16. Perjuangan Fauzan

Sudah dua minggu berjalan, Fauzan masih belum bisa membujuk Btari untuk tinggal di rumah punden. Setiap pagi Fauzan rela pergi pagi pagi, bahkan sebelum subuh untuk bisa bertemu dengan Btari. Ternyata menemui Btari itu sangat sulit. Setiap hari, bahkan di hari minggu pasien wanita ini tak pernah ada habisnya. Fauzan sampai heran, apa setiap hari selalu ada orang orang yang mengalami patah tulang.

Tapi perjuangannya sia sia. Btari tidak bergeming, wanita itu tetap menolak pemintaannya. Fauzan sampai putus asa dibuatnya. Selama dua minggu ia tidak bisa ke rumah punden. Abi dan uminya sampai mengalah menemui anaknya di apartemen milik Fauzan.

"jadi wanita itu tetap tidak mau kamu ajak tinggal bersama?" umu Azizah bertanya, saat ini wanita itu sedang berada di apartemen putranya.

"iya umi." jawab Fauzan lesu, sejujurnya ia sudah merindukan neneknya.

"Belagu banget sih wanita itu, miskin saja belagu." umu Azizah jengkel.

"Azizah .. Mulutnya dijaga .. Kalau sampai kedengeran orang, bisa runyam! Bisa hancur reputasi keluarga kita! Ingat aku ini pendiri ponpes, dan kamu itu istriku .. Jaga kata katamu!" abi Zakaria memperingatkan.

"kan di dalam rumah bi, gak akan ada orang lain yang denger! Lagian aku jengkel dengan wanita itu, diajak tinggal di rumah megah kok tidak mau." umu Azizah sewot.

"Meski megah dan mewah, bukan rumah sendiri, apa enaknya? Umu jangan menghina Btari, bagaimana pun dia itu berstatus istriku." Fauzan jengkel.

Fauzan jadi berpikir mungkin salah satu faktor penghambat usahanya adalah sikap ibunya yang selalu arogan. Pantas saja nenek tidak begitu suka dengan umu Azizah.

"Sekarang kamu malah membelanya, kamu mulai jatuh cinta padanya?" umu Azizah menyelidik.

"umu .. Ini bukan perkara cinta, wanita yang aku cintai tetap Fara, aku hanya tidak suka mendengar umu menghina dan menjelek jelekkan Btari, di sini dia juga korban ... Jadi tolong berhenti menghina dan menjelek jelekkan Btari!" pinta Fauzan.

"Fauzan benar, berhentilah menghina istrinya, kamu bahkan belum pernah bertemu dengan orangnya sudah membencinya, bagaimana kalau ternyata istri Fauzan yang kamu benci dan kamu hina pernah menolongmu, tidak malu kamu?" abi Zakaria jengkel dengan sikap arogan istrinya.

"Kalian berdua mengapa malah memojokkan aku?" umu Azizah berang.

"Sudahlah Umu .. Berhenti marah marah .. Kalau umu ke sini tujuannya hanya untuk marah lebih baik umu pulang saja! aku ini sudah capek kerja, capek hati masih ditambah umu marah marah." Fauzan memijat keningnya yang mendadak terasa pening.

"Baiklah son .. Kami pulang saja kalau begitu, istirahatlah!" abi Zakaria memutuskan untuk pulang sebelum istrinya tambah ngamuk.

"iya abi, hati hati di jalan!" Fauzan mengiyakan.

Dengan wajah merengut, umu Azizah mengikuti suaminya keluar dari apartemen Fauzan. Dering handphone berbunyi. Fauzan meraih benda pipih itu dari atas meja. Fauzan segera menegakkan tubuh, saat tahu yang menelpon adalah neneknya.

"Assalamualaikum nek." Sapa Fauzan

"Waalaikumsalam ... Bagaimana, sudah berhasil kah kamu membujuk istrimu untuk tinggal di rumah?" tanpa basa basi Umi Khadijah bertanya.

"Maafkan aku nek .. Aku masih belum berhasil membujuk Btari, dia kekeh tidak mau kuajak tinggal bersama." Fauzan menjawab lesu.

"Itu semua karena kebodohanmu, dikasih Tuhan istri yang baik .. Cantik .. Smart dan sholeha malah kamu sia siakan dan kamu telantarkan, jadi laki laki tidak ada tanggung jawabnya! Malah sibuk ngejar yang tidak sah .. Yang sah malah dianggap tidak ada!" Umi Khadijah mengomel.

Kepala Fauzan kembali pening. Lepas dari amarah umunya, sekarang malah diomeli neneknya.

"Oke .. Nenek akan bantu kamu membujuk Btari, pertemukan nenek dengan istrimu itu!" ujar umi Khadijah.

Fauzan tercengang mendengar perkataan neneknya. Kalau hanya untuk mempertemukan Btari dengan nenek, tidak akan terlalu sulit. Btari pasti mau. Kenapa tidak dari awal nenek mengatakan ini. Ia tidak perlu capek mengejar dan membujuk Btari selama dua minggu full.

"Kenapa kamu diam? Kamu tidak sanggup mengajak Btari bertemu dengan nenek? Kalau kamu tidak sanggup, bersiaplah untuk menerima hukuman nenek selanjutnya! Bulan depan kamu harus resign dari rumah sakit atau nenek pecat, tinggal pilih! Aku paling tidak suka dengan orang yang tidak kompeten dan tidak punya tanggung jawab, sekalipun itu cucuku." umi Khadijah mengancam.

"Aku usahakan nek .. Tolong jangan minta aku resign dari rumah sakit! Nenek pasti akan bertemu dengan Btari." Fauzan menelan ludah, ancaman neneknya sungguh mengerikan.

"Buktikan, nenek tunggu .. Assalamualaikum." Umi Khadijah mengakhiri pembicaraan.

"Waalaikumsalam." Fauzan menatap layar handphonenya dengan nanar.

Apa pun caranya Fauzan harus bisa membawa Btari bertemu nenek. Kalau Btari tetap keras kepala, kalau perlu Fauzan akan menggunakan cara paksa. Kariernya dipertaruhkan. Dia tidak mau kehilangan jabatannya sebagai dokter kepala bagian divisi penyakit jantung.

Ia menapaki karier dengan susah payah. Meski dirinya cucu pemilik rumah sakit, ia tetap memulai karier dari nol. Dari dokter magang sampai dokter specialis dan diangkat menjadi kepala dokter.

Dari kenaikan karier inilah sang nenek akan menilai pantas tidaknya Fauzan menggantikan sang nenek sebagai ahli warisnya. Tentu saja Fauzan tidak mau kehilangan hak warisnya. Ia harus bisa mempertemukan Btari dan nenek.

Pagi pagi sekali Fauzan telah sampai di lokasi pijat Pucang Anom. Fauzan heran, tidak ada satu pun kendaraan parkir. Setelah memarkirkan mobilnya, Fauzan bergegas masuk ke halaman rumah tempat praktek pijat. Tidak seperti biasanya. Halaman sepi .. Begitu juga dengan ruang tunggu. Tidak ada satu manusia pun. Kosong melompong.

Fauzan berjalan lebih ke dalam, di meja petugas penerima pasien ada tulisan tutup dengan huruf besar. Tubuh Fauzan bergerak lesu. Tidak ada orang yang bisa ia tanyai. Kemana lagi harus menemui Btari? Bodohnya dia selama ini tidak pernah tahu dimana Btari tinggal. Sebegitu tidak perdulinya kah Fauzan pada Btari, sampai ia lupa untuk menanyakan tempat tinggal istrinya sendiri.

Selama ini jika menjawab pertanyaan Bu Mulyani dimana mereka berdua tinggal, keduanya sepakat menjawab tinggal di apartemen Fauzan yang berlokasi di kawasan Citra land.

"Masnya mau pijat? Tiga hari ke depan, praktek pijatnya tutup mas, Mbah Rabat punya gawe, cucunya menikah" seorang laki laki memberitahu Fauzan.

"oh begitu ya, Kalau begitu apakah anda tahu dimana rumah Mbak Btari ya? Ini darurat tidak bisa menunggu sampai tiga hari." Fauzan sangat berharap.

"mbak Btari hanya menerima pasien perempuan mas." laki laki itu memberitahu.

"Saya tahu mas .. bukan saya tapi nenek, dimana ya alamat rumah Mbak Btari?" sekali lagi Fauzan bertanya.

"Wah maaf mas .. Saya tidak tahu dimana rumah Mbak Btari." laki laki itu menjawab.

"Terima kasih .. Siapa ya yang bisa saya tanya dimana rumah Mbak Btari?" Fauzan tidak putus asa, ia bisa saja menelpon Btari untuk menanyakan dimana alamat rumahnya. Tapi dia yakin, wanita itu tidak akan mau memberitahunya. Di tempat ini saja Btari enggan menemuinya setelah Fauzan setiap hari datang hanya untuk membujuk dirinya untuk tinggal di rumah punden.

"Yang tahu ya mbah Rabat dan Gus Mus, tapi mereka berdua lagi sibuk hajatan." ujar laki laki itu.

Fauzan kembali ke mobilnya dengan tubuh makin lesu. Ia sama sekali tidak menyangka pernikahan paksa ini akan menyulitkan hidupnya. Kalau ia tahu akan begini jadinya, dulu lebih baik ia memilih mengobati kakinya di rumah sakit ketimbang memanggil tukang pijat sangkal putung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!