18. Rencana pembatalan nikah

Mobil Fauzan telah sampai di lokasi, dimana neneknya ingin bertemu. Lokasi restonya berada di pinggir kota. Mempunyai fasilitas joglo dengan view hamparan sawah yang menghijau.

Menurut umi Khadijah, beliau sudah reservasi dan mendapat tempat di joglo nomor lima. Fauzan dan Btari berjalan memasuki resto.

"Silahkan .. ada yang bisa kami bantu mas .. Mbak?" seorang pegawai resto menyambut kedatangan mereka.

"Reservasi joglo lima atas nama Khadijah." jawab Fauzan.

"oh silahkan Mas .. joglo lima ada di sana, mari!" pelayan mengantarkan Fauzan dan Btari ke joglo lima.

Mereka melewati jalan batako di tengah sawah. Angin bertiup sepoi sepoi segar. Kerudung paris di kepala Btari melambai tertiup angin. Fauzan yang berjalan di samping Btari bisa mencium wangi lembut yang menguar dari kerudung milik wanita ini. Wangi yang bukan sembarang wangi, bukan wangi yang membuat kepala pusing dan mual. Bukan wangi parfum, entah wangi apa. Tapi yang jelas Fauzan suka mencium aromanya.

"Silahkan .. Ini joglo lima." pelayan berhenti di samping sebuah joglo cukup untuk tiga sampai empat orang dengan dinding rendah, sehingga kita bisa melihat dan menikmati pemandangan hamparan hijau persawahan.

Btari naik terlebih dahulu lalu disusul oleh Fauzan. Pelayan resto.meninggalkan keduanya. Di atas joglo sudah tersedia empat buah dudukan. Btari mengambil satu dan mendaratkan bokong di atasnya. Btari duduk bersandar sambil menikmati sawah yang terhampar di samping kiri dan kanan joglo.

Fauzan duduk di hadapan Btari. Tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Biasanya ia tidak pernah mati gaya dalam menghadapi semua orang. Tapi dengan Btari yang bersikap tidak memperdulikannya, Fauzan hanya bisa diam.

Yang lebih membuat Fauzan heran, neneknya kenapa tidak datang lebih dulu. Kalau nenek datang terlebih dahulu, suasana tidak akan seambigu seperti ini. Fauzan tidak tahu mengapa neneknya datang terlambat. Beliau tadi hanya mengirim pesan tentang reservasi restonya saja.

"Nenek abang kenapa belum datang?" Btari membuka percakapan.

"Tidak tahu, Pesanku belum dibaca." jawab Fauzan.

"Apa kita datang kepagian .. Kata abang jam sepuluh bukan? Ini belum jam sepuluh, tahu gitu aku tidak perlu terburu buru." Btari menggerutu.

"Maaf .. Nenek memberiku perintah untuk segera menjemputmu dan berangkat ke lokasi." Fauzan membela diri.

Btari memutuskan untuk tidak mendebat Fauzan. Malas banget ngobrol dengan orang yang pekerjaannya menjadi narasumber, pasti pintar ngomong dan mendebat.

"Btari ... maaf aku boleh bertanya?" Fauzan jadi banyak minta maaf kalau ngomong dengan Btari.

"Tanya apa?" Btari menatap Fauzan.

"Tentang bagaimana Bu Mulyani bisa tiba tiba datang ke pernikahanku dengan Fara." Fauzan dengan bodohnya membuka obrolan yang sangat tidak pas untuk dijadikan bahan pembicaraan.

"itu semua karena kebodohan abang, nyari tanggal nikah bertepatan dengan tanggal wajib lapor kita! Lagipula mungkin ini cara Tuhan untuk menolongku .. Dengar ya bang, meski pernikahan ini pernikahan paksa, tetap saja aku tidak mau diduakan .. Tidak bisakah Abang bersabar menunggu sampai tiga bulan lagi? bukan berarti aku mengharap abang menjadi suami yang sesungguhnya .. TIDAK! Ingat itu, Hargailah pernikahan ini, jangan membuatku seperti kambing congek yang bodoh!" Btari mempunyai kesempatan menyemburkan kemarahannya.

"Maafkan aku .. Aku tidak kuasa menentang keinginan keluargaku dan keluarga Fara untuk segera menikah, kami sudah taaruf selama satu tahun, karena itu kami buru buru menikah." ucap Fauzan.

"Buru buru menikah? Fara hamil karena itu keluarga kalian meminta segera menikah?" Btari jadi menduga yang tidak tidak.

"Sembarangan kalau ngomong! Aku bukan laki laki yang suka melakukan sex di luar pernikahan." Fauzan marah.

Btari menatap Fauzan lekat. Sebagai influencer dan dokter terkenal, Fauzan banyak digilai kaum hawa. Apalagi ditunjang dengan penampilannya yang tampan dan gagah, membuat folowersnya yang rata rata wanita banyak yang jatuh cinta pada laki laki ini. Apa tidak ada kemungkinan Fauzan memanfaatkan kepopulerannya?

Lagipula jika melihat dari sosial media milik Fara, tunangan Fauzan yang sikap dan tingkah lakunya tidak jauh beda dengan anak muda jaman sekarang. Mesti kepalanya juga tertutup hijab, tidak menghalangi wanita itu berpakain seksi. Bahkan perkataan Fara juga mengikuti anak muda jaman sekarang, mulai dari anjay .. Anjir .. Babi .. Bacot .. Anjing ... Dan kata kata kasar lainnya. Masa iya selama satu tahun bertunangan, mereka tidak ngapa ngapain? Mengingat kelakuan anak muda jaman sekarang banyak yang melampaui batas.

Btari banyak mempunyai customer perempuan perempuan muda sepantaran Fara. Mereka ternyata menjadi simpanan para pengusaha atau para pejabat. Darimana Btari tahu, dengan santainya mereka bercerita padanya. Btari juga tahu tentang profesi mereka saat mereka teleponan.

Ah sudahlah .. Untuk apa juga ia memikirkan semua itu. Mau Fauzan dan Fara melakukan ini itu sekarang ia tidak lagi perduli, bukan urusannya. Lagipula bulan depan, Btari berniat untuk memberitahukan semua kebenaran tentang pernikahannya pada bu Mulyani. Semoga saja dengan berbicara tentang kebenarannya, pernikahan ini segera berakhir. Mungkin setelah Btari berterus terang yang sebenarnya, ia bisa mengajukan pembatalan pernikahan.

"Kamu tidak percaya dengan perkataanku Btari?" Fauzan mengernyit saat melihat Btari masih menatapnya dengan lekat.

"Entahlah .. Lagi pula itu bukan urusanku." Btari menjawab ketus.

"Kenapa cara bicaramu selalu ketus padaku? Apa aku melakukan kesalahan?" Fauzan menatap Btari.

"Karena pertanyaanmu membuatku jengkel." ucap Btari.

"Baik .. Baiklah aku tidak ada bertanya lagi." Fauzan mengalah.

Bertepatan seorang pelayan datang membawa baki makanan.

"Permisi." pelayan resto naik ke atas joglo, meletakkan makanan, ada pisang goreng toping keju dan gula aren, tempe mendoan, tahu walik, roti bakar dan dua gelas minuman, usai meletakkan makanan, ia permisi undur diri.

"Kapan kita pernah memesan makanan? Tiba tiba pesanan sudah diantarkan, jangan jangan ini pesanan orang lain, pelayan tadi keliru mengantarkan?" Btari bingung melihat makanan sebanyak ini.

"Kita belum memesan makanan, pelayan itu tidak keliru mengantar, mungkin nenek yang sudah memesan.," ujar Fauzan, sambil mengambil gelas juice mangga dan meminumnya.

"Kita tidak menunggu nenek abang dulu?" Btari mengernyit.

"Tak usahlah keburu kehausan kalau nunggu nenek .. Minum dan makanlah Tari, jangan khawatir nanti bisa pesan lagi." jawab Fauzan.

"Bukan masalah itu, apa sopan kita mendahului makan?" tanya Btari ragu.

"Tidak .. Dimana letak tidak sopannya? Salah nenek kenapa terlambat datang." ucap Fauzan santai.

Meski ragu, Btari meminum juice apukat karena memang dia merasa haus.

"Mmm .. Bang .. Bulan depan abang tidak usah datang ya .. Aku saja yang lapor!" pinta Btari.

"Apa maksudnya .. Kamu ingin membuatku makin jelek di mata bu Mulyani?" mata Fauzan menyipit.

"Bukan .. Aku hanya akan mengatakan yang sebenarnya pada bu Mulyani tentang pernikahan ini, supaya aku bisa secepatnya mengajukan pembatalan pernikahan! agar kita tidak perlu menunggu lama ... kita bisa segera berpisah, abang bisa menikahi Fara secepatnya." Btari mengutarakan keinginannya.

"Apa? Tidak .. Tidak boleh ... Untuk sementara pernikahan kita tetap akan selaku kita pertahankan." Fauzan sangat kaget.

"Apa yang mesti dipertahankan dari pernikahan asli tapi palsu ini?" Btari menyindir.

"Karena begitulah tuntutan pihak KUA, kita harus patuh bukan?" Fauzan mencari alasan, tidak mungkin ia mengatakan alasan sejujurnya kalau sampai pernikahan ini berakhir, dirinya akan kehilangan karier yang telah diperjuangkannya mulai dari nol.

"Tidak .. Aku tidak mau menjadi orang yang patuh lagi, aku tetap akan menjalankan rencanaku, mengajukan pembatalan nikah!" Btari kekeh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!