10. Pernikahan yang batal

Pernikahan Fauzan dan Fara batal. Pak Ginanjar dibawa ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan. Pernikahan mewah tidak jadi digelar. Para tamu undangan bubar meninggalkan ball room.

Fauzan harus menghadapi kemarahan keluarganya. Putra yang selama ini selalu mereka banggakan, ternyata mampu melempar kotoran ke muka mereka. kedua orangtua Fauzan terutama pak Zakaria Maulana merasa sangat bersalah pada sahabatnya, pak Ginanjar.

Selama ini mereka selalu berhubungan akrab. Keluarga besar kedua pihak telah menjalin hubungan baik sejak lama. saking akrabnya hubungan ini, kedua belah pihak menjodoh jodohkan anak anak mereka. Fauzan dan Faradina

Tapi perjodohan ini tidak memaksa. Jika keduanya mau ya monggo, kalau tidak ya tidak apa apa. Tapi rupanya Fauzan dan Fara saling tertarik satu sama lain. Hingga Fauzan memutuskan untuk melakukan taaruf dengan Fara.

Satu tahun lamanya Fauzan dan Fara melakukan hubungan taaruf. Sudah berulang kali keluarga merencanakan tanggal pernikahan. Tapi selalu gagal karena kesibukan Fauzan dan Fara.

Keluarga Fauzan sudah kembali ke kediaman mereka. Semua anggota keluarga hadir lengkap untuk mendengarkan keterangan Fauzan tentang pernikahannya.

"Fauzan ... Sekarang ceritakan bagaimana kamu bisa menikah dengan gadis lain tanpa kami semua tahu, teganya kamu mengkhianati kami dan Fara." Pak Zakaria menahan amarah.

"Aku menikah karena terkena Razia." Fauzan mulai bercerita.

"Terkena Razia ... apa yang kamu lakukan sampai terkena Razia? Jangan jangan kamu tertangkap karena melakukan Zina?" pak Zakaria emosi.

"Zakaria dengarkan dulu cerita putramu sampai selesai, jangan menyela dan jangan menghakimi!" Hasan menatap putranya jengkel.

"Teruskan ceritamu Fauzan!" Pinta Hasan.

Tanpa dikurangi atau ditambahi, Fauzan menceritakan pernikahannya dengan Btari.

"Kenapa kamu tidak menceritakan pernikahanmu itu pada kami?" pak Zakaria menuntut.

"Karena aku merasa tidak perlu bercerita pada siapa pun, toh pernikahan ini hanya sementara." ucap Fauzan.

"Kalau kamu masih terikat pernikahan ini, mengapa kamu mau menerima saat diminta menikah dengan Fara, coba kalau mau bersabar sampai enam bulan dan kamu bercerai dari wanita itu, aku yakin insiden batalnya pernikahanmu dengan Fara tidak akan terjadi." Umu Azizah sangat menyesal.

"Bukan kah aku sudah menolaknya? Aku bahkan sudah mengusulkan untuk menunggu enam bulan lagi, tapi kalian semua memaksaku untuk segera menikahi Fara." ucap Fauzan.

"kalau kamu mengemukakan alasan yang sebenarnya, kami pasti tidak akan memaksamu!" pak Zakaria menukas.

"Sudahlah semua sudah terjadi, kita akan berusaha memperbaikinya! Fauzan cobalah jelaskan pada Fara apa yang sebenarnya terjadi agar kalian bisa berbaikan lagi, setelah kamu bercerai nanti, kalian bisa menikah! Dan kamu Zakaria perbaiki hubungan kamu dengan Ginanjar dan keluarganya." ucap Pak Hasan menengahi.

"Baik kakek." Fauzan patuh.

"Baik abah." Zakaria menyanggupi.

"Jadi perkara ini sudah ada solusinya, tinggal kita yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga Ginanjar." ucap Hasan

"Lalu solusi untuk Btari istrimu bagaimana Fauzan? dari sekian lama pembicaraan kalian, tidak ada satu pun yang menyinggung wanita itu!" umi Khadijah yang sedari tadi diam mendengarkan mulai berbicara.

"Apa lagi yang harus dibicarakan umi, sudah jelas bukan kalau wanita itu akan diceraikan setelah wajib lapor mereka selesai, itu kurang tiga bulan lagi." abah Hasan menjawab.

"abah pikir pihak KUA akan begitu saja melepaskan Fauzan dan istrinya setelah insiden ini? Abah aku tanya, jika hal ini menimpa putrimu, apa kamu menerima bila putrimu diperlakukan seperti ini? Tidak dianggap sebagai istri, ditelantarkan tanpa tanggung jawab, lalu ditinggal suaminya menikah lagi ... Abah akah pasrah begitu saja?" umi khadijah menatap suaminya tajam.

Abah Hasan terdiam. Kata kata istrinya menohok relung hati. Selama pembicaraan ini mereka hanya memikirkan solusi untuk Fara dan keluarganya. Sementara untuk istri Fauzan tidak ada pembicaraan sama sekali. Padahal perempuan ini juga korban. Pihak paling dirugikan.

"Btari tidak punya orangtua, selama ini dia hidup di panti asuhan, tidak akan ada yang menuntut kita kalau nanti aku menceraikannya." Fauzan menjawab.

"Astaqfirllahal adzim Fauzan dimana hati nuranimu, hanya karena Btari tidak punya orangtua dan kerabat yang membelanya, kamu dengan mudah mengabaikan dan menelantarkannya? Meski Btari sudah dewasa .. Dia tetap anak yatim piatu, tega sekali kamu mendzolimi gadis yatim piatu seperti Btari." umi Khadijah kecewa.

"Sebenarnya apa yang nenek mau dengan membela Btari?" Fauzan menatap neneknya, baru kali ini sang nenek tidak mendukung kemaunnya.

"jadilah laki laki yang bertanggung jawab, Ingat bagaimana pun Btari itu sudah menjadi istrimu, terlepas kalian menikah karena terpaksa, wanita itu sudah menjadi tanggung jawabmu! Kamu sudah bersumpah pada Allah! Jangan pernah mengkhianati sumpah yang kamu ucapkan yang saksinya itu Allah! Kamu sudah melanggar sumpahmu, selama tiga bulan telah menelantarkan istrimu!" umi Khadijah mengingatkan panjang lebar.

"Jadi ibu meminta Fauzan tetap mempertahankan pernikahan memalukan ini?" Zakaria memandang ibunya.

"iya benar! Kamu lupa perceraian itu dibenci Allah? Atau kamu suka anakmu menjadi laki laki yang tidak bertanggung jawab?" umi Khadijah memandang Zakaria tajam.

"Fauzan juga harus bertanggung jawab pada Fara dan keluarganya umi." Zakaria membantah.

"Apa yang harus dipertanggung jawabkan pada Fara dan keluarganya? Mereka bukan siapa siapa kita, hanya kebetulan saja Ginanjar itu sahabatmu! insiden ini sudah jadi pertanda yang kesekian kalinya kalau Fauzan tidak berjodoh dengan Fara, kenapa kalian semua keras kepala ingin Fauzan tetap menikahi Fara? Sementara istrinya yang beneran sah malah ditelantarkan ... Hati kalian ini terbuat dari batu granit kah?" umi Khadijah mulai naik darah.

"Tapi nenek ... aku tidak mencintai Btari, yang aku cintai itu Fara." Fauzan menolak.

"cinta bisa datang kalau kalian sudah bersama, nenek minta lupakan Fara! Dia bukan wanita yang tepat untukmu!" umi Khadijah memandang cucunya dengan lembut.

"Tidak nek .. Aku tidak bisa ... Hanya Fara yang aku cintai dan wanita yang tepat untuk menjadi istriku." Fauzan tetap menolak.

"Fauzan benar umi .. Bagaimana pun Fauzan dan Fara sudah berhubungan selama satu tahun, mereka sudah saling mencintai .. Biarkan saja hubungan Fauzan dan istrinya tetap seperti ini dan akan berpisah setelah enam bulan! Kita tetap pada rencana semula, memperbaiki hubungan kita dengan keluarga Ginanjar dan Fauzan akan menikahi Fara. Fara gadis yang baik, cantik, pintar, pekerja keras, dan berasal dari keluarga yang baik, darimana umi bisa menilai kalau Fara bukan wanita yang tepat untuk menjadi istri Fauzan." Zakaria bersikukuh.

"Fauzan .. Sekali lagi nenek tanya, kamu tetap tidak ingin bertanggung jawab pada Btari istrimu?" umi Khadijah tidak memperdulikan Zakaria, matanya menatap Fauzan tajam.

Fauzan tidak segera menjawab, hatinya bimbang. Sisi hatinya mengingatkan untuk bertanggung jawab pada Btari. Sisi hatinya yang lain mengingatkan untuk memperjuangkan Fara. Fauzan teringat kemarahan dan kekecewaan Fara. Wanita itu menangis sambil memukuli dadanya, saat tahu kalau dirinya sudah menikah.

"Fauzan .. Jawab pertanyaan nenek!" umi Khadijah kembali bertanya.

"Maaf nek .. Aku memilih Fara, aku akan memperjuangkan cintanya lagi! Aku dan Btari hanya dua orang asing yang kebetulan dipersatukan dalam pernikahan yang sama sama tidak kami inginkan." Fauzan telah memilih.

"Baiklah .. Terserah kamu! Lakukan apa yang ingin kamu inginkan! Aku yang akan menggantikan tanggung jawabmu!" umi Khadijah kecewa.

"apa maksud nenek?" Fauzan tidak mengerti.

"Bawa cucu menantuku ke rumah ini, aku akan memberinya kehidupan yang seharusnya jadi miliknya saat berstatus menjadi istrimu!" umi Khadijah berkata tegas.

"aku masih tidak mengerti, nenek ingin Btari tinggal di sini?" Fauzan tak percaya.

"ya benar .. Cucu menantuku akan tinggal di sini, dia akan tidur di kamarmu! Btari akan menjadi bagian keluarga ini! Jadi mulai besok bawa Btari ke rumah ini." umi khadijah berucap.

"Apa? Kenapa harus tidur di kamarku?" Fauzan tidak setuju.

"Karena dia istrimu!" jawab Umi Khadijah.

"Tapi umi, dengan Btari tinggal disini akan mempersulit proses kami dalam memperbaiki hubungan dengan keluarga Ginanjar." umu Azizah khawatir.

"Kalian semua silahkan memperjuangan hubungan baik dengan keluarga Ginanjar, suatu saat nanti kalian akan menyesal dengan perjuangan kalian! Dan aku, aku akan bertanggung jawab pada gadis yang seharusnya diperjuangkan, agar nanti di akhirat aku bisa mempertanggung jawabkan hasil didikanku pada anak dan cucuku." umi Khadijah tidak bisa dibantah.

Anggota keluarga yang hadir tidak berani membantah. Bahkan abah Hasan juga tidak berani mendebat istrinya.

"Secepatnya bawa istrimu ke rumah ini! Sebelum kau berhasil membawa Btari ke rumah ini, lebih baik kau tidak pulang dulu ke rumah ini." umi Khadijah bangkit dari duduknya.

Wanita sepuh itu berjalan meninggalkan ruang keluarga. Meski sudah sepuh, wanita itu masih sehat dan segar.

Wajah Fauzan memucat. Tidak boleh pulang ke rumah ini malapetaka untuknya. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain. Rumah besar ini bagi semua anggota keluarga adalah rumah yang benar benar rumah. Rumah untuk pulang, dimana kehangatan, cinta dan kedamaian akan menyambut setiap anggota keluarganya.

Fauzan punya apartemen sendiri. Bisa saja dia pulang ke sana. Tapi hatinya akan kosong. Ia akan merasa kesepian. Meski sudah dewasa, ia tidak suka tinggal sendirian. Sejak kecil sudah terbiasa hidup dalam keluarga besar yang penuh cinta dan kehangatan, membuat Fauzan tidak betah kalau harus tinggal sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!