Emak Chubie in action

4

Sementara itu di kamar Ivan para pria sedang berkumpul sambil menikmati pie susu buatan Triska dan Ayu.

Hasni dan Rama sedang bermain catur dengan serius. Ivan mengiringi permainan mereka dengan petikan senar gitar dan alunan suaranya yang serak-serak kegencet.

Sedangkan Zein sedang berkutat di depan laptop, sibuk dengan pekerjaan kantor yang harus diselesaikan sebelum dia mengajukan cuti esok hari.

"Kapan, ya, kita bisa kembali tenang lagi kayak dulu?" ucap Ivan tiba-tiba.

"Semoga secepatnya. Kalau begini terus aku mungkin akan mencari kosan yang lain," sahut Hasni. Sejenak dia dan Rama saling bertatapan sebelum pandangannya kembali fokus pada permainan catur.

"Mencari kosan yang murah dan seenak di sini itu gak gampang, Bang," sela Rama. Dia menghela napas panjang dan mengembuskan dengan lambat.

"Ho oh. Dulu sebelum nemu tempat ini aku sudah tiga kali pindah kosan. Tetap di sini yang paling enak," tukas Ivan sembari menyetem senar gitar.

"Kita bertahan aja dulu, Bang. Sambil menunggu kedatangan ustaz hari Kamis nanti. Kemudian, baru kita ambil keputusan," sela Zein seraya mematikan laptop.

Perlahan dia bangkit dari duduk dan berdiri, merentangkan tangan dan memutar pinggang ke kiri dan kanan secara bergantian.

Kemudian duduk kembali sambil mencomot potongan terakhir pie susu.

"Yups! Betul kata Zein. Kita lihat perkembangannya seperti apa. Lagipula kalau kudu buru-buru pindah, aku kasihan sama para cewek. Enggak ada kita gimana coba mereka?" timpal Rama.

Sejenak hening. Yang terdengar hanya petikan gitar Ivan yang tidak jelas lagunya.

Grrrrrr.

Grrrrrr.

Tiba-tiba terdengar suara geraman kucing dari teras. Sontak mereka semua terdiam dan saling beradu pandang.

Zein bangkit berdiri dan berjalan keluar dari pintu kamar yang terbuka lebar. Menghindari kejadian pintu terkunci lagi seperti kemarin, jadi tadi mereka sengaja membiarkan pintu terbuka.

Ivan meletakkan gitar di atas karpet dan melangkah menyusul Zein. Di belakangnya Rama dan Hasni mengekor.

Kucing berwarna abu-abu belang hitam itu masih menggeram ke arah tempat parkir motor.

Saat Zein melewati kamar Ayu, para perempuan itu terlihat mengintip dari balik jendela.

Melihat Zein dan yang lainnya keluar, Ayu dengan cepat membuka pintu kamar dan melangkah ke luar bersama Triska. Sedangkan Dinar dan Tia berlari masuk ke kamar.

"Ssstttt ... kunaon pus?" tanya Zein sambil mengangkat tubuh kucing yang bergetar itu. Tangannya bergerak membelai untuk menenangkan Emak Chubie.

Kucing itu masih terus menggeram sembari memandangi tempat parkir.

Tiba-tiba mata Zein menangkap sekelebat berwarna putih yang melintas dari kamar Rama menuju kamar Afni yang berseberangan.

Tangannya mengelus belakang leher yang merinding. Di belakangnya Ivan melotot tajam ke pintu kamar Afni.

Ssrrreeekkk.

Ssrrreeekkk.

Ssrrreeekkk.

Terdengar langkah kaki seseorang menjauh dari pintu kamar Afni.

Krrriiieeettt.

Bbllaaammm!

Tiba-tiba pintu depan rumah terbuka dan terbanting keras. Disusul dengan padamnya lampu teras.

Zein, Ivan dan Rama berlari ke arah pintu. Akan tetapi, belum sempat mereka keluar pintu sudah tertutup kembali.

Zein yang berada paling depan melihat sekilas seorang perempuan bergaun putih melayang pelan menuju pagar depan rumah.

Sayup-sayup terdengar suara tangisan lirih yang menyayat hati.

Rama yang mencoba membuka pintu depan kembali panik saat pintu itu tidak terbuka. Dia teringat kejadian semalam. Akhirnya dia hanya mengintip dari jendela panjang yang berteralis.

"Rima ... jangan begini!" ucapnya pelan sembari menyandarkan kepala di pintu. Pelupuk matanya terasa panas. Perlahan bulir bening mulai turun dari sudut matanya.

***

Suara binatang malam saling bersahutan hingga menimbulkan kengerian. Angin kencang menderu dari arah depan rumah. Tiba-tiba lampu sorot di depan rumah kosan padam. Meninggalkan suasana gelap dan pekat serta keheningan yang mencekam.

Dua orang petugas ronda yang sedang berkeliling melihat seorang perempuan berdiri di dekat pintu pagar kosan. Suara tangisannya terdengar lirih.

"Eta saha' nya'?" tanya Asep pada Udin.

(Itu siapa ya?)

"Teu nyaho'. Jigana awewe," jawab Udin sembari menyorotkan lampu senter ke arah pagar.

(Enggak tahu. Kayaknya cewek)

Dengan pelan mereka melangkah mendekat. Semakin dekat Udin merasakan bulu kuduknya mulai berdiri.

"Neng, ngapain di sini malam-malam?" tanya Udin.

Perempuan itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan. Udin dan Asep saling berpandangan. Tersentak kaget saat suara tangisan perempuan itu berubah.

Hi hi hi hi hi hi.

Sontak Udin dan Asep lari tunggang langgang tanpa menyadari sosok itu telah menghilang seiring dengan asap putih serupa kabut.

***

"Ceritakan apa yang kalian ketahui mengenai kematian Rima," tegas Zein sambil menatap Hasni, Rama dan Dinar bergantian.

"Aku tidak berada di sana saat kejadian itu terjadi. Aku baru datang sebelum Zuhur. Saat itu keadaan rumah Rima sudah ramai dengan petugas kepolisian," jawab Rama dengan suara bergetar. Tangannya sibuk meremas rambut sambil duduk menyandar ke dinding ruang tamu Ayu.

"Aku justru baru datang sore harinya, karena pesawat yang kutumpangi mengalami delayed di Semarang. Saat tiba di sana ternyata Rima sudah dirawat di sebuah rumah sakit," sahut Hasni sambil mengusap wajah.

Kenangan saat itu sangat membekas di hatinya. Perasaan bahagia akan melihat 'adik' yang akan menikah malah berubah menjadi kesedihan.

Masih tergambar jelas di ingatannya wajah-wajah muram dan sedih teman-temannya. Semua yang hadir juga terlihat syok.

Afni dan Dinar tak hentinya menangis. Sedangkan Nani dan Karin terlihat saling menyandar serta beberapa kali mengusap air mata.

Yono dan Hasan terduduk lesu di teras bersama kakak kedua Rima. Ayah Rima masih mengurung diri di dalam kamarnya. Sedangkan sang Ibu sedang menunggui Rima di rumah sakit ditemani menantunya, serta calon suami Rima.

"Saat kejadian itu ... aku sedang membantu panitia menghidangkan aneka kudapan yang akan disuguhkan dalam acara akad nikah," ujar Dinar pelan.

Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan lambat. Mencoba mengusir rasa sesak yang tiba-tiba muncul dalam dada.

Perlahan Dinar bercerita sambil sesekali mengusap air mata. Teman-temannya mendengarkan dengan seksama.

Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa hidup Rima berakhir dengan tragis. Dia terluka parah saat mencoba melerai perkelahian antara Irwan dan seorang pria yang mencintai Rima.

Pria itu datang dengan membawa puluhan orang berwajah sangar. Mereka menghentikan acara akad nikah yang sedang berlangsung. Tiba-tiba saja pria itu menyerang Irwan. Namun, Rima bergerak maju lebih cepat dan melindungi calon suaminya dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng.

Setelah berteriak histeris saat melihat Rima jatuh dan berlumuran darah, pria itu segera diseret masuk ke dalam mobil oleh anak buahnya. Mereka segera berlalu pergi tanpa menghiraukan kondisi Rima yang sekarat.

Tidak ada yang mengejar mereka karena saat itu semua orang sontak syok dan panik.

Tubuh Rima yang sudah lemah digendong oleh Irwan yang segera berlari ke ke mobil. Fahmi, kakak pertama Rima menyetir dengan menggila ke rumah sakit terdekat.

Rima dirawat selama dua hari sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya di pelukan suaminya.

Yang teman-temannya tidak ketahui adalah ucapan ijab kabul telah dilaksanakan di pagi hari di ruang perawatan Rima, tepat beberapa jam sebelum dia meninggal.

***

Keesokan paginya.

"Kapan kalian mau berangkat?" tanya Ayu pada Triska yang sedang berdandan di depan cermin.

"InsyaAllah hari Sabtu pagi," jawab Triska sembari menyapukan bedak tipis ke wajahnya yang putih mulus.

"Hmm ... kalau gitu, aku sama Tia mau ngungsi ke rumah sepupuku di Kosambi sampai kalian pulang."

"Iya, Mbak. Memang lebih baik begitu."

"Bang Hasni gimana?" tanya Tia yang baru keluar dari kamar mandi.

"Katanya sih mau keliling Jawa Barat dalam rangka tugas. Mana dia mau tinggal sendirian di sini," ujar Triska dengan tersenyum kecil.

"Emak Chubie gimana, Ris?"

tanya Dinar yang muncul dari luar. Di tangannya membawa kantong plastik yang ternyata berisi gorengan.

"Kutitip sama staff klinik yang lain sampai aku pulang," jawab Triska sambil mencomot sepotong bakwan dari dalam kantong.

Tingg.

Ayu meraih ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur. Tangannya menggeser layar ponsel dengan cepat.

"Mbak, ini ada pesan dari Teh Afni. Katanya dia ada telepon ke ponsel Mbak tapi selalu nada sibuk," kata Ayu sambil mengulurkan ponsel ke Dinar.

"Coba aku cek dulu," ucap Dinar sembari berdiri dan melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan wajah yang memucat.

"Kenapa, Mbak?" tanya Tia sambil memasang jilbab di depan cermin.

"Ponselku ... tiba-tiba sudah berada di meja dapur. Padahal aku ingat banget sedang mengecas ponsel di ruang tamu saat kutinggal beli gorengan tadi. Kabelnya juga masih menancap di colokan listrik," jelas Dinar dengan suara bergetar.

Sejenak hening. Mereka semua saling berpandangan.

"Wangi gorengan nih," sela Ivan yang tiba-tiba nongol di pintu depan. Tanpa menunggu ditawari dia segera masuk dan duduk di lantai ruang tamu. Tangannya mencomot sepotong gehu dan cabe rawit. Mengunyah dengan semangat tanpa memperhatikan wajah teman-temannya yang kebingungan.

"Ayu, jadi berangkat bareng, nggak?" tanya Rama yang datang sambil memasang dasi. Melihat Ivan yang sedang duduk mapan, Rama pun ikut duduk dan mencomot sepotong cireng.

"Jadi, Mas. Ini udah siap," jawab Ayu yang muncul dengan setelan blazer warna hitam dan blus warna hijau botol beraksen pita di bagian leher. Rambut sebahumya tergerai indah.

"Wuidih ... tumben tampil feminin gini. Biasanya kan pake celana panjang," ledek Ivan.

"Rese'!" hardik Ayu. Namun, tak urung pula dia tersenyum menanggapi candaan Ivan.

"Van, aku nebeng, yak!" ujar Tia dari dalam kamar.

"Bayar!" sahut Ivan.

"Dihh ...."

"Isiin bensin aja, Tia!"

"Perasaan tiap nebeng aku kudu ngisi bensin mulu!" sungut Tia yang disambut tawa yang lainnya.

Sejenak mereka lupa akan kejadian berpindahnya ponsel Dinar.

***

Selepas Isya para perempuan itu sudah berkumpul di kamar Ayu. Sementara para pria sudah kembali ke kamar masing-masing.

Jendela kamar Rama dan Zein sudah diganti dengan yang baru oleh tukang langganan Bu Wahyu.

Triska sedang mengetik naskah novel romantis karangannya yang sedang tayang di Mangatoon. Mulutnya tak henti bersenandung mengikuti irama lagu dari head set. Sesekali tangannya membelai Emak Chubie yang tidur melingkar di pangkuan.

Ayu dan Tia sedang menonton drama Korea dari tab milik Tia. Sedangkan Dinar sedang asik berbalas chat di aplikasi hijau.

Tidak ada seorang pun dari mereka yang menyadari saat kabut tipis muncul di kamar bekas Rima.

Sesosok perempuan berdiri sambil memandangi pintu kamar Ayu yang tertutup dari balik jendela.

Perempuan itu berjalan pelan keluar dari kamar dengan menembus dinding. Dia berhenti di tempat anak-anak kosan biasa ngumpul di taman. Tatapannya tak lepas dari pintu kamar Ayu.

Sementara itu, Zein yang sedang berkutat mengerjakan laporan tiba-tiba merasakan hawa berat yang muncul dari luar kamar.

Perlahan dia beringsut ke pinggir tempat tidur. Menjejakkan kedua kaki ke lantai yang dingin. Berdiri tegak dan melangkah maju ke jendela kamar.

Mengintip dari celah gorden, matanya menangkap sosok samar perempuan bergaun pengantin panjang.

"Astagfirullah! Kenapa dia muncul lagi?" ucap Zein gusar. Tangannya melakukan beberapa gerakan olah napas. Berusaha membuat pagar gaib sepanjang deretan kamar hingga ke ujung kamar Ivan.

Peluh mulai bermunculan di dahi. Dia berusaha mengeluarkan segenap kemampuan untuk menghalau Rima agar tidak mengganggu.

Tiba-tiba Rima menoleh ke kamar Zein. Tatapannya seolah menembus hingga bisa melihat Zein yang berdiri di balik gorden.

Zein berhenti menyalurkan tenaga dalam saat menyadari bahwa Rima melihatnya.

Dengan mengumpulkan segenap keberanian dan tenaga untuk menghadapi Rima, tangan Zein bergerak membuka gagang pintu kamarnya.

"Bismillah!" ucap Zein sembari melangkahkan kaki keluar kamar.

Langkahnya terhenti tepat dua langkah dari pintu karena melihat Rima terbang melayang mendekat.

"Jangan coba-coba maju, kamu bisa celaka!" tegas Zein.

Rima seketika berhenti. Dari jarak sekitar lima meter mereka saling bertatapan. Rima memandangi Zein dengan sorot mata penuh kesedihan.

"Zein!" panggil Rama yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Rama yang tidak melihat sosok Rima, merasa bingung karena melihat Zein berbicara seorang diri tanpa ada seorang pun di dekatnya.

"Ngobrol ama siapa?" tanya Rama sambil celingukan.

"Stop! Jangan maju, Mas. Tetap di situ aja!" teriak Zein tanpa menoleh.

Mendadak Rama merasa bulu kuduknya mulai berdiri. Tersentak kaget saat dia merasa ada hawa dingin yang menyentuh lengan kirinya.

Zein berlari mendekat dan segera menarik tangan kanan Rama ke sampingnya.

"Ada ... yang nyentuh... tadi,"

cicit Rama nyaris tidak terdengar.

Zein mengangguk dan menarik tangan Rama sembari melangkah menjauhi tempat itu menuju kamar Ayu.

"Ayu! Buka pintu!" teriak Zein dari luar.

Ayu yang kaget mendengar teriakan segera berlari dan membuka kunci pintu depan. Zein dan Rama masuk dengan wajah memucat. Napas mereka terengah-engah. Peluh bercucuran di dahi mereka.

"Ada apa?" tanya Ayu bingung.

"Ada Rima di depan kamar Rama!" bisik Zein.

Ayu menelan ludah dan sontak menutup pintu kembali. Melangkah mundur ke arah kamar dan langsung meloncat ke atas tempat tidur. Berlindung di belakang Tia.

Rama melangkah masuk ke kamar dan duduk di seberang Triska. Zein memasuki dapur, tak lama kemudian kembali lagi dengan membawa dua gelas berisi air putih. Mengulurkan segelas ke Rama yang menerimanya dengan tangan gemetar. Segelas lagi diteguk Zein dengan cepat hingga habis tak bersisa.

Terpopuler

Comments

Tita

Tita

baca jam bgni thor.. terkadang diriq menoleh ke jndl sm bawah pinttu😂😂😂😂😂

2021-08-22

0

Yun'@_Miu

Yun'@_Miu

like

2021-08-09

0

Yun'@_Miu

Yun'@_Miu

like 👍

2021-08-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!