Dahulu...di sekolah barunya, teman temannya juga sangat menyukai dirinya dan selalu berbuat baik kepadanya.
Hal itu dikarenakan dirinya yang sangat pandai dan karena ia di kira sebagai salah satu bagian dari keluarga Latief yang terhormat.
Hal itu karena dirinya adalah putri sang ibu. Zahira Nameera Shafeea Nasser Latief.
Namun..ketika kabar tentang dirinya yang tak bernasab menyebar di seantero sekolah, perlahan tapi pasti teman temannya menghindar dan menjauh darinya.
Meski tak ada kata kata menyakitkan atau mendiskriminasi pada dirinya, namun tingkah dan sikap mereka cukup membuat hatinya sakit dan terluka.
Hingga setelah hampir lima tahun, perlakuan semua orang kepadanya menjadikannya pribadi yang dingin dan angkuh.
Selanjutnya...ia hanya sendirian dan sendirian tanpa ada anak yang mau berkawan dengannya.
sekali lagi Shafeea menghembuskan nafas berat ketika mengingat kenangan itu.
" ok...sebagai tanda kita berteman, aku beri tahu satu rahasia di sini yang jika kamu ingin tetap tenang sekolah di sini maka jangan melanggarnya.." Luna kembali terdengar bersuara,
Kali ini gadis berponi itu sedikit mencondongkan kepalanya kearah Shafeea kemudian berbisik di telinga gadis berhijab itu.
" jangan sekali sekali berurusan dengan mereka, apalagi terlibat masalah dengannya..." ucap Luna dengan mata mengarah ke satu arah serta kedua mata yang di angkat angkat keatas.
Shafeea mengikuti arah mata Luna, ia menoleh ke kiri.
Tatapan matanya melihat kepada dua orang siswa putra yang duduk di seberang bangkunya.
Shafeea mengerutkan keningnya.
Di bangku yang berdempetan dengan dinding kelas seorang siswa laki laki yang memakai hodie nampak mengeluarkan buku dari tasnya.
Begitupun dengan teman satu bangkunya serta dua orang di belakang mereka.
Empat orang di dua bangku yang berbeda itu nampak sibuk dengan isi tas mereka kini.
Tak ada yang aneh....pikir Shafeea
" ganteng emang...." suara Luna kembali menarik atensi Shafeea dari siswa itu kembali kepada Luna.
" dia Axel...cowok mamba di sekolah ini " lanjut Luna, gadis berponi itu tiba tiba menutup bibirnya dengan telapak tangannya begitu melihat reaksi wajah Shafeea.
Sungguh di mata Luna kini Shafeea seperti gadis bodoh dan tolol yang tak tahu apa apa. Jadi ia merasa harus memberi tahu gadis itu sebelum terlambat.
Kening Shafeea mengerut tanda ia benar benar tak paham kata kata dari teman sebangkunya itu.
" cowok mamba, cowok dengan sejuta ketampanan dan pesona juga sekaligus sejuta racun peft...." luna masih menahan tawa hingga kepalanya berkali kali terangguk angguk.
Sementara Shafeea hanya menggeleng tetap tak paham.
Ia tak begitu jelas dengan wajah Axel, karena tertutup hodie.
Pelajaran berlangsung dengan suasana yang cukup kondusif.
Tak ada hal yang cukup berarti bahkan menyulitkan bagi Shafeea.
Hari pertama ini di lalui Shafeea dengan lancar dan baik baik saja.
" pulang naik apa Feea ?! " tanya Luna pada Shafeea dan cukup membuat gadis berhijab itu berdiri mematung.
Panggilan yang di sematkan Luna kepadanya sungguh membuatnya speeclist
" kok ngelamun sich...di tanyain kok " rajuk Luna
Dua orang gadis itu kini nampak melangkah beriringan menyusuri koridor menuju keluar area sekolah.
" aku naik angkot.." jawab Shafeea singkat.
Luna tersenyum kecut mendengar jawaban singkat teman barunya itu.
Ia bukan tak menyadari, luna cukup cerdas untuk sekedar sadar betul...Shafeea tak pernah mengajaknya bicara selain dari hanya menjawab pertanyaannya atau sekedar menanggapi ucapannya.
Namun entahlah itu sama sekali tak membuatnya tersinggung...ia justru merasa sangat tertarik dan bersimpatik dengan sosok Shafeea.
" pulang denganku saja, bagaimana...aku di jemput mobil " ajak Luna kemudian.
" tidak terima kasih..." Shafeea menolak,
Luna hanya bisa menghembuskan nafas kecewa.
" ok baiklah...aku pergi dulu, janji..lain kali kita pulang bersama..." pamit Luna kemudian yang di jawab Shafeea dengan anggukan kecil kepalanya.
Sepeninggal Luna, Shafeea melangkah pelan kearah halte yang berada tak jauh dari gedung sekolah itu untuk menunggu bis.
Berkali kali bis lewat namun Shafeea hanya melihat saja.
Hingga bis di hampir satu jam ia duduk, Shafeea baru terlihat berdiri untuk kemudian masuk ke dalam kendaraan berbentuk persegi panjang itu.
🌿🌿🌿
Waktu terus berlalu, hari demi hari terus bergulir.
Nama Shafeea semakin di kenal banyak siswa terlebih ia berhasil menjadi perwakilan sekolah untuk lomba olimpiade sains.
Dan ia berhasil membawa nama sekolahnya meraih kemenangan.
Tak sedikit siswa pria yang diam diam menaruh hati kepadanya.
Namun tak ada satu pun dari mereka yang terlihat berani mendekat.
Selain menawan, di mata mereka Shafeea terlihat begitu berbeda hingga membuat mereka merasa canggung untuk sekedar mendekat.
Gadis itu hampir tak pernah berbincang dengan teman temannya yang lain selain Luna.
Di bibirnya bahkan hampir tak pernah terlihat sebuah senyum.
Wajahnya bahkan terkesan sangat dingin, meski ia memiliki kecantikan di atas rata rata.
Dan hanya satu orang yang nampaknya cukup betah dengan wajah dan kelakuan sedingin es itu.
Dia adalah Luna
Ya...hanya Luna teman sekolahnya yang tetap setia mendampingi hampir kemanapun Shafeea pergi, meski ia sadar Shafeea begitu dingin.
Shafeea tak pernah terlihat menyunggingkan senyum lebar apalagi tawa meski itu kepada Luna sekalipun.
Hanya lengkungan samar diujung bibirnya jika ia tengah menanggapi celotehan teman pengertiannya itu.
Shafeea juga bahkan jarang dan hampir tak pernah terlihat di kantin.
Ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca di perpustakaan sekolah.
atau tak jarang ia di panggil ke ruang guru untuk sekedar berdiskusi.
Hingga akhirnya...karena seringnya Shafeea keluar masuk ruang guru menggulirkan desas desus tak baik tentang dirinya. Entah sejak kapan dan dari mana desas desus itu berasal.
Nama baiknya seakan tergadaikan dengan kabar itu tanpa ia tahu apa yang di bicarakan tentang dirinya.
Ia di anggap sebagai simpanan sekaligus gadis cabutan karena sangking seringnya ia terlihat duduk sendirian dan lama di halte perhentian bis,
hingga kabar itu bergulir bagai bola panas di seantero sekolah, Shafeea tak tahu apa apa.
Ketika Shafeea sibuk dengan dirinya sendiri, senja di sebuah kamar di paviliun belakang yang ada di sebuah mansion besar memperlihatkan siluet wajah tampan dengan wajah mendung yang penuh penyesalan.
Seorang pria tampan berusia 23 tahun, nampak berdiri menghadap dinding kaca kamar itu.
Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Tatapan matanya menatap jauh ke luar dinding kaca itu.
Pria tampan berdara Timur Tengah itu terdengar berkali kali menghela nafas berat.
Dia adalah Farugh Abdullah Nasser Latief.
Kini pemuda yang terlihat jauh lebih dewasa dan tampan itu tengah berada di dalam kamar Shafeea dahulu.
Sudah tiga tahun ini sejak kepergian Shafeea...sepulang kerja, ia akan menghabiskan waktunya di kamar ini.
Perlahan pria tampan itu melangkah kearah pembaringan dan duduk di sisinya.
Pelan ia usap tempat tidur itu dengan lembut.
" di mana kamu sekarang....kenapa begitu sulit menemukanmu ?! " bisiknya pelan.
Flass of
Hari di mana sang bibi di nyatakan meninggal karena serangan jantung ia baru saja pulang kerumah dari kampusnya.
Samar samar ia mendengar perbincangan beberapa orang dari dalam ruang kerja yang tak tertutup dengan rapat.
" papi...bagaimanapun dia adalah putri Zahira, Zahira telah tiada. Dia tanggung jawab kita " terdengar suara papanya berbicara.
" tutup mulutmu Faritz, aku tidak sudi menerima anak itu....kehadirannya sudah cukup membuatku terpisah dari putriku selama ini. Keputusanku sudah bulat...bawa dia pergi dari sini " suara sang kakek menggema di dalam ruang kerja itu.
Farugh seketika terbelalak tak percaya mendengar kata kata sang kakek itu.
𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄𖠄
Mohon dukungannya teman teman, Shafeea dan Axel dalam proses revisi🙏🏻🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sue Salmi
speechless*
2024-03-23
0
Tina Nine
Shafeea bernasab ibu nya bin kakeknya...
2024-03-23
0
Al Fatih
kek....,, kakek sudah tua harus banyak sabar,, harus tenang,, jangan mudah marah,, emosian ntar kena darah tinggi,, atw stroke gitu gimana coba,, padahal blm sempat bertobat....,, nyesel lho
2024-02-20
0