun. Suaranya hampir tertelan oleh malam yang pekat.

Tiba-tiba, dari ujung lorong yang panjang dan gelap, muncul bayangan-bayangan lain. Sejumlah pria lain berlari cepat ke arahnya, dengan senjata tajam tergenggam di tangan.

“Ha… siapa mereka? Apa mereka dari kelompok yang sama? Tidak ada jalan lain lagi…” pikir gadis itu, matanya liar mencari jalan keluar. Dadanya berdebar tak karuan.

Tepat saat ia hendak memutar arah, sebuah tangan tiba-tiba menariknya dengan kasar ke sisi gang lain yang sempit. Tubuhnya terbanting ke dinding. Sebelum sempat menjerit, sebuah pistol dingin sudah menempel di pelipisnya.

“Kalau kau berteriak, aku akan membunuhmu,” ancam seorang pria bertopeng hitam dengan suara rendah dan tajam. Nafasnya terengah, namun sorot matanya di balik topeng begitu tajam dan dingin.

Gadis itu membeku. Suaranya gemetar, tubuhnya menggigil ketakutan.

“J-Jangan bunuh aku… aku masih muda… aku belum ingin mati…” pintanya lirih, nyaris menangis. Suaranya bergetar antara takut dan putus asa.

Pria itu menatapnya beberapa detik tanpa berkata. Lalu tanpa banyak bicara, ia menarik gadis itu untuk ikut dengannya. Dengan satu tangan menekan luka di sisi tubuhnya yang berdarah, dan satu tangan lain tetap menggenggam pistol, ia menyeret gadis itu meninggalkan tempat itu, menjauh dari para pengejar.

Di balik langkah tergesa mereka, samar terdengar teriakan dan bentakan orang-orang yang masih mencari. Sementara Barbie terus menatap pria bertopeng itu dengan bingung dan cemas.

Pria bertopeng itu menarik lengan Barbie dengan paksa, membawanya masuk ke dalam sebuah rumah tua yang terlihat kumuh dan tak berpenghuni. Bau nyengat dan debu yang menyesakkan segera menyergap begitu pintu ditutup dengan keras. Cahaya bulan purnama menyelinap masuk melalui jendela yang retak, menjadi satu-satunya penerangan di ruangan gelap itu.

Barbie terengah, matanya menyapu sekitar. Lantai tanahnya lembap, dindingnya dipenuhi lumut, dan tak ada perabotan selain satu kursi kayu reyot yang nyaris roboh. Pria itu segera mengunci pintu, lalu menodongkan pistol ke arahnya dengan tangan gemetar namun masih sigap.

"Kenapa kau membawa aku ke sini? Aku bahkan tak mengenalmu… tempat ini sangat gelap…" tanya Barbie dengan suara pelan, masih mencoba menenangkan dirinya meski jantungnya berdegup kencang.

Pria itu tak menjawab. Ia hanya menatap tajam dari balik topeng hitam yang menutupi wajahnya, lalu menyandarkan diri ke dinding di sudut ruangan. Napasnya berat dan tidak beraturan.

"Diam, dan jangan berulah!" desisnya kasar.

Namun dari tempatnya berdiri, Barbie bisa melihat dengan jelas. Cahaya bulan menyoroti sisi tubuh pria itu. Darah mengalir deras dari perut atau sisi pinggangnya, menghitamkan kain bajunya. Pria itu tampak berusaha menahan rasa sakit, tangannya menekan luka dengan paksa.

"Kamu terluka…" ujar Barbie lirih, refleks melangkah mendekat.

"Jangan mendekat!" hardiknya sambil menodongkan kembali pistol. "Kalau tidak, aku tidak ragu untuk menembakmu."

Barbie menahan napas, namun tetap berdiri tegak. Suaranya tetap tenang, meski ketegangan menggantung di udara.

"Tuan… kita dalam situasi yang sama. Kau dikejar, aku juga dikejar. Tapi kondisimu jauh lebih parah. Biar aku periksa lukamu… aku bawa obat, mungkin bisa menghentikan pendarahanmu," ucapnya dengan nada tulus.

Pria bertopeng itu menatapnya lama, seakan mencoba menebak niatnya.

"Kenapa kau bisa ada di sini? Kau bukan utusan mereka?" tanyanya curiga.

"Utusan siapa? Musuhmu?" Barbie menatap lurus ke arahnya, tak gentar meski masih waspada. "Aku dikejar sekelompok preman bersenjata tajam. Aku bahkan nyaris terbunuh sebelum kau menarikku masuk ke gang tadi. Dan kini, aku malah diculik olehmu tanpa sebab yang jelas."

Pria itu mulai terlihat limbung. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Barbie bisa melihat tangan yang menekan luka itu sudah bergetar, dan warna merah semakin menyebar.

"Tenang saja… aku hanya gadis lemah. Mana mungkin bisa menyakitimu? Lagi pula, kau memiliki pistol. Duduklah… tahan lukamu. Kalau masih ingin hidup kau harus percaya padaku. Aku bukan penjahat yang bisa mengunakan pistol dan pedang."

Ia membuka tas kecil yang tergantung di pundaknya, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan kental berwarna keemasan.

"Ini obat dari tabib terkenal di kota tempat aku tinggal. Setidaknya, kau bisa bertahan hidup setelah menelannya," ujarnya sambil mengangkat botol itu agar pria itu bisa melihatnya di bawah cahaya bulan.

Barbie menghela napas dalam, berusaha menenangkan diri di tengah tekanan yang mengimpit dari segala arah. Dengan gerakan perlahan dan hati-hati, ia melepaskan syal tipis yang melilit lehernya, lalu melipatnya menjadi gulungan tebal. Ia menunduk, mendekati pria bertopeng yang kini duduk bersandar dengan nafas semakin berat.

"Tekan ini… dan minum obatnya," ucap Barbie tegas namun lembut, menekan syal itu ke bagian luka yang terus mengucurkan darah. Ia menyodorkan pil dari botol kecilnya dengan tangan lain.

Namun, pria itu tak serta-merta menerima. Dengan cepat, ia mengangkat kembali pistolnya dan menodongkan laras dingin itu tepat ke dada Barbie, yang kini berjongkok hanya beberapa inci di depannya. Jemarinya masih kokoh menggenggam senjata, meskipun terlihat mulai kehilangan tenaga.

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa obat ini bukan racun?" tanyanya dingin, suaranya rendah tapi tajam, menembus udara yang sudah tegang sejak tadi.

Barbie mendongak perlahan, menatap lurus ke balik topengnya.

"Kau sangat keras kepala," katanya dengan lirih, namun nada kesalnya tak bisa disembunyikan. "Baiklah. Aku akan menelannya—dan setelah itu, kau akan menyesal karena mengira aku punya niat buruk padamu."

Tanpa ragu sedikit pun, Barbie mengambil satu pil dari botol itu dan menelannya di hadapan pria itu. Ia bahkan memperlihatkan gerakan menelan dengan jelas, lalu membuka mulut sejenak untuk menunjukkan bahwa ia tak menyembunyikan apa pun.

Setelah itu, ia menarik napas perlahan dan berkata, "Lihat? Aku masih hidup… tidak ada yang aneh. Sekarang giliranmu."

Dengan tangan yang gemetar, ia menuangkan satu pil lagi ke telapak tangannya, lalu menyodorkannya kembali pada pria tersebut.

"Kalau kau masih ingin hidup… dan berhenti bersikap seperti orang keras kepala, minumlah. Aku bukan ancamanmu malam ini."

Tak lama setelah Barbie menyodorkan pil itu ke tangan pria bertopeng, suara langkah kaki mulai terdengar dari luar. Semakin lama, semakin banyak. Suara sepatu menjejak tanah dengan tergesa, disertai napas terengah-engah dan suara-suara kasar.

"Cepat! Geledah tempat ini!" terdengar teriakan perintah dari seseorang yang terdengar seperti pemimpin kelompok.

Barbie dan pria bertopeng itu saling berpandangan, napas mereka tertahan. Mata mereka lalu serempak mengarah ke pintu kayu reyot yang tinggal menunggu waktu untuk didobrak paksa. Cahaya bulan yang tadinya memberi ketenangan, kini berubah menjadi saksi bisu dari teror yang semakin dekat.

Apakah mereka akan lolos atau akan ada yang datang menyelamatkan mereka?

1
Isnanun
kalo serius sama Barbie tahan Damien jangan tergoda
yuning
jangan cemen Damian
yuning
nikahi saja Barbie
Naufal Affiq
bawak barbie kawin lari aja tuan
Nabil abshor
cembukot sayang,,,,
Naufal Affiq
dia cemburu barbie,kalau kau dekat sama jimmy
yuning
mafia posesif dan cemburu 😁
Isnanun
Betul Barbie
yuning
cemburumu membakar tuan 😁
Naufal Affiq
ada yang cemburu ya,nikahin aja tuan,jangan buat kepala mu pusing
yuning
yg cemburu menggemaskan
Isnanun
memberi hukuman yg nikmat🤭🤭🤭
Nabil abshor
tenang sayang,,,, dia tdk bakalan diapa²in k,,,,
yuning
pasti nya yg akan buat reader bahagia 😁
yuning
dia adalah jodohmu
Naufal Affiq
lanjut thor
eva lestari
thooor..brarti eliza ama barbie sodara an ya...trs knp si david he gk kenal ama barbie .lupa gt?


damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
yuning
betul
eva lestari
duuuuuhhh... syeruuuu uyyyyy.....gk sbr wait next chapter....

bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....
eva lestari
cerdik jg barbie heheheheh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!