Shafeea melangkahkan kakinya dengan langkah lebar menuju pintu keluar restauran mewah itu, ia sama sekali tak tertarik dengan keributan yang terdengar di belakang sana dan tak berniat untuk menoleh sedikitpun.
Keinginannya hanya satu saat ini, keluar dari tempat ini secepatnya dan berharap tidak akan lagi pernah bertemu dengan Farugh.
Karena bertemu dengan Farugh benar benar mampu melemahkan jiwanya.
Ia belum mampu mengendalikan rasa takut dan tertekan di hatinya karena perlakuan Farugh kepadanya.
Hingga beberapa menit kemudian ketika ia baru saja keluar dari pintu besar restaurant itu, Shafeea berpapasan dengan seorang wanita tua berwajah Tionghoa dengan penampilan biasa namun jelas terlihat begitu exclusive.
Jika di lihat sekilas, barang barang yang tengah ia pakai adalah barang biasa. Namun jika di lihat secara teliti...maka siapa saja yang melihatnya dan paham akan barang barang mewah seketika akan berdecak kagum saat itu juga.
Dan hal seperti itu tentu bukanlah hal awam bagi seorang Shafeea. Ia sudah sangat paham dengan barang barang seperti itu.
Ia memang tak di inginkan, tapi setidaknya...untuk yang ia pakai dahulu jugalah bukan barang sembarangan.
Reflek gadis cantik berhijab itu mengangguk pelan sebagai tanda menyapa ketika matanya bertemu dengan mata wanita tua itu.
Apalagi, wanita tua itu seoalah menjadikan dirinya sebagai tumpuan perhatiannya, dan itu dapat di lihat dari tatapan matanya, wanita tua itu tak kunjung mengalihkan pandangan matanya darinya.
Perlahan wanita tua itu mendekat kepadanya.
" kau membutuhkan seseorang yang kuat untuk membantumu membalas mereka..." tiba tiba wanita tua itu berkata hal yang membuat Shafeea mengerutkan keningnya.
" maaf nenek, aku tidak mengerti maksud anda...tapi, aku juga tak ingin membalas siapapun..." jawab Shafeea kemudian.
Sungguh memang itulah yang sebenarnya kini Shafeea rasakan, ia memang sakit hati dengan mereka...namun sedikitpun tak ada niat dalam hatinya untuk membalas mereka.
Bukan karena ia yang sok baik atau yang lain, perlakuan mereka memang begitu menyakitkan dan begitu melukai harga dirinya, terutama bibinya....Samira. Tetapi sesuatu yang di ajarkan ibunya kepadanya melarang melakukan itu.
" jangan pernah menyimpan dendam apa lagi berniat membalas dendam. Itu hanya akan mempersulit hidupmu sendiri.
Cukup persiapkan dirimu untuk menghadapi kematianmu dan pertanggung jawabanmu atas hidupmu kelak di hadapan Nya... " salah satu pesan sang ibu yang selalu ia pegang.
Selain...
" ingat Shafeea....seberat apapun beban hidup yang tengah kau jalani, tetaplah istiqomah dengan keyakinanmu..." pesan pesan dari sang ibu yang selalu berusaha ia genggam dengan erat.
Jikapun ia mampu, hanya satu yang ingin ia minta dari keluarganya...tempat di mana sang ibu di makamkan.
" jika tak ingin membalas, setidaknya untuk melindungi dirimu dari mereka..." lanjut wanita tua itu kemudian berlalu melewati Shafeea begitu saja menuju sebuah mobil mercy mewah dengan warna merah metalik.
Hingga kemudian mobil itu berlalu dari sana dengan membawa wanita itu.
" Shafeea...." seseorang memanggil namanya dan seketika menarik atensi perhatian Shafeea dari mobil mewah tadi.
" pak Ridzwan...bapak di sini ?! " tanya Shafeea reflek karena terkejut melihat malaikat penolongnya itu juga berada di sana.
" hmmm, ada sedikit urusan....ini sudah malam, segera pulanglah. Bukankah besok kau harus mempersiapkan presentasimu ?! "
" iya pak..."
" pulanglah...dia akan mengantarmu " kata pak Ridzwan lagi sambil menunjuk sebuah mobil sedan warna hitam yang terpakir tak jauh darinya.
Tak banyak tanya Shafeea menurut dan segera undur diri.
Besok adalah hari di mana ia harus mengikuti uji tes kelayakan peserta lomba olimpiade sains yang akan mewakili sekolah.
Dan lagi lagi, beban berat harus di tanggung Shafeea di bahunya.
Ia harus lulus uji tes kelayakan itu dengan nilai sempurna sebelum akhirnya ia benar benar terpilih sebagai perwakilan sekolah.
Tentu...sebagai perwakilan, dia juga diharuskan pulang dengan membawa tropi kebanggaan.
Jika tidak ...denda pinalti harus ia bayar.
Setidaknya itulah bayaran atas diizinkannya ia masuk ke sekolah bertaraf Internasional ini langsung di bangku kelas 12 di usianya yang masih menginjak 16 tahun.
" tak apa....bertahanlah, tinggal tiga bulan lagi. Semua akan segera berakhir setelah kau berhasil mendapatkan beasiswa itu " kata Pak Ridzwan, orang yang di anggap sebagai malaikat bagi Shafeea.
🌿🌿🌿
Pagi pukul 06:00 Shafeea terlihat baru saja turun dari bis dan melangkahkan kakinya menuju gerbang utama sekolahnya.
" hai..selamat pagi.." tiba tiba sapaan Agam dengan wajah ceria dan senyum lebar khas dirinya kepada Shafeea dan mengejutkan gadis itu.
Pemuda itu tiba tiba saja sudah berjalan di sisinya tanpa Shafeea tahu di mana pemuda itu tadinya.
" astaga kau mengejutkanku....kau di sini ?! " tanya Shafeea
" hmm...."
" ini masih sangat pagi, kau sudah di sini ?! sedang apa kau di sini ?! " tanya Shafeea lagi dengan terus melanjutkan langkahnya.
" menunggu calon istri..." jawab Agam masih dengan senyum cerah dan lebar di bibirnya yang di balas Shafeea dengan hanya tersenyum tipis.
Alih alih mendapatkan wajah memerah Shafeea karena telah ia goda, justru Agam hanya menemukan senyum tipis di bibir gadis yang diam diam ia puja itu
Agam berdecak...
Dan yakinlah, kata kata Agam barusan dan senyuman tipis yang tersungging di bibir Shafeea sukses membuat seseorang yang sebenarnya juga sudah berdiri sejak tadi di balik tiang tugu selamat datang di sana dan tak jauh dari keberadaan Shafeea dan Agam tanpa sadar meradang.
" kau sudah siap untuk nanti ?! " tanya Agam lagi, bersama Shafeea...ia memang harus menjadi seorang yang aktif. Jika tidak, maka bisa di pastikan tak akan ada interaksi apapun di antara mereka.
" hmm....kau ?! " jawab Shafeea sekaligus sebuah pertanyaan.
" aku...?! Tentu saja aku sudah mempersiapkannya baik baik, aku bahkan sudah belajar sejak dua hari yang lalu untuk ini.
Aku tidak ingin kamu di pasangkan dengan yang lain hanya karena nilaiku tak bisa mengimbangimu " jawab Agam panjang lebar.
Di pasangkan sebagai peserta olimpiade yang membawa nama sekolah membuat Agam dekat dengan Shafeea. Dan hal itu tak ingin di sia siakan oleh pemuda itu.
Sejak awal melihat Shafeea di hari pertama keduanya masuk qualifikasi lomba beberapa bulan yang lalu, ia langsung menaruh hati pada gadis itu.
Meski Shafeea terkesan aneh karena sangat jauh berbeda dengan gadis gadis seumurannya karena Shafeea cenderung diam dan lebih memilih sendiri ketimbang berkumpul dengan teman temannya yang lain, itu tak menjadi soal baginya.
Sekali lagi Shafeea membalas ucapan Agam yang panjang lebar hanya dengan senyuman.
" narsis..." tiba tiba seseorang berjalan di antara kedua orang yang tengah berjalan bersisihan itu.
Dan orang itu adalah Axel.
" apa dia punya masalah ?! " tanya Agam kepada Shafeea melihat gelagat aneh Axel ketika pemuda itu telah agak jauh di depan.
Shafeea hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
dina firara
wah jangan2 Axel ikut test olimpiade juga ni
2024-05-03
0
Zila Aziz
Axel keanak2kan
2024-03-23
0
Tuti Tyastuti
ada gam🤭
2024-02-20
0