19. Pertengkaran pertama

"Memangnya semudah itu kamu mengajukan pembatalan nikah, bu Mulyani pasti tidak akan mengijinkan, dia orang yang paling kekeh berusaha agar pernikahan kita berjalan normal dan utuh." Fauzan mencoba membujuk.

"Mungkin akan sulit, tapi aku tidak mau menyerah, bulan depan ketika waktunya wajib lapor, akan kuceritakan semuanya! Aku ingin keadilan, siapa tahu bulan depan ada laki laki yang mencintaiku dan ingin menjadikan aku istri, jika aku masih berstatus istrimu, laki laki itu tidak mungkin bisa menikahiku, aku yang rugi, padahal ini hanya pernikahan semu." Btari ngomong panjang lebar.

"Apakah saat ini ada seorang kaki laki yang menyukaimu dan menjadikanmu istrinya?" entah mengapa hati Fauzan tidak terima.

"Bukan urusan abang." Btari menjawab singkat.

"Ini juga urusanku!" Fauzan makin geram.

"Bukan .. Jangan pernah berani ikut campur masalahku!" Btari ikut geram.

"Iya .. Itu urusanku! ingat kamu masih berstatus istriku, jangan pernah berani menerima lelaki lain!" Fauzan makin geram.

"Abang itu egois, giliranku ingin menerima lelaki lain abang tidak terima, tapi abang dengan seenaknya menduakan aku ... kalau saja saat itu bu Mulyani kebetulan tidak melihat tayangan pernikahan Abang dengan Fara di handphonenya dan berhasil mencegah pernikahan itu, saat ini aku sudah abang poligami." Btari jadi emosi, seolah olah ia punya kekasih padahal perkataannya tadi hanya perumpamaan malah menjadikan keduanya salah paham.

"Sudah aku bilang, itu semua bukan keinginanku, pernikahan itu keinginan keluargaku!" Fauzan membela diri.

"Abang kan sudah dewasa, seorang dokter dan narasumber pula, tentunya bisa dong memilah milah permintaan keluarga yang baik dan tidak! Abang saja yang cari kesempatan, laki laki mana yang tidak mau punya istri lebih dari satu." Btari mencibir muak.

"Sebelum menikah denganmu, Fara itu tunanganku .. Sudah satu tahun kami berhubungan .. Jadi wajar kalau keluarganya minta aku segera menikahinya, tidak baik bukan kalau seorang wanita kita gantung nasibnya? Pernikahan itu adalah bentuk tanggung jawabku pada keluarga Fara." Fauzan melunak.

"Oh begitu, jadi semua karena tanggung jawab, seharusnya abang lebih bertanggung jawab dengan pernikahan ini, karena pernikahan ini lebih memerlukan tanggung jawab abang!" Btari menyindir.

"Aku harus bertanggung jawab bagaimana lagi Tari?" Fauzan mulai frustasi.

"Bertanggung jawablah layaknya suami sejati, terlepas dari pernikahan kalian yang terjadi karena paksaan!"

Btari dan Fauzan yang sedang bersitegang sangat kaget karena tiba tiba terdengar suara orang lain yang menyela.

"Nenek!" Fauzan berseru.

"Umi Khadijah." Btari tercengang.

"Assalamualaikum Tari, umi tidak menyangka kalau kamu itu cucu menantuku, istrinya Fauzan." Umi Khadijah bersandiwara.

Fauzan dan Btari bergerak menyongsong kedatangan Umi Khadijah.

"Kalian di sana saja, tidak usah turun! Nenek masih bisa dan kuat naik ke atas joglo." Cegah umi Khadijah saat melihat Fauzan dan Btari akan turun, dengan cekatan ia menapak anak tangga dan menaikinya.

Fauzan menyalami neneknya. Dengan canggung Btari ikut menyalami Umi Khadijah.

"Kalian belum makan?" Umi Khadijah menatap makanan yang masih utuh.

"Belum nek." jawab Fauzan.

"Kenapa? Karena kalian berdua sibuk berdebat?" Umi Khadijah menatap Fauzan dan Btari bergantian.

"Baiklah .. Ayo kita makan dulu, baru kita bicara! Tidak baik bicara dengan perut kosong, yang ada akan selalu terjadi kesalah fahaman dan berakhir dengan pertengkaran seperti kalian tadi! Padahal umi sengaja meminta pelayan resto menyajikan kudapan ini untuk kalian makan, agar pembicaraan kalian berlangsung dengan baik mengingat kalian sudah menikah secara sah malah hidup terpisah, eeeh ternyata harapan nenek meleset .. Kalian malah saling adu mulut!" umi Khadijah menatap keduanya dengan sebal.

Umi Khadijah membunyikan lonceng yang tersedia di atas meja. Tak lama seorang pelayan datang ke joglo mereka.

"Mas minta tolong untuk segera menyajikan menu utama joglo lima ya, sudah siap kan?" Umi Khadijah bertanya.

"Sudah nyonya .. Silahkan ditunggu." jawab sang pelayan.

"Iya .. terima kasih." Umi Khadijah tersenyum, dan pelayan segera berlalu.

"Nenek sudah kenal dengan Btari?" Fauzan yang dari tadi sudah sangat penasaran mengajukan pertanyaan.

"Ya sudahlah .. Btari ini terapis terbaik langganan nenek." jawab umi Khadijah.

"Terapis? Btari seorang terapis?" Fauzan cengo.

"Kamu tidak tahu kalau Btari seorang terapis selain bekerja sebagai pemijat sangkal putung? Suami macam apa kamu itu Zan Fauzan .. Pernikahan suci yang seharusnya memerlukan tanggung jawabmu malah kamu telantarkan, sementara wanita yang hanya melalui taaruf malah kamu bela mati matian, tidak ada taaruf selama itu, dan cobalah buka matamu lebar lebar dan cari tahu siapa Fara dan keluarganya." umi Khadijah mengomel.

"Ayo Tari dimakan .. Maafkan nenek ya, baru datang sudah ngomel! Habisnya nenek sebal melihat cucu nenek yang bodoh! seperti orang yang tidak pernah menuntut ilmu agama saja, sampai pernikahan yang sah dipermainkan dan istri sebaik kamu ditelantarkan." kembali Umi Khadijah mengomel.

Btari tidak tahu harus berkata apa. Memang kenyataannya seperti itu. Kalau saja di awal pernikahan mereka Fauzan tidak berkata mereka adalah dua orang asing yang terikat pernikahan dan harus hidup terpisah, Btari bersedia menjalani pernikahan ini dengan normal.

Sementara Fauzan hanya bisa menunduk. Tidak berani membantah sang nenek. Akan semakin panjang omelan umi Khadijah bila ia membantah.

"Ayo Tari dimakan makanannya ini .. Kamu suka yang mana? Tahu walik ... Tempe mendoan atau pisang goreng? Tahu waliknya ini loh recomended .. rasanya enak berbeda dengan tahu walik lainnya." Umi Khadijah menyodorkan piring berisi tahu walik pada Btari.

"Umi sering ke resto ini?" Btari mengambil satu tahu walik dan memakannya.

" Sering .. Selain karena rasa makanannya juara, tempatnya sangat nyaman .. Tempat yang tepat untuk menenangkan diri dari rutinitas sehari hari." Umi Khadijah menjawab.

"mmm .. Tahu waliknya memang enak .. Isiannya sangat enak, ini rasa udang ya umi?" Btari menikmati tahu waliknya.

"Betul .. Ini tahu walik isian udang, gimana rasanya enak kan?" Umi Khadijah bertanya.

"Umi benar, rasanya sangat enak." ucap Btari.

"Tahu walik ini varian isiannya bermacam macam .. Semuanya enak .. Tapi menurut nenek yang isi udang ini yang paling terenak! Kamu tidak ada alergi seafood kan?" Tanya umi Khadijah.

"Alhamdulillah saya tidak punya alergi apa pun umi .. Jadi aman .. Saya ini pemakan segala dan bukan orang yang pemilih dalam hal makanan." ucap Btari sambil memakan tahu waliknya.

"Bagus .. Lain kali kita kuliner bersama di tempat tempat yang makanannya enak enak!" usul Umi Khadijah.

"Ah ide bagus umi ... Saya juga senang wisata kuliner." ucap Btari antusias.

Fauzan merasa terabaikan. Dengan jengkel ia mengambil pisang goreng dan memakannya. Tak lama dua orang pelayan resto datang membawa pesanan makanan utama.

"Tari cobalah botok telur asin ini, rasanya enak." Umi Khadijah mengambil lidi yang tersemat di bungkus daun pisang.

Tanpa banyak bertanya, Btari segera menyendok botok telur asin yang disodorkan umi Khadijah di atas nasi.

"Abang mau juga botoknya?" Btari menawarkan.

"Boleh." Fauzan senang, ada juga yang perhatian padanya, mulai tadi dia dicuekin.

Btari menyendokkan botok lalu ditaruhnya di atas piring Fauzan.

"Mau apa lagi Bang?" Btari cosplay jadi istri yang sholeha. Padahal ini memang sudah kebiasaanya melayani customer.

"aku mau udang tepung." jawab Fauzan.

Dengan tulus, Btari meladeni Fauzan. Umi Khadijah tersenyum simpul memandang interaksi keduanya. Mereka makan dengan lahap diselingi percakapan yang lebih didominasi Umi Khadijah dan Btari.

Usai makan Umi Khadijah mulai membuka perbincangan yang lebih serius.

"Nenek tadi sempat mendengarkan perdebatan kalian berdua .. Benarkah ada lelaki yang mencintaimu Btari? Dan kamu berniat menerimanya? Kalau benar seperti itu, nenek akan mendukungmu! Meski saat ini kamu masih berstatus istri cucuku, tapi karena Fauzan tidak memperlakukanmu dengan baik dan malah menelantarkan dirimu, maka nenek rela jika kamu lepas dari pernikahan ini." Umi Khadijah membuka percakapan.

Terpopuler

Comments

Holipah

Holipah

lanjut Thor apakah kamu rela jan lepasin tari 😅

2024-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!