Pukul 09:00 bu Vania selaku wali kelas Shafeea membawa gadis itu keluar dari kelas menuju ruang laboratorium IPA, tempat di laksanakan uji kelayakan peserta lomba olimpiade.
Akan di ambil dua dari nilai tertinggi dan akan dikirim untuk mengikuti lomba olimpiade sains tingkat provinsi sebagai perwakilan sekolah.
Begitu masuk, Shafeea telah di suguhi dengan pemandangan sekitar ada delapan belas orang anak yang duduk di bangku masing masing dan siap melaksanakan tugas mereka masing masing.
Sementara di depan kelas, berjajar meja guru beserta guru guru yang bertugas sebagai pengawas yang jumlahnya enam orang.
Di tambah dengan bu Vania wali kelas Shafeea yang ternyata juga termasuk sebagai salah satu jajaran tim pengawas seleksi peserta olimpiade ini.
Shafeea datang paling terakhir.
" hai....semangat, kamu pasti bisa..." Agam yang juga telah ada di sana lebih dulu tersenyum dan segera menyemangati Shafeea, dan gadis itu tersenyum tipis dan segera melangkah ke arah bangku kosong yang juga tak jauh dari Agam.
" baiklah....selesaikan tugas kalian sekarang dengan baik..." perintah Pak Ruly, orang yang di tunjuk sebagai kepala tim pengawas seleksi ini.
Segera mereka berusaha menyelesaikan soal soal itu dengan baik, peserta tes uji kelayakan ini adalah mereka yang terbaik di kelasnya.
Termasuk Agam Willson, ia adalah putra kedua kekuarga Willson
salah satu pengusaha yang cukup ternama di negara ini.
dua jam telah berlalu, dan mereka telah menyelesaikan soal soal mereka di satu setengah jam yang lalu. Namun mereka semua tak di perkenankan keluar lebih dulu.
Mereka di minta menunggu untuk mengetahui nolai mereka dan siapa yang akan dikirim.
Selesai....penilaian selesai. Pak Rully segera berdiri dan meminta bu Vania menuliskan nilai hasil tes dari masing masing peserta di papan tulis.
Dan hasilnya sangat memuaskan.
99, 92 nilai untuk Shafeea...dan
96, 76 nilai untuk Agam.
Yang lain masih jauh di bawah Agam apalagi Shafeea,
" baiklah ...perwakilan yang di kirim kali ini untuk mewakili sekolah kita sepertinya masih tetap sama,
Shafeea dan..." pak Rully belum menyelesaikan kata katanya ketika sebuah suara menginterupsi dirinya.
" aku yang akan mendampinginya di olimpiade kali ini..." sebuah suara terdengar lantang di seantero kelas.
Atensi perhatian dan pandangan mata semua orang segera tertuju ke arah sumber suara.
Di ambang pintu, berdiri seorang pemuda tampan dengan wajah dinginnya bak mayat hidup dan mempunyai postur tubuh tinggi dan begitu kokoh.
Dia adalah Axel.
Dewan guru yang ada di sana tercengang untuk kemudian saling pandang melihat hal itu.
Tidak ada yang meragukan kecerdasan otak pemuda itu, namun selama ini yang mereka tahu...Axel tak pernah mau terlibat dengan hal hal berbau seperti ini.
Lalu sekarang...
" maaf Axel, kamu tidak bisa langsung mengajukan diri begitu..." lagi lagi Pak Rully tak bisa menyelesaikan kata katanya karena Axel kembali memotong kata katanya.
Maaf.....ya, Pak Rully justru minta maaf, dan sungguh. Sikap Pak Rully hampir sama dengan yang di lakukan oleh semua dewan guru.
Hingga membuat semua murid di sekolah itu menjadi segan kepada Axel dan kawan kawannya, tanpa mereka tahu siapa Axel bagi sekolah ini.
" berikan soalnya padaku.." kata Axel dengan meminta soal kepada dewan guru itu kemudian setelah mendapatkan soal ia melangkah ke arah duduk Shafeea.
" geser..." katanya kepada Shafeea, dan tanpa banyak tanya Shafeea segera minggir.
Agam menatap tak suka dengan gaya songong Axel itu.
masih ada banyak bangku kosong, tapi kenapa Axel justru memilih duduk di sisi Shafeea.
Agam tak suka itu
Ia memang tak begitu mengenal sosok Axel. Namun samar samar ia pernah mendengar tentang sosok pewaris salah satu perusahaan besar Tiongkok yang ciri cirinya hampir merujuk kepada Axel, tentu saja dari sang ayah.
Sementara para dewan guru, mereka tak bisa berbuat apa apa selain hanya menuruti.
Mata mereka tak luput dari sosok pemuda itu.
Siapa yang mau berurusan dengan bocah mode kulkas enam pintu itu yang tentu mereka tahu siapa sebenarnya dia.
Ya..tak ada yang tahu siapa sebenarnya Axel William Edgar Tang selain jajaran dewan guru. Karena memang keberadaan Axel di sembunyikan.
Shafeea menggeser tubuhnya dengan cepat ke samping tanpa banyak kata.
Dan tak butuh waktu lama bagi Axel untuk bisa menyelesaikan soal soal itu.
Lima belas menit....
Hanya dalam waktu lima belas menit ia bisa menyelesaikan tugasnya dan mengumpulkannya sendiri ke meja dewan guru.
Pak Rully mengoreksi sendiri lembar jawaban itu.
Matanya membulat ketika melihat hampir tak ada coretan di lembar jawaban Axel itu.
Dan hasilnya...
99,99....nilai yang sangat tinggi dan hampir sempurna.
Pak Rully diam diam menelan ludahnya sendiri kemudian ia menyerahkan kertas jawaban itu kepada bu Vania dan guru cantik itu menuliskannya di meja.
" maaf Agam....nilaimu kalah jauh dari Axel " kata Pak Rully yang membuat Agam segera tertunduk lesu.
Dengan senyum menyeringai, Axel berdiri dari tempat duduknya dan nampak hendak melangkah keluar.
Namun ia menghentikan langkahnya ketika ia sampai di sisi bangku Agam.
" kau bilang kau tidak ingin dia di dampingi orang lain selain kamu ?! Sekarang dia memang di dampingi oleh orang lain, dan orang lain itu adalah aku..." bisiknya di telinga Agam setelah tadi ia sedikit menundukkan kepalanya kepada Agam.
Setelahnya ia berlalu begitu saja dari tempat itu.
Agam menatap tak berkedip tubuh Axel yang kini hanya terlihat punggungnya saja dan kemudian benar benar menghilang di telan pintu yang tertutup.
Agam mengerutkan keningnya....
apa ada masalah...?!apa dirinya bermasalah dengan Axel ?! Monolog Agam dalam hati, sejurus kemudian ia menoleh kepada Shafeea yang tiba tiba telah berdiri di sisinya.
" kau baik baik saja ?! " tanya gadis itu, wajahnya menggambarkan sedikit kecemasan.
" it's okay...akan ada lain kali, dan lain kali itu tidak akan aku sia sia kan..." jawab Agam berusaha bersikap baik baik saja.
Shafeea tersenyum tipis.
" baiklah....aku kembali ke kelas " kata Shafeea kepada Agam, namun pemuda itu segera menghentikannya.
" ada apa ?! " tanya Shafeea kemudian
" okay bukan berarti aku baik baik saja, temani aku makan untuk sedikit menghibur kecewa ku...mau ?! " ajak Agam.
Dirinya benar benar tidak akan menyia nyiakan kesempata. Baru kali ini Shafeea terlihat khawatir kepadanya.
Jadi...hanya mengajak makan di kantin, bukan hal yang terlalu memanfaatkan keadaa bukan.
Shafeea mengangguk pelan, dan sukses membuat Agam tersenyum lebar.
Berdua Agam dan Shafeea meninggalkan tempat itu menuju kantin.
Waktu istirahat memang di berikan kepada mereka para peserta seleksi lomba setelah mereka menyelesaikan tugas tugasnya.
Tanpa di sadari Shafeea kebersamaannya dengan Agam menyulut emosi seseorang di ujung ruangan sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Tuti Tyastuti
lanjut
2024-02-20
0