Izhayana Nameera Shafeea
Gadis cantik berusia 26 tahun yang di anggap sebagai gadis yang tak berhak atas nasab ayahnya. Hidupnya sungguh pilu manakala ia kehilangan sosok satu satunya orang yang begitu mengasihinya. Yakni sang ibu...
Dia yang dasarnya adalah tipikal gadis introvert, semakin menjadi gadis yang tertutup setelahnya. Senyum hampir tak pernah singgah di bibir mungilnya. Namun siapa yang tahu....seseorang diam diam begitu sangat mengagumiya dan begitu mencintainya hingga melakukan hal hal nekat untuk bisa memilikinya.
Cinta mulai tumbuh di hati keduanya...namun, sekali lagi. Latar belakangnya yang tak memiliki nasab sang ayah membuat dirinya kembali terhina.
Siapa yang akan benar benar mampu memilikinya....
Axel William Edgar Tang
Pemuda tampan berwajah dingin dan berdarah oriental. Ia berusia 28 tahun, pewaris utama Tang Group. Diam diam menaruh hati pada sosok Shafeea yang ia anggap begitu misterius.
Segala cara ia lakukan untuk mampu menaklukkan cinta gadis itu.
Usahanya hampir berhasil. Namun tanpa ia tahu....Shafeea di buat pergi untuk bisa tidak bersamanya.
Mampukah ia kembali meraih cinta gadis itu, ketika di sisi gadis itu telah berdiri seseorang yang juga menjadi salah satu anggota keluarganya.
Farugh Abdullah Nasser Latief.
Pria dewasa berusia 36 tahun yang sebenarnya adalah kakak sepupu Shafeea sendiri. Namun diam diam dia menyimpan perasaan yang begitu dalam kepada sang adik sepupu.
Cinta yang begitu besar kepada Shafee hingga mampu membuatnya seakan kehilangan arah, ketika ia sadar....sulit baginya mewujudkan mimpinya memiliki gadis itu.
Mampukah Farugh mewujudkan harapannya, hidup bersama wanita impiannya.
💦
Shafeea turun dari angkutan yang membawanya ke sebuah alun alun kota.
Senja di alun alun itu terlihat begitu indah dan anggun. Semburat warna jingganya dengan pesonanya menghiasi cakrawala.
Alun alun kota ini terlihat ramai di sore hari karena kehadiran keluarga keluarga kecil dengan potret bahagia mereka.
Seulas senyum tipis tersungging di bibir mungil gadis berkulit putih dengan pipi sedikit tembem itu.
Sekaligus perih bak teriris sembilu di dasar hatinya terdalam.
Ia tak pernah merasakan memiliki sebuah keluarga bahagia meski sebenarnya ia tumbuh di lingkungan keluarga besar ibunya,
Apalagi kasih sayang dan kebersamaan bersama keluarga yang sebenarnya, iapun tak perah merasakannya, ia bahkan tak pernah tahu siapa ayahnya.
Apalagi merasakan kasih sayangnya...selama ini hanya kasih sayang sang ibu yang ia kenal.
Dan jangan lupakan perlakuan buruk yang selama ini selalu ia terima.
Matanya yang bulat berhias bulu mata yang lentik dan alis yang melengkung indah di atas kelopak matanya menatap kearah anak anak kecil yang berlarian ke sana kemari dengan tawa lebar dan teriakan khas mereka.
Sementara orang tua mereka sesekali memanggil dan memperingatkan untuk berhati hati.
Langkah kakinya terus menyusuri jalan setapak yang memang di sediakan untuk pejalan kaki di taman alun alun kota itu.
Pasir batu kassa menjadi media yang menghiasi jalan setapak taman kota di alun alun itu. Semakin menampilkan kesan rapi dan bersih jalan setapak itu.
Seulas senyum yang begitu tipis kembali terukir di bibirnya.
Ia berjongkok dan menyiratkan jagung yang tadi sempat ia beli di depan pintu masuk alun alun kearah burung burung dara yang tengah berkerumun disana.
Kerumunan burung yang agak jauh darinya segera menghambur ke arah ia menyiratkan biji biji jagung itu.
Shafeea menatap kerumunan burung burung itu dengan tatapan yang entah.
Puas dengan kesibukannya memberi makan burung burung itu kemudian memperhatikannya cukup lama... Ia berdiri...
Perlahan gadis itu melangkah ke arah bangku yang terlihat kosong di area taman itu. Gadis itu duduk di sebuah bangku besi yang sengaja di sediakan di taman alun alun itu.
Pandangannya menatap ke atas langit yang masih berwarna jingga karena biasan cahaya senja.
" mamy...apa kabar, aku sangat merindukanmu " bisiknya pelan. Matanya nampak begitu sendu ketika menatap kumpulan awan bewarna cenderung orange di atas sana.
Tak berapa lama kumandang adzan maghrib terdengar di seantero alun alun dari arah masjid jami' yang ada masih di area alun alun kota itu.
Taman di alun alun ini berada di pusat kota, dan kota tempat ia tinggal ini tidak hanya di tinggali oleh warga dengan mayoritas keyakinan muslim saja.
oleh sebab itu, tak hanya ada masjid besar yang ada di area alun alun ini. Ada juga gereja besar dan sebuah wihara di sana.
semua orang bebas melakukan ibadahnya dengan nyaman, sementara kerukukan hidup beragama sangat terpelihara.
Tak jarang di hari hari besar dari salah satu agama itu berniat menjalankan ibadahnya di hari raya mereka sementara parkiran penuh, mereka akan saling membuka pintu lebar lebar untuk sekedar meminjamkan tempat parkir.
Sungguh potret kerukunan hidup beragama yang layak di apresiasi.
Shafeea melangkah ke arah masjid jami'. Ia berniat melaksanakan shalat maghribnya disana.
untuk pulang ia sedikit lelah dan masih ingin sedikit berlama lama di taman alun alun kota ini.
Hampir setengah jam berlalu, dan Shafeea telah melaksanakan ibadahnya.
Ia terlihat melangkah ke arah luar masjid.
Namun baru saja ia sampai di pelataran teras masjid, matanya menangkap sesosok tubuh nampak celingak celinguk seolah mencari sesuatu.
Mata Shafeea membulat sempurna saat ia menyadari, dirinya sangat mengenal sosok itu.
Shafeea segera memutar tubuhnya hendak berbalik masuk ke dalam masjid ketika sebuah suara menghentikan langkahnya.
" maaf bisa tunjukkan tempat kamar mandi dan wundlu ?! " tanya seseorang itu kepada Shafeea.
Shafeea terdiam membisu,tubuhnya tiba tiba gemetar
lidahnya tiba tiba terasa kelu untuk sekedar memberitahu.
" maaf...saya baru sekali datang ke masjid ini, dan rasanya sangat rumit untuk sekedar menemukan kamar mandi dan tempat wudlu " seseorang itu kembali bertanya kepada Shafeea.
" pergilah ke samping kiri dan berjalanlah lurus, di sana kau akan temukan yang kamu cari "
Bukan Shafeea yang menjawab pertanyaan itu. Tapi seorang pemuda berwajah oriental yang tiba tiba berdiri di belakang Shafeea dan menjadi penghalang antara Shafeea dan seorang pria penanya itu.
Meski sebenarnya jarak mereka juga tak begitu dekat.
Namun kehadiran pemuda itu cukup menghalangi pandangan seseorang itu kepada Shafeea.
" Farugh...sudah kau tanyakan tempatnya ?! " tanya Seorang pria tua yang tiba tiba sudah berada di belakang Farugh.
Mendengar suara pria tua itu, tubuh Shafeea semakin bergetar hebat. Jemarinya tiba tiba meremat ujung hijabnya dengan kuat.
Sungguh tingkahnya itu menarik perhatian seseorang yang kini berdiri di belakangnya dengan matanya yang terus tanpa lepas menatap kepada Shafeea yang berdiri membelakanginya.
" ya kakek...." jawab Farugh sambil melihat ke arah belakang di mana sang kakek tengah berdiri saat ini.
Kemudian perhatiannya ia kembalikan kepada dua orang di hadapannya.
Khususnya seorang gadis di depan sana.
" kalau begitu ayo cepatlah, tunggu apa lagi....waktu maghrib sebentar lagi akan segera habis " perintah pria tua itu yang tak lain adalah kakek Latief.
" baik kakek...." jawab Farugh tanpa mengubah arah pandanannya dari Shafeea.
" terimakasih atas infonya " kata Farugh lagi kepada orang yang kini masih berdiri dengan membelakanginya itu.
Keningnya sedikit berkerut demi melihat perilaku dua orang di hadapannya itu.
" hmm..." jawab pemuda di belakang Shafeea yang tak lain adalah Axel itu.
Sekali lagi Farugh menatap ke arah dua orang itu, sangat tidak sopan jawaban pemuda itu. Ia hanya bertanya soal tempat wudlu...lalu kenapa ia seolah seposesif itu.
" Farugh...cepatlah !! "
" ya kakek..." jawab Farugh kemudian segera berlalu menuju tempat yang Axel tunjukkan setelah sebelumnya ia masih ngeyel melihat sosok yang tertutup tubuh pemuda itu.
Sembari melangkah Farugh menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Entah mengapa...ia seolah melihat sosok Shafeea pada diri wanita tadi sebelum pemuda itu menghalangi pandangannya.
Postur tubuh wanita itu dan gaya berdiri wanita itu sungguh membuatnya teringat akan sosok wanita yang sangat ia cintai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Zila Aziz
2x axel selamat kan mu shafea
2024-03-23
0