Xiao Chen, terlahir tanpa bakat sehingga ia sangat sulit berkembang. Dan pada akhirnya kehilangan ibunya.
Ketika ia sekarat dan akan mati. ia mendapatkan sebuah kristal aneh yang membuat dirinya kembali ke masa lalu untuk menghilangkan semua penyesalan.
Simak kisah perjuangan Xiao Chen dalam menghadapi kekejaman dunia terhadap orang tanpa bakat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Monyet gila
"Tidak kusangka ternyata makhluk yang membunuhku sepuluh kali ini hanya seekor Monyet Giok Hitam berukuran besar." gumam Xiao Chen, terkejut dengan identitas musuhnya. Monyet itu memiliki bulu hitam legam dan taring yang memanjang, memancarkan aura keganasan.
Xiao Chen segera memberikan kode kepada Jun Fei untuk mundur. Jun Fei harus menjadi penyerang jarak jauh andalan mereka.
"Baik, Kak!" Jun Fei berlari mundur ke balik pohon besar, bersiap dengan busur panah rakitannya.
Sementara itu, Xiao Chen menyimpan busur, mencabut belati, dan menatap Monyet itu dengan sorot mata penuh amarah dari kehidupan lamanya.
"Sepertinya kau semakin pintar karena memakan otak manusia, ya? Sungguh monyet biadab! Kau harus segera mati!"
"Aku jadi teringat dengan momen ini. Di masa depan, kau akan menjadi ancaman besar dan baru bisa dibunuh oleh kultivator berpengalaman dari Sekte Giok. Jadi, sebelum kau bertambah kuat dan pintar, akan kubunuh kau sekarang!" tekad Xiao Chen dalam hati.
Xiao Chen memutar belatinya, menunjukkan bahwa ia siap bertarung jarak dekat. Monyet Giok Hitam itu meraung, menggunakan cakar tajam dan besar untuk menyerang.
Dengan pengalaman dan indra tempur yang diasahnya selama empat puluh tahun, Xiao Chen menghindari setiap serangan. Ia bergerak sangat cepat, kemudian melompat ke atas tubuh Monyet itu dan menusuk tubuhnya secara sporadis dengan belati.
Sambil terus melukai Monyet tersebut, Xiao Chen memercayakan serangan penentu pada Jun Fei yang berada di jarak jauh.
"Tenangkan dirimu, Jun Fei! Kau pasti bisa!" teriak Xiao Chen, mengalihkan fokus Monyet agar tidak menyerang adiknya.
Jun Fei menarik napas dalam-dalam. Ia memfokuskan Qi yang baru ia kumpulkan di Tahap Pengerasan Dasar Level 1 ke dalam busurnya. Dengan sekali tembakan yang presisi dan cepat, ia berhasil melukai sebelah mata Monyet tersebut yang masih tersisa.
Xiao Chen merasa senang. Monyet itu kini semakin mudah dilukai. Namun, yang tidak ia sadari, Monyet Giok Hitam itu menjadi semakin ganas akibat luka-lukanya. Ia berhasil mencakar tubuh kecil Xiao Chen.
Xiao Chen terlempar keras dan menghantam pohon di belakangnya sampai pohon itu bergetar. Ia batuk darah. "OHOK! S-sial! Kekuatannya sangat gila. Kecepatannya juga meningkat drastis!"
Xiao Chen kesulitan untuk bangkit. Tubuhnya terluka, tetapi ia tidak panik. Ia sudah menyiapkan rencana cadangan.
"GANTI SENJATA JARAK DEKAT, JUN FEI! AKU AKAN MENJADI UMPAN, DAN KAU LAKUKAN EKSEKUSI MATI DIA!" teriak Xiao Chen.
Xiao Chen dengan sekuat tenaga terus menghindar, bergerak acak, dan berusaha mengalihkan perhatian Monyet yang sedang mengamuk.
Jun Fei memegang pisau dapurnya. Ketika ia memegang senjata jarak dekat, ia merasakan sensasi luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Itu adalah bakat Esensi Pedang-nya yang mulai merespons.
Dengan sangat mudah, ia mengaliri Qi ke dalam pisau tersebut, membuatnya bersinar samar. Jun Fei kemudian melesat cepat ke arah Monyet yang sedang disibukkan oleh Xiao Chen.
Saat Xiao Chen terus menahan Monyet itu agar tetap di tempat, Jun Fei melompat tinggi dan dengan gerakan kasar namun presisi, ia menebas salah satu kaki besar Monyet tersebut.
Monyet itu ambruk seketika, kehilangan keseimbangan. Setelah itu, siluet dua anak muncul di hadapannya.
Dengan senyum penuh kemenangan, Xiao Chen dan Jun Fei berdiri di atas kepala Monyet yang tak berdaya.
"Sekarang waktunya kau pergi dari dunia ini, selamat tinggal, monyet jelek!"
Bersama-sama, Xiao Chen dan Jun Fei menusuk kepala Monyet tersebut sampai mati.
Xiao Chen jatuh lemas karena kelelahan, tubuhnya penuh memar. Ia menatap Jun Fei yang sama lelahnya tetapi matanya bersinar.
"Kau hebat, Jun Fei. Aku bangga kepadamu. Ini semua berkat panah dan tebasanmu yang luar biasa." kata Xiao Chen, suaranya parau.
Xiao Chen mengacak-acak rambut Jun Fei selayaknya seorang kakak sejati. Jun Fei merasa senang karena dapat berguna bagi kakaknya.
"Tidak, Kak. Justru Kakak yang hebat. Kak Xiao Chen rela berkorban dan menjadi umpan demi membuatku bersinar." balas Jun Fei dengan penuh hormat.
Xiao Chen tertawa kecil mendengar itu. "Hahaha, itu memang hak umum. Seorang jenius sepertimu pasti akan berdiri di puncak, sedangkan aku akan melihat dari bawah." candanya.
"Tidak! Jika aku berada di puncak, maka aku akan membawa Kakak di puncak juga, apa pun caranya!" ucap Jun Fei dengan lantang, sebuah janji kesetiaan yang menggebu-gebu.