Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku kecewa Nadira
"Sekali lagi lo minta putus dari gue, video ini akan gue sebar. Gue ga masalah nama gue rusak tapi lo sebagai perempuan akan hancur, akan dihujat, akan dipermalukan bahkan gue punya kok foto lo yang lagi telanjang atau foto yang lagi nari-nari tanpa pakaian mau gue ikut sebarkan juga"
Wajah Nadia sudah sangat merah sekali mendengar itu, masih tak habis pikir, kenapa bisa.
"Pasti semua itu paksaan dari lo" Nadia mencoba untuk tenang.
Aldi mendorong kepala Nadia cukup keras "Jangan pura-pura so ga tahu, lo bahkan yang selalu suka rela tidur di ranjang gue dan muasin segalanya, apalagi lo juga udah ga perawan saat ngelakuin sama gue, ngapain juga jual mahal udah murah juga kan"
Plak satu tamparan mendarat di pipi mulus Aldi, Nadia sudah tak kuat mendengar kata-kata Aldi yang merendahkan Nadira, dengan langkah cepat Nadia keluar dari dalam mobil, berlari menghindari Aldi yang mulai mengejarnya, air matanya mengalir. Nadia sangat kecewa dengan Nadira, kenapa dia mau melakukan sex bebas seperti itu, alasannya pasti karena dia sangat mencintai Aldi tapi seharusnya tak begitu juga.
"Kenapa sih Nadira Kenapa lo hancurkan diri lo sendiri, kenapa sih"
Srek, suara rem motor begitu melengking di telinga Nadia "Maaf maaf ga sengaja"
"Ga masalah, buru-buru banget"
"Boleh ikut"
"Ah apa"
"Ikut " Nadia langsung saja naik ke jok belakang, Aldi masih saja mengejarnya "Ayo jalan"
Motor segera melaju dengan kencang, mau tidak mau Nadia harus memeluk laki-laki itu yang tak tahu siapa dia, Nadia benar-benar tak kenal dengan laki-laki ini.
Sudah sampai di sekolahnya, Nadia langsung turun dan menatap laki-laki itu "Makasih ya"
"Lain kali jangan asal naik motor orang"
"Iya maaf makasih ya"
"Hemm" hanya itu saja jawabannya laki-laki itu langsung saja pergi.
Puk, Nadia menatap orang yang menimpuknya dengan mangga, cukup sakit saat akan marah bibirnya langsung di bekap.
"Ngapain sih berangkat sama Hans kamu mau jadi sasaran berikutnya dia itu psikopat"
Nadia menepis tangan Dean "Jangan ngada-ngada Dean masa tiba-tiba ada psikopat sih disekolah"
"Ye emang bener Hans itu pernah bunuh penjaga di rumahnya, hewan-hewan peliharaan saudaranya, terus hampir celakain Ibu tirinya juga pokoknya serem banget, tapi ya Ayahnya selalu lindungi dia bahkan dia tuh habis rehabilitas ga dipenjara"
"Terus kenapa bisa sekolah di sini, seharusnya ga bisa dong kan ya"
"Uang, apa-apa juga butuh uang jadi bisa masuk keluar ke sekolah pokoknya gue ingetin jangan deket sama dia Nadira, kenapa lo tiba-tiba lupa deh kalau dia tuh harus dijauhi, ini malah boncengan lagi"
"Namanya juga ga tahu"
"Aelah jangan pura-pura hilang ingatan"
"Kenapa tiba-tiba baik lo sama gue bukannya teman-teman lo suka jahat sama gue, seharusnya lo seneng dong gue deket sama Hans dan bisa cepat pergi dari dunia ini" Nadia mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya karena Nadia baru tahu.
Tatapan Dean menjadi sendu "Tuh kan lo juga lupa sama gue, kenapa sih Nadira lo jujur deh, itu siapa pasti bukan Nadira kan, Nadira yang gue kenal ga kayak gini. Masalah rupa sih sama tapi secara sifat beda banget"
"Enggak, gue ga lupa kok" aduh kenapa bisa sih dirinya menjadi polos begini.
"Ya kalau nggak lupa sebutin apa aja yang pernah kita lakuin"
"Emm, aduh lupa belum kerjain pr udah dulu ya bayyy" Nadia langsung saja berlari meninggalkan Dean, apa mungkin Nadira juga melakukan hubungan intim dengan Dean sampai-sampai dia bicara lupa dengan kenangan mereka, kenangan apa sih Nadia benar-benar tidak tahu dan di buku diary itu pun tidak ada dan dalam mimpi pun Nadira tidak datang untuk memberitahu, ya ampun Nadira kamu ini kenapa sih hidupmu ini begitu rumit dan kacau.
...----------------...
Nadia diam melamun ternyata dirinya memang benar- benar tak tahu tentang kehidupan Nadira, kenapa sih Nadira harus mencintai laki-laki bajingan seperti Aldi, padahal laki-laki tampan disini banyak bukan Aldi saja.
"Kaka ngapain masuk kamar aku" Nadira mengeratkan handuknya, menatap Kakaknya dengan takut.
Adrian hanya tersenyum kecil lalu mengunci pintunya, makin mendekati Nadira dan tiba-tiba menarik handuk Nadira dengan paksa.
"Kak, apa-apaan sih lepasin Kak jangan kayak gini"
"Alah jangan jual mahal lah"
Adrian menatap tubuh Nadira dengan intens, tubuhnya begitu indah dan Adrian sudah terpikat sejak lama pada tubuh Nadira.
Adrian mendorong tubuh Nadira kearah tempat tidur, saat Nadira akan bangkit Adrian sudah menindihnya dan melucuti pakaiannya.
"Tenang tak akan menyakitkan"
"Tidak, tidak lepaskan, lepaskan jangan Kak jangan, tidak " teriak Nadira mencoba melawan namun apa daya tenaganya tak sekuat Adrian, tangannya di ikat mulutnya di sumpal. Nadira di perkosa oleh Adrian, dia tak peduli saat Nadira mengeluarkan darah dari area sensitifnya, Adrian malah terus melakukan hal bejat itu sampai puas.
Setelahnya Adrian meninggalkan Nadira sendirian dengan tangan yang masih di ikat mulut di sumpal, Nadira yang lemas hanya bisa diam dengan tatapan kosong, hidupnya sudah hancur sangat hancur sekali bagaimana sekarang harus menjalani hidup kalau semuanya sudah hancur, Nadira tak tahu bagaimana masa depannya nanti.
Kalau menikah bagaimana tanggapan suaminya, apa katanya nanti, Nadira mungkin tak akan menikah. Tangisnya kembali pecah, menangisi nasibnya yang begitu sial tinggal bersama Ibunya yang bukannya senang malah menderita.
"Ayah, Nadia aku mau ketemu kalian, aku mau sama kalian saja, kenapa semua orang yang ada disini jahat sama aku"
Nadia terbangun dari tidurnya, mimpi ? Apakah itu benar mimpi, Nadia melihat sekitar sepi namun Nadia melihat Nadira ya itu Nadira memakai gaun merahnya yang terakhir kali dia pakai.
"Nadira" gumam Nadia segera bangkit dan mengikuti langkah Nadira, siapa tahu dirinya bisa dapat petunjuk atas kematian Nadira.
Nadia tergopoh-gopoh mengikuti sosok itu, tapi apakah ada hantu di siang bolong entahlah tapi Nadia melihatnya.
"Gudang"
Nadia berjalan dengan perlahan, sedikit masuk dan melihat ada seorang siswa seperti sedang memotong sesuatu, apa itu seperti kaki manusia. Nadia kembali melongok dan memang benar itu adalah kaki yang di potong-potong menjadi kecil, tapi Nadia tidak tahu siapa pelakunya, Nadia yang takut ketahuan segera pergi dari sana.
Bruk, tubuhnya lagi-lagi menubruk tubuh Aldi "Darimana sih sayang, buru-buru banget"
"Lepasin" kesal Nadia saat Aldi menggenggam tangannya.
"Kenapa sih makin kasar aja, mana Nadira yang lemah lembut, nurut dan selalu ikuti kemanapun aku pergi, kemana sisi manja kamu itu sayang, kenapa sekarang jadi galak banget"
Nadia mendorong wajah Aldi yang makin mendekat dan berlari menjauh dari Aldi. Dasar laki-laki gila.