menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Song Dae-ho dan keempat temannya, yang masih mengenakan seragam CSB, berbalik. Senyum di wajah Dae-ho menghilang, digantikan oleh ekspresi waspada yang dingin.
Kim Hyun berdiri di luar lapangan, memancarkan aura yang sama sekali berbeda dari siswa pindahan yang pendiam.
Hyun: (Melangkah ke dalam lapangan, mengambil bola yang ditinggalkan Dae-ho) "Hei, Dae-ho-ssi. Kenapa diam saja? Ayo kita bermain bersama. Kita kan satu kelas, jangan terlalu dingin."
Kim Hyun berjalan perlahan, memutari Dae-ho. Ia berbicara dengan nada bercanda yang dipenuhi sindiran tajam.
Hyun:"Kau tampak tidak suka denganku, ya? Sejak hari pertama, di kelas, saat pertemuan klub. Aku selalu merasa kau punya masalah denganku."
Dae-ho, yang berusaha mempertahankan ketenangannya, meletakkan bola basketnya.
Dae-ho:(Kesal) "Apa-apaan omong kosongmu? Aku sedang tidak *mood*. Kalau kau mau main, main saja sendiri. Ayo, kita pergi!"
Dae-ho memberi isyarat kepada empat temannya yang berbadan tegap. Saat berbalik dan berjalan pergi, Dae-ho sengaja menyenggol bahu Kim Hyun dengan keras, mencoba menunjukkan dominasinya.
Hyun hanya tertawa pelan. Ia membungkuk, mengambil bola basket itu, dan mulai memutar-mutarnya di tangannya.
Hyun: (Suara rendah, menghentikan langkah Dae-ho) "Pengepungan semalam... di Taman Samping. Kau ikut juga?"
Dae-ho, yang baru melangkah dua kali, langsung membeku. Ia menoleh ke belakang perlahan, wajahnya dipenuhi kebingungan.
"Bagaimana dia tahu? Jin-hyuk sudah pingsan, dia tidak mungkin bicara. Masker hitam itu? Tidak mungkin"
Keheningan Dae-ho menjadi jawaban bagi Kim Hyun.
Hyun: (Melangkah pelan ke arah Dae-ho, memantulkan bola sekali) "kau tidak perlu tahu dari siapa aku mendapatkan informasi. Lebih baik kau punya alasan bagus, atau..."
Dae-ho: (Berusaha tenang, mengambil postur membela diri) "Jangan sembarangan menuduh. Jika kau tidak punya bukti kuat, tutup mulutmu, Kim Hyun."
Hyun tersenyum, senyum yang sama sekali tidak lucu, seperti pisau.
Hyun: "Selama seminggu di sekolah ini, aku mendapatkan pelajaran baru. Pelajaran yang paling berharga."
Dae-ho dan keempat temannya menatap Hyun, penasaran.
Hyun:(Mengangkat bola basket tinggi-tinggi) "Pelajarannya adalah: Tinju adalah kunci dari semua solusi masalah."
**BUK!**
Kim Hyun melemparkan bola basket itu dengan kekuatan penuh. Bola itu menghantam tepat di wajah Song Dae-ho.
Dae-ho menjerit kesakitan, tubuhnya terhuyung ke belakang dan jatuh ke pantatnya. Darah langsung mengucur deras dari hidungnya.
Keempat bawahan Dae-ho yang melihat pemimpin mereka diserang tiba-tiba langsung maju. Keempatnya adalah siswa yang rajin berlatih Bela Diri Campuran (MMA) di luar sekolah, fokus pada pertarungan di kandang.
Siswa 1 (Striker):"Sialan kau!" Siswa di paling kiri melancarkan Jab-Cross cepat.
Kim Hyun mundur satu langkah, menghindari kombinasi itu, lalu dengan cepat menyusup ke tengah.
Ini adalah pertarungan antara serangan jarak dekat mematikan (CQC) melawan serangan terstruktur (MMA). Para siswa MMA itu mencoba mengelilingi Hyun, menggunakan tendangan rendah dan mencoba melakukan "clinch" untuk menjatuhkannya ke tanah, tempat mereka paling kuat dalam "grappling".
Kim Hyun: (Batin) \*Jangan biarkan mereka menjatuhkanku! Jaga jarak dekat yang sangat sempit, tempat mereka tidak bisa mengayunkan tinju besar atau melakukan takedown.\*
Siswa 1 mencoba melakukan "low kick" ke kaki Hyun. Sebelum tendangan itu mendarat, Hyun memutar pinggulnya, menggunakan Blok Tibia ke kaki tumpuan Siswa 1, dan segera melepaskan Pukulan Siku pendek ke kuadran kanan atas Siswa 1. Ini adalah Pukulan Liver versi siku.
\*\*DHAK!\*\*
Siswa 1 tersentak, organ dalamnya terkejut, dan ia langsung ambruk, tidak bisa bergerak.
Siswa 2 dan Siswa 3 menyerang dari depan, Siswa 3 mencoba Double Leg Takedown dengan merendahkan badan. Hyun membaca gerakan itu, menggunakan tangan kirinya untuk mengunci leher Siswa 3 (Guillotine Feint), dan lututnya didorong ke kepala Siswa 3.
Hyun:"Tubuh terlalu rendah!"
Siswa 3 terpaksa melepaskan takedown karena bahaya serangan lutut. Saat Siswa 3 bangkit, Hyun menggunakan tangan kanannya untuk menyerang Mata (sebagai gertakan) dan segera melanjutkannya dengan Pukulan Telapak Tangan (Palm Strike)ke hidung Siswa 2.
KRAS!
Siswa 2 mundur sambil memegangi wajahnya.
Siswa 4 melompat dari belakang. Hyun berbalik, menangkap pergelangan tangan Siswa 4 yang mencoba memukul, dan memutar siku Siswa 4 dengan cepat (\*\*U-Lock\*\*). Siswa 4 berteriak kesakitan. Hyun mengempaskan Siswa 4 ke pagar kawat di tepi lapangan.
DHUK!\*
Siswa 4 langsung lemas, kesakitan.
Dalam waktu kurang dari satu menit, empat ahli MMA telah lumpuh. Kim Hyun membuktikan bahwa CQC yang mematikan dan terfokus pada titik lemah jauh lebih cepat mengakhiri pertarungan daripada teknik \*set-up\* MMA.
Kim Hyun berdiri dengan napas terengah-engah. Ia merasakan sedikit darah di samping mulutnya, bekas goresan dari tinju liar Siswa 2 yang sempat menyentuhnya.
Song Dae-ho bangkit berdiri. Darah menetes dari hidungnya yang patah. Ia melihat keempat temannya terkapar di tanah. Amarahnya tidak bisa dibendung lagi.
Dae-ho:(Berteriak, suaranya parau) "KIM HYUN!"
Dae-ho, yang juga berlatih MMA, melepaskan kuda-kuda bertarungnya—sedikit lebih tinggi dan terbuka daripada Jin-hyuk—dan berlari. Ia meluncurkan Pukulan Kanan Lurus (Cross) yang marah, mengincar kepala Hyun.
Hyun:(Batin) "Angin sebelum pukulan!"
Kim Hyun bergerak ke samping dengan mudah, menghindari pukulan yang didorong oleh amarah itu. Dalam jarak sedekat ini, Dae-ho tidak memiliki kesempatan. Hyun membalas dengan **Pukulan Siku Atas** ke samping rahang Dae-ho.
**DHAK!**
Dae-ho terhuyung. Pukulannya lebih parah daripada pukulan Jin-hyuk. Hyun mengejarnya.
Hyun: "Kau tidak menggerakkan kakimu setelah menyerang. Dalam MMA, itu adalah celah fatal yang memungkinkan takedown, Sayang sekali, aku lebih suka melakukan takedown pada wajahmu."
Dae-ho, yang kesal karena kelemahannya dianalisis, mencoba melakukan Tendangan Rendah (Low Kick). Tendangan ini keras, tapi lambat.
Hyun menangkap tendangan itu dengan tangan kirinya dan menggunakan tangan kanannya untuk melepaskan Pukulan Telapak Tangan ke "solar plexus" Dae-ho (ulu hati).
**BUAGH!**
Dae-ho langsung tersentak. Seluruh udara di paru-parunya hilang. Rasa sakit membuatnya membungkuk.
Hyun: "Dan kau membiarkan kepalamu terbuka saat menendang. Teknik yang buruk. Pertahananmu nol."
Dae-ho marah dan kesal. Ia berusaha melakukan Clinch (pelukan bergulat) untuk membawa pertarungan ke tanah, mencoba menggunakan teknik *grappling*-nya.
Ini adalah momen kesalahan yang dimanfaatkan Hyun. Saat Dae-ho menjulurkan tangannya untuk melakukan *clinch*, Hyun menyusup ke dalam dan mengunci kepala Dae-ho dengan tangan kirinya.
Hyun memutar lengan kirinya di sekitar leher Dae-ho, menekan arteri di sisi leher. Dalam waktu dua detik, Dae-ho merasa dunia berputar. Napasnya terhenti, dan otaknya kehilangan oksigen.
Hyun tidak melepaskannya. Ia memegang Dae-ho yang kesulitan bernapas, dan melepaskan rentetan pukulan lutut ke perut dan rusuk Dae-ho.
DHUK! DHUK! DHUK!
Dae-ho tidak bisa melawan. Tubuhnya yang lemas pasrah menerima serangan. Kim Hyun melepaskannya, dan Song Dae-ho jatuh tersungkur di lapangan basket, napasnya terengah-engah, wajahnya sudah penuh darah.
Kim Hyun membungkuk di samping tubuh Dae-ho yang babak belur.
Hyun: (Mengambil napas dalam-dalam, sambil membuang ludah yang sedikit berdarah dari sudut mulutnya) "Dengarkan aku, Dae-ho. Jangan jadi pengecut. Jika kau punya masalah denganku, hadapi aku langsung. Bukan dengan menyuruh orang atau dengan jebakan murahan. Kau mengerti?"
Tanpa menunggu jawaban, Kim Hyun berdiri. Urusannya sudah selesai. Ia berjalan keluar lapangan dan meninggalkan kelima siswa CSB itu terkapar tak berdaya.
Rumah Sakit Kota, Ruang Rawat Inap VVIP
Suasana di kamar rumah sakit itu tegang. Sekitar lima siswa Kelas 2-B berkumpul, duduk lesu di sofa.
Di ranjang rumah sakit, Kim Jin-hyuk, Petarung Nomor Dua Kelas 2-B, terbaring tak sadarkan diri. Wajahnya bengkak, dipenuhi memar, dan ada gips di bagian rusuknya. Keadaan Jin-hyuk cukup parah. Dokter mengatakan ia mengalami gegar otak ringan dan beberapa patah tulang rusuk.
Pintu ruangan terbuka dengan keras.
Semua siswa di sana segera berdiri, menundukkan kepala dengan rasa takut.
Sosok yang baru masuk adalah han gyu-sik Pemimpin Kelas 2-B, pemegang kekuasaan tertinggi di antara siswa tahun kedua. Ia memiliki perawakan tinggi dan fisik yang menakutkan, wajahnya datar, tetapi matanya memancarkan kemarahan dingin yang membekukan.
Gyu-sik berdiri di tengah ruangan, tatapannya menyapu anak buahnya yang ketakutan, lalu berhenti pada tubuh Jin-hyuk di ranjang.
Gyu- sik (Suara rendah dan berbahaya) "Katakan padaku. Siapa yang melakukan ini pada Kim Jin-hyuk
Keheningan melanda ruangan itu. Mereka tahu, kemarahan gyu-sik adalah hal yang paling menakutkan di seluruh sekolah CSB.