Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
"Kita berteman sudah lama, seharusnya kalian tidak mengucapkan kata-kata yang bisa membuat Dila terluka dan bersedih." Saat Dila pamit ke toilet Marwah menegur kedua temannya agar lebih menjaga kata-kata mereka.
"Kami tidak bermaksud menyakiti perasaan Dila, kami hanya mengatakan kemungkinan yang bisa saja terjadi pada Sandi selama menempuh pendidikan di negara orang, Marwah." Balas Yuma seadanya.
"Setidaknya, jika sampai hal itu benar-benar terjadi, Dila sudah mempersiapkan hatinya." Rika menambahkan.
Tanpa di ketahui oleh ketiga temannya, Dila sedang menatap pantulan wajahnya melalui cermin besar yang berada di toilet. Dila membasuh wajahnya saat kalimat-kalimat yang terucap dari mulut Rika dan Yuma terngiang ditelinganya. Jangan pikir Dila membasuh wajahnya karena merasa gelisah setelah mendengar semua kata-kata dari kedua temannya tadi, justru sebaliknya. Dila membasuh wajahnya karena merasa ada yang aneh dengan dirinya, hatinya tidak merasa terluka ataupun bersedih mendengarnya, ia justru merasa biasa saja. Hal itulah yang menyebabkan Dila tidak paham pada dirinya sendiri hingga membasuh wajahnya untuk menyadarkan dirinya. Padahal dahulu, jangankan mendengar hal negatif tentang Sandi, sedikit saja perbedaan pada sikap Sandi sudah membuat Dila kecewa dan juga bersedih.
Sesaat kemudian, Dila meninggalkan toilet dan kembali bergabung bersama ketiga temannya.
"Maafkan kami, Dila...! Sungguh, kami tidak bermaksud menyakiti hati kamu." Yuma meminta maaf karena nasehat Marwah menyadarkan wanita itu akan ucapannya yang sudah kelewatan.
"Aku juga minta maaf, Dila." Rika pun turut meminta maaf pada teman baiknya itu.
"Kalian tidak bersalah, lalu untuk apa meminta maaf. Sekalipun apa yang kalian katakan tadi benar-benar terjadi, itu murni kesalahan Sandi bukannya kesalahan kalian." Balas Dila dengan seulas senyum. Senyum yang terlihat berbeda di mata ketiga temannya, termasuk Marwah.
Tepat pukul sembilan malam, Dila pamit pada ketiga temannya. Sesuai pesan Davin, Ia tidak ingin sampai pulang terlalu larut malam.
Di perjalanan pulang, Dila menyadari ada sebuah mobil sedan berwarna hitam terus membuntuti mobilnya. Dila mencoba memastikan dugaannya dengan membelokkan setir mobil keluar dari ruas jalan protokol dan hasilnya mobil sedan berwarna hitam tersebut masih saja terus membuntuti mobilnya. Dila mulai gelisah dan bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang berada di dalam mobil tersebut dan apa tujuan mereka sampai membuntutinya. Ia lantas menambah kecepatan mobilnya namun naasnya pengendara mobil sedan berwarna hitam tersebut justru ikut menambah kecepatan mobilnya sehingga mobil tersebut terus berada di belakang mobil Dila. Dengan perasaan panik bercampur ketakutan Dila kembali menambah kecepatan mobilnya hingga pada Akhirnya ia tiba di depan gerbang rumahnya. Setibanya di depan gerbang rumahnya, Dila bergegas turun dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam gerbang rumah.
Tok...tok....tok....
"Apa yang terjadi?." Davin dibuat bingung ketika Dila tiba-tiba memeluknya saat ia baru saja membukakan pintu. Wajah Dila nampak pucat pasi akibat ketakutan.
"Aku takut mas, ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang sejak tadi membuntuti mobilku." Adu Dila yang kini masih dengan posisi memeluk erat tubuh Davin.
"Ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang membuntuti mobilmu?." Ulang Davin.
Dila mengangguk membenarkan.
Perlahan Davin mengurai pelukan Dila dan berjalan keluar rumah untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Dila. Davin mengedarkan pandangan ke sekitar mobil Dila yang masih terparkir asal di depan gerbang rumah, tetapi ia tak menemukan siapapun. Namun, saat melihat kondisi mobil Dila, Davin mendapati ada bekas lecet di belakang mobil istrinya itu, seperti bekas tabrakan. Davin kembali ke dalam untuk mengambil kunci mobil dari Dila, hendak memasukkan mobil ke dalam garasi. Davin menaruh curiga jika mobil yang membuntuti mobil Dila merupakan kawanan begal yang saat ini sedang marak diberitakan.
Setelah memarkirkan mobil Dila dengan posisi yang benar, Davin lantas kembali ke dalam.
"Mungkin mereka itu kawanan begal yang akhir-akhir ini sedang marak diberitakan." Tutur Davin pada Dila.
Davin mengeryit bingung melihat Dila masih saja terdiam pada posisinya, duduk di sofa, tanpa berniat untuk kembali ke kamarnya.
"Sudah malam, kembalilah ke kamarmu!." Ujar Davin pada Dila.
Dengan perasaan ragu Dila mengangkat pandangannya, menatap Davin yang hendak melangkah menuju ke arah tangga.
"Apa malam ini aku boleh tidur di kamar mas Davin?." Kejadian tadi menyebabkan Dila tak berani tidur di kamarnya.
Deg.
Davin sampai terpaku, seakan tak percaya dengan permintaan Dila barusan.
"Boleh ya mas....!." Rayu Dila dengan wajah penuh harap saat melihat Davin masih diam saja.
Tanpa di sadari oleh Dila, Davin mengulas senyum tipis mendengar permintaan istrinya itu.
"Ayo!." Davin mengulurkan tangannya dan entah sadar atau tidak, Dila langsung menyambutnya dengan hati lega. Keduanya berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Dila mengayunkan langkah perlahan memasuki kamar Davin. Dila nampak menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali, pasalnya ia tidak terbiasa tidur dengan pakaian seperti itu. Akan tetapi, ia pun malu jika harus berpakaian seperti biasa, mengingat ia akan tidur di kamar Davin. Bisa-bisa Davin akan berpikir ia ingin menggoda pria itu jika tidur dengan home mini dress seperti kebiasaannya.
Dila naik ke tempat tidur Davin. Ya, tempat tidur, karena tidak ada sofa di kamar tersebut hingga mau tak mau Dila harus berbagi tempat tidur dengan pria itu.
Malam semakin larut, Davin pun sudah ikut naik ke peraduan.
Malam semakin larut, namun Davin menyadari kegelisahan Dila.
"Kamu tidak perlu takut, orang-orang jahat itu tidak mungkin bisa masuk ke sini!." Davin berpikir Dila sedang dilanda perasaan cemas berlebihan akibat kejadian yang tadi.
"Aku tidak terbiasa tidur dengan pakaian seperti ini." Sebenarnya malu untuk mengakui hal itu, tapi mau bagaimana lagi, ketimbang ia tidak bisa tidur hingga besok, Akhirnya Dila terpaksa mengaku dihadapan Davin.
"Kalau memang merasa tidak nyaman, kenapa tidak diganti saja!." Mendengar keluhan Dila, maka Davin pun menyarankan wanita itu untuk mengganti pakaiannya. Tak sedikitpun terbesit di pikiran Davin mengenai jenis apalagi bentuk pakaian tidur yang mampu menciptakan kenyamanan bagi istrinya tersebut.
"Ayo, mas antarkan ke kamar kamu." Davin menawarkan diri untuk mengantarkan Dila mengganti baju di kamarnya.
Davin memilih menunggu di depan kamar Dila. Tak berselang lama, Dila nampak keluar dari kamarnya dengan mengenakan home dress mini berwarna merah. Dress yang panjangnya hanya sebatas pa-ha tersebut membuat Dila terlihat begitu sek-si.
Dila merasa canggung saat Davin menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Aku sama sekali tidak berniat untuk menggoda." Dila merasa perlu meluruskan agar Davin tidak berpikir liar tentang dirinya.
"Berniat menggoda sekalipun tidak masalah. Lagipula tidak ada undang-undang yang melarang seorang istri menggoda suaminya sendiri." Kalimat balasan yang terucap dari mulut Davin berhasil membuat tubuh Dila menegang seketika.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt
kenapa harus tunggu konferensi pers dulu?? rasa nya untuk itu tidak di perlukan