Bertukar Kamar

"Cara ngeceknya gimana?" tanya Triska. Dia terlihat bingung.

"Ya, abang tidur di kamar kamu," ucap Zein sembari tersenyum lebar.

"Ngaco!" protes Triska.

"Lho, kok ngaco? Beneran! Abang tidur di kamar kamu. Kamu tidur di kamar abang."

Triska terdiam,; mencoba menimbang-nimbang sebelum menjawab.

"Apa kamu mau tidur berdua sama abang?" goda Zein yang langsung dihadiahi cubitan di lengan.

Zein terkekeh pelan sembari terus menyetir.

"Bang, pulang kerja bisa jemput gak?"

"Enggak tahu, Sayang. Kerjaan abang numpuk. Kenapa emang? Si Ferdi gangguin kamu lagi?"

Triska mengangguk. Mengingat pemuda sok akrab yang bekerja di toko sebelah klinik membuatnya sedikit kesal.

Sejak minggu lalu pemuda kurus tersebut sering memaksa mengantarkannya pulang dan selalu ditolaknya.

"Hajar aja kalo dia macem-macem," ujar Zein.

Triska mengangguk dan tersenyum saat merasakan elusan di tangannya. Pria di sebelahnya ini pandai sekali menenangkannya. Membuat ia merasa dilindungi sekaligus dimanjakan.

Saat mobil berhenti di depan klinik, sudah ada beberapa motor yang terparkir di situ.

Triska membuka sabuk pengaman dan bergerak membuka pintu. Gerakannya terhenti saat merasakan Zein menarik tangannya.

"Setengah jam sebelum pulang nanti telepon abang, ya. Abang usahakan buat jemput," ujar Zein sambil mengedipkan sebelah matanya.

Triska mengangguk dan menurunkan kaki keluar mobil. Kemudian menutup pintu mobil. Melambaikan tangan saat mobil Zein menjauh.

***

"Ris, dicariin sama Ferdi tuh," ujar Sulis yang baru muncul.

"Males ahh. Rese dia mah,"

sahut Triska sembari terus mengetik data pasien selama sebulan.

"Bilang aja kamu udah punya pacar. Biar dia gak ganggu lagi."

"Udah. Tapi masih ngeyel!"

Sulis tersenyum. Tangan kanannya terulur menyentuh pundak Triska. "Tabok aja kalo nyebelin."

Triska tertawa mendengar ucapan Sulis. Wanita berkulit putih dan berwajah manis ini memang sudah sangat mengerti tabiatnya.

Sementara itu di kantornya, Rama baru saja duduk di kursi miliknya saat tiba-tiba Didi menarik kursi dan duduk di depannya.

"Aku baru dengar kalo kamu pacaran sama Winda," ujar pria berkumis tipis itu.

"O, ya?" sahut Rama. Tangannya sibuk membereskan meja kerja yang sedikit berantakan.

"Aku keduluan lagi. Padahal udah lama ngebet ama doi," lanjut Didi yang disambut tatapan tajam dari Rama.

"Cari yang lain aja!" ujar Rama dengan nada dingin.

Didi tersenyum sembari bangkit dari kursi. Berdiri diam di depan Rama selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali ke ruangannya di divisi sebelah.

Rama yang sempat terganggu konsentrasi kembali fokus dengan pekerjaannya mengelap meja kerja. Entah kenapa dia merasa tidak percaya dengan cara membersihkan meja yang dilakukan pihak cleaning services. Jadi setiap pagi dia akan mengelap mejanya hingga benar-benar bersih, baru kemudian bisa fokus bekerja.

Tanpa terasa hari pun mulai beranjak sore. Rama mematikan laptop, kemudian merentangkan tangan dan menggeliat di atas kursi.

Meja-meja di sekitarnya sudah kosong. Hanya ada dua karyawan lain selain dirinya yang masih berada di kantor.

Rama membereskan barang bawaan sebelum bangkit dari kursi. Berdiri tegak dan mulai melangkah keluar dari ruang kerja.

"Aku duluan, ya," pamitnya pada kedua pria yang melambaikan tangan.

Rama mengayunkan langkah kakinya menyusuri lorong kantor yang sepi. Ruangan-ruangan lain juga kondisinya sama dengan ruangannya.

Dia sempat berhenti sebentar di cermin besar dekat tangga. Tangan kanannya bergerak merapikan rambut. Kemudian menuruni anak tangga menuju lantai satu.

Suasana di sini sedikit lebih ramai daripada di lantai dua. Beberapa orang karyawan lain melambaikan tangan yang ia balas dengan lambaian juga.

Kemudian ia meneruskan langkah ke arah parkiran sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku celana sebelah kiri.

Sesampainya di mobil dia segera membuka kunci dan pintu. Memasukkan tas kerjanya terlebih dahulu, baru kemudian melangkah masuk ke dalam mobil.

Tangan kiri bergerak memencet radio setelah tangan kanan menyalakan mesin mobil. Ia membiarkan pintu terbuka selama beberapa saat supaya uap panas dan pengap dari dalam mobil bisa keluar. Setelahnya ia menutup pintu dan memasang sabuk pengaman.

Mobil perlahan maju meninggalkan parkiran. Membelah jalan kota kembang yang padat di sore hari.

Rama menyetir dengan santai. Senyuman tersungging di bibirnya saat semakin dekat dengan rumah kosan Winda.

Sesampainya di sana Rama menepikan mobil di pinggir jalan depan kosan. Mematikan mesin dan meletapaskan sabuk pengaman. Mengambil tas ransel di jok tengah. Kemudian membuka pintu dan turun dengan cepat. Menutup pintu kembali dan tak lupa langsung menguncinya.

Rama beranjak menuju kamar Winda yang terletak di bagian paling belakang kosan. Mengetuk pintu dengan pelan. Tersenyum lebar saat Winda membukakan pintu dan langsung menyambutnya dengan pelukan hangat.

"Aku belum mandi, lho. Gak takut nyium bau asemku?" tanya Rama sambil melepaskan pelukan dan melangkah masuk ke dalam kamar.

"Mas mah gak pernah bau asem. Wangi terus. Curiga mandinya pake parfum diguyurin," seloroh Winda. Wanita itu bergerak membuatkan teh buat Rama yang duduk mapan sambil selonjoran di atas karpet di lantai. Dia menyandarkan tubuh ke pinggir kasur sembari memperhatikan Winda yang tampak seksi dengan daster sebatas lutut bermotif polkadot.

"Ini, Mas. Diminum dulu," ujar Winda sambil mengulurkan secangkir teh ke tangan Rama.

"Makasih, ya," ucap Rama tulus.

Sejenak mereka saling diam. Winda sibuk memainkan ponsel sedangkan Rama sibuk menonton televisi.

"Besok jadi berangkat ke Bogor?" tanya Winda memecah kesunyian.

"Iya. Pagi-pagi. Nginap semalam. Minggu pagi pulang," jawab Rama. Matanya mulai terpejam. Rasa kantuk yang mulai menyerang membuat dirinya sulit menahan mata agar tetap terbuka.

"Tuh kan! Tiap ke sini pasti numpang tidur doang!" protes Winda.

"Ngantuk euy. Aku tidur dulu bentar. Azan Magrib bangunin, ya."

Rama bergerak mengambil bantal dari atas kasur dan meletakkannya di lantai. Dengan cepat ia berbaring sambil memeluk pinggang Winda. Tak lama kemudian dia benar-benar tertidur.

Tangan kanan Winda mengusap rambut Rama. Pria di sebelahnya ini telah berhasil mencuri hatinya yang sempat terluka. Perlahan namun pasti rasa cinta mulai bersemi dalam hati Winda.

"Mas, bangun! Udah azan," bisik Winda di telinga Rama.

Perlahan pria itu bergerak mengucek mata. Berusaha membuka matanya yang masih rapat.

Winda sudah pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian ia keluar dan langsung menyiapkan perlengkapan salatnya.

Rama bangkit dan duduk sebentar. Mengambil ransel di ujung kaki dan membukanya dengan cepat. Mengeluarkan pakaian ganti serta peralatan mandi miliknya sebelum melangkah ke kamar mandi. Bersemedi dengan syahdu sebelum mandi bersih. Berganti pakaian. Tak lupa mengambil wudu sebelum keluar dari kamar mandi.

Tangannya memasukkan baju kerja ke dalam ransel dan menutupnya kembali. Kemudian ia bergegas menunaikan salat.

Hujan gerimis mulai turun. Suasana kosan semakin sepi dan sunyi. Para penghuninya lebih memilih berdiam diri di dalam kamar masing-masing.

"Mau beli makanan di luar atau nunggu tukang nasi goreng lewat?" tanya Winda yang sudah duduk kembali di tempatnya.

"Nunggu aja deh. Males mau keluar. Ada roti atau kue buat ganjal perut?" Rama balik bertanya.

Winda mengangguk dan meraih toples besar di dekat rak televisi. Membuka isinya dan mengeluarkan beberapa bungkus besar biskuit. Rama mengambil satu dan langsung memasukkannya ke dalam mulut. Mereka mengobrol rimgan sambil menunggu tukang nasi goreng.

Sementara itu di rumah kosan Bu Wahyu, para penghuni lain mulai makan malam dengan lauk sederhana buatan Tia dan Ayu.

Setelahnya mereka masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Sesuai obrolan tadi pagi, malam itu Zein bertukar kamar dengan Triska.

"Abang, buruan pindah sana ke kamarku. Aku udah ngantuk," ucap Triska sambil menguap beberapa kali.

"Yeeee. Dia ngusir. Ini kan kamar abang. Suka-suka abang dong mau pindahnya kapan," sahut Zein sambil menjawil pipi Triska.

"Au ahh. Pokoknya aku mau tidur!" Triska bangkit dan berdiri dari lantai. Kemudian berjalan sempoyongan ke kamar Zein. Merebahkan tubuh dengan cepat dan mengatur posisi bantal kesayangan yang tadi sudah dibawanya.

Zein mengikuti dari belakang. Duduk di pinggir kasur sambil menutupi tubuh kekasihnya itu dengan selimut. Tangan kanannya bergerak membelai rambut Triska yang perlahan mulai terlelap.

Rasa cinta yang begitu besar dalam dada membuat Zein seolah enggan untuk beranjak. Namun, dengan terpaksa dia bangkit berdiri dan melangkah keluar kamar. Mengambil ponsel dan alat pengecas yang tergeletak di lantai. Kemudian berjalan keluar pintu kamar. Tak lupa menutupnya kembali.

Sinar lampu dan suara pagar yang terbuka membuat Zein mengintip dari balik jendela depan. Mobil Rama maju perlahan ke pekarangan dan parkir tepat di belakang mobil Hasni.

Zein melirik jam di ponsel, sudah pukul 11 malam. Saat Rama membuka pintu rumah dia kaget melihat Zein yang duduk bersandar pada dinding kamar Triska sambil selonjoran. Cengiran lebar di wajahnya membuat Rama ikut tersenyum dan mendekat. Kemudian duduk di depan Zein.

"Tumben malam pulangnya?" tanya Zein memulai obrolan.

"Ngapel dulu tadi. Kan besok nggak bisa ngapel," jawab Rama.

"Hmm. Itu bekas lipstik lupa dihapus atau emang sengaja buat dipamerin?" tunjuk Zein pada leher dan dagu Rama sembari terkekeh.

Rama dengan cepat mengusap tempat yang ditunjuk Zein dengan lengan bajunya.

"Lain kali Winda kusuruh nggak usah pakai lipstik aja biar gak ketahuan," ucapnya sembari ikut tertawa.

"Dilihat Ayu pasti cemburu," seloroh Zein.

Rama terdiam. Kemudian menggelengkan kepala dengan pelan. "Aku cuma nganggap dia adik. Nggak lebih," lirihnya.

"Tapi sepertinya dia punya perasaan yang lebih pada, Mas. Tadi dia gelisah banget. Bentar-bentar keluar kalo dengar suara mobil yang lewat."

Rama menghela napas dan mengembuskan dengan lambat. Dia sudah menyadari bila Ayu punya perasaan yang sedikit berbeda sejak peristiwa pelukan beberapa hari yang lalu.

"Mungkin sekali waktu kudu diomongin, Mas. Biar dia nggak bertambah rasa dan bisa move on," saran Zein.

"Iya. Nanti aku coba," sahut Rama sembari mengangguk.

"Aku masuk dulu, ya. Mau ngeronda di kamar Triska."

Rama mengernyitkan dahi dan menatap Zein dengan bingung.

"Dia udah tidur di kamarku. Kami tukaran kamar malam ini," jelas Zein.

"Loh, kenapa?"

"Besok biar dia yang cerita aja, ya. Biar lebih jelas."

Rama terdiam sebelum akhirnya manggut-manggut dan beranjak masuk ke kamarnya juga.

Zein menutup pintu dan melangkah ke kamar. Ia merebahkan tubuh di atas kasur. Menghirup harum wangi parfum milik wanita tercintanya yang masih tertinggal di sprei.

Ia melipat kedua tangan ke belakang dan menjadikannya tambahan bantal untuk kepala. Matanya menatap nyalang pada eternit rumah.

Dengkur napas Emak Chubie yang tidur melingkar di ujung kiri kasur menjadi satu-satunya suara yang didengar Zein malam ini.

Perlahan ia memejamkan mata. Tak lama kemudian ia sudah terlelap.

Di luar rumah gerimis masih terus mengguyur bumi. Suasana malam yang gelap dan pekat menjadi semakin sepi.

Empat orang pria yang bertugas ronda terlihat berkumpul di saung dekat warung kopi. Mereka menyelimuti diri dengan sarung untuk melindungi tubuh dari dinginnya udara malam.

"Tunduh yeuh," ucap Eman sembari menguap.

(Tunduh yeuh \= ngantuk nih)

"Sarua. Urang oge tunduh," sahut Umar. Pria bertubuh kekar tersebut semakin merapatkan jaket yang ia kenakan.

(Sama. Aku juga ngantuk)

"Tos ro'ot. Keliling, yuk!" ajak Ipul pada ketiga temannya.

(Udah reda)

"Hadeuh. Males pisan. Dingin-dingin gini mah enakan kelonan ama bini. Bukannya ngeronda begini," keluh Usep. Pria bertopi kupluk itu memang terkenal pemalas. Kalau ronda ini tidak dibayar dan dapat rokok serta kopi gratis dia enggak bakalan mau ikut.

"Kamu mah emang kedul!" omel Umar.

(Kedul \= malas)

"Kita bertiga aja deh. Biarin aja si Usep sorangan," ujar Eman sembari bangkit berdiri. Memakai kembali sandal yang tadi ia lepaskan. Kemudian ia berjalan ke arah kiri warung kopi. Disusul Umar dan Ipul.

Sedangkan Usep memilih tiduran di saung tempat mereka nongkrong tadi. Matanya yang sudah mengantuk berat akhirnya menutup sempurna.

Kabut putih pekat perlahan mulai mendekati saung tempat Usep tertidur. Sosok samar mulai terbentuk seiring dengan hilangnya kabut tersebut.

Sosok itu perlahan duduk di pinggir saung. Tangannya bergerak menarik sarung yang dipakai Usep menutupi tubuhnya.

Usep yang dalam keadaan setengah sadar bergerak menarik kembali sarungnya hingga menutupi kepala. Dia mengibas-ngibaskan tangan di dekat telinga untuk mengusir nyamuk yang beterbangan.

Sosok itu semakin jelas menampakkan diri. Tangannya bergerak lagi menarik sarung Usep.

"Tong hereuy atuh, Eman!" hardik Usep sambil menarik kembali sarungnya.

(Jangan bercanda atuh, Eman!)

Gerakan tangan Usep berhenti saat merasakan ada hawa dingin yang menyentuh kakinya.

Usep memicingkan sebelah mata dan sontak menutupnya kembali. Seorang wanita berbaju putih duduk di dekat kakinya. Wanita itu memandangi Usep dengan tatapan dingin.

Tubuh Usep mulai gemetaran. Mulutnya tak henti bergumam memanggil teman-temannya yang sudah jauh.

"Eman, Ipul, Umar, bantuan urang!" lirihnya.

(Urang \= aku)

Matanya tetap menutup. Ia tak berani membuka mata walau hanya segaris.

Keringat mengucur deras di tubuhnya yang masih gemetaran.

"Usep ... Usep! Kunaon maneh teh?" terdengar suara Ipul dari depan saung.

(Kamu teh kenapa?)

Usep memberanikan diri membuka mata. Namun, sekali lagi dia tertipu. Di depannya wanita itu tampak menyeringai. Suara yang disangkanya adalah Ipul ternyata salah. Setelah itu dunia Usep menjadi semakin gelap. Dia pingsan.

Terpopuler

Comments

Andie Anna

Andie Anna

ni c rima menurut q hantu yg paling jail pe tukang ronda aja di kerjain terus😁

2021-03-22

0

Helni mutiara

Helni mutiara

si rima iseng ya..😁

2021-02-19

0

Ambu Nya Mentari Bintang

Ambu Nya Mentari Bintang

ra'at bukan ro'ot ...heheheh

2020-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!