Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Planet Sahara telah menjadi milik Bonbon.
"Sekarang aku tau, bagaimana bentuk kue ketan dengan isian penuh ... yang terkenal dari bumi dahulu kala."
Telunjuk Viola menekan-nekan sesuatu yang lembut dan kenyal. Sambil berucap, tangan wanita itu juga tidak diam sedari tadi. Mencubit disana, menekan disini ... dan semuanya enak dipegang.
'Plaaaakkk ....'
"Viloa! Janan pegang pipi Bonbon na. Cemana ini mau mamam? Macuk idung nanti cemua mamam na. Bonbon balu bica pakai mulut manuca, nanti calah calah ... macuk mata nanti cendok na."
Dengan pipi yang menggembung dan alis bertaut! Si kecil yang diganggu saat makan sedari tadi oleh Viola, protes marah sebelum membuka mulut ... menerima suapan dari sendok yang diulurkan belian.
"Belian, tambah cikit lagi mamam Bonbon__"
"Tidak."
Belum selesai Bonbon berucap! Belian sudah memotong, sambil menatap tegas tidak ingin dibantah.
"Napa Ndak boleh? Buni lagi nanti pelut Bonbon Cemana?"
Dua tangan gembul memukul-mukul perut buncit dibalik jaket hewan, dan sepasang manik biru ... menatap antara piring yang kosong, kemudian kembali pada Belian.
"Cikit na Bonbon minta mamam. Kata Mama, Ndak boleh pilit pilit kaci mamam!"
"Oh, aku pelit memberi? Lalu, 3 piring makanan sebelumnya ... apakah itu sedikit?"
"Umm ... cikit. Bonbon Maci lapal. Nanti nangic pelut Bonbon, kan kacian? Ndak kacian Belian na cama pelut lapal? Viloa ... kalau pelut viloa nangic, haluc mamam banak banak kan?"
Kali ini, Bonbon meminta dukungan pada Viola disebelah, sambil menatap perut datar gadis itu dibalik seragam militer. Bonbon yang berpikir seperti rumput, dan menganggap 'makin besar makin bagus ...' segera melayangkan tatapan kasihan pada si gadis.
"Belian! Kaci viloa caja mamam Bonbon na. Liat, pelut na kicil, Ndak cehat," ucap Bonbon, yang seketika membuat semua orang menyemburkan tawa.
"Pfttt ... Hahahaha ...."
Leonore yang duduk disebelah Dave, memukul sandaran sofa karena menonton tingkah lucu Bonbon.
"Komandan, bayi sekecil ini, pasti sulit dipelihara oleh anda. Berikan saja pada saya, komandan, saya berjanji akan merawatnya hingga besar!" seru Leonore tanpa filter, dan masih tertawa dibawah tatapan tajam Belian.
"Bermimpi lah. Dan jaga sikapmu, Leonore Kartes."
Punggung Leonore langsung tegap lurus, begitu Belian memanggilnya dengan nama lengkap. Terkekeh sedikit, senyum canggung dilayangkan oleh sang wakil ketika menyadari mata gelap atasannya didepan sana.
"Hehe, aku hanya bercanda."
Sang komandan hanya memutar mata malas, kemudian meletakkan piring kotor keatas meja. Melihat hal ini, Bonbon kembali ingin protes ... tapi Belian sudah duluan berucap.
"Tidak ada makanan, baik untukmu ataupun untuk orang lain. Dan lagi, perutmu tidak akan mengeluarkan suara, sebab Bonbon sudah kenyang sekarang. Paham?" Itulah yang diucapkan Belian, dan si kecil hanya bisa mengangguk pasrah.
Ruangan kembali hening, karena semua orang enggan untuk berbicara dan hanya fokus menatap pipi tumpah milik Bonbon.
Prizil yang biasa membaca buku saat ini, membiarkan benda itu tergeletak diatas meja. Dia masih mencerna, bagaimana makhluk yang tadinya jelas-jelas serumpun rumput ... sekarang sudah menjadi bayi manusia?
"Ughh ... kepalaku sakit, ini benar-benar sulit dipercaya." Prizil hendak mengambil buku berjudul 'pencerahan pikiran,' tapi sesaat kemudian ... wanita itu hanya menyandarkan tubuh dan kembali menatap Bonbon.
"Apa penyakitmu kambuh lagi? Haruskah memanggil tim medis?" Dave disamping bertanya pada Prizil, yang dijawab gelengan oleh wanita itu.
"Tidak perlu, aku hanya terlalu banyak terkejut belakangan ini." menekan kata terkejut, mata Prizil masih lekat menatap b4yi yang mulai memainkan jari-jari kakinya sendiri.
"Ah, ya. Jika dipikir, aku juga merasakan hal yang sama. Terlalu banyak hal diluar nalar, hingga merasa kalau semua ini hanya mimpi," ucap Dave menaikkan sedikit kacamata, kemudian tersenyum lembut.
Kemarin, setelah Leonore melihat sosok bayi Bonbon di kamar Belian! Sang wakil tidak henti-hentinya memanggil pria itu dari balik pintu baja.
Hingga Belian tidak tahan lagi, dan terpaksa membawa Bonbon keluar saat markas benar-benar sepi.
Memperkenalkan si kecil pada yang lain ... kalau boneka bulat dengan pipi tumpah ini adalah Bonbon, si mutan rumput ....
Viola langsung pingsan, dan Leonore mimisan ditempat.
Bagaimana reaksi Dave dan Prizil? Buku ditangan Prizil jatuh kelantai, sementara Dave! Pria itu membuka kacamata, membersihkannya, takut apa yang dilihat hanya ilusi karena kacamata itu berdebu.
"Belian! Liat? cama banak na ini cama ini." Bonbon mengangkat kedua tangan dan kaki kerah Belian, karena tubuh yang berat dan posisi duduk yang tidak seimbang ... buntalan gembul itu langsung terbaring diatas sofa, dan mulai memainkan dua kaki tembem.
"Ini cama ini. Ini, cama ini na ... tluc ini, cama ini ...."
Membandingkan lima jari tangan dan lima jari kaki, Bonbon asik menunjuk-nunjuk antara kaki dan tangannya sendiri ... tanpa melihat tatapan lapar orang-orang disekitar.
Mereka ingin menerkam gembul bulat itu, dan menggigit pipi tembem kenyal.
"Napa manuca puna kicil kicil bulat cemini? Ndak tampan bentuk na. Tampan lagi daun bilu cem Mama na puna."
Bibir mungil mengerucut lucu, melihat jari-jari kaki yang bulat dan kecil ... sangat tidak tampan, tidak sesuai dengan estetika rumput air.
"Tugu! Napa puna Belian becal?" Kali ini mata Bonbon menangkap jari-jari tangan Belian, yang terlihat berbeda dengan miliknya.
Sontak saja si bayi rumput memutar tubuh dan duduk, lalu menangkap ibu jari Belian.
"Ini baguc, cuma kulang walna bilu na. Napa puna Bonbon ndak cama?" alis kecil mengerut, dan pipi menggembung, marah, menatap jari-jari panjang didepan.
Hey, dia juga ingin jari tangan yang seperti ini!
Tanpa sadar, sudut bibir sang komandan melengkung, melihat tatapan iri Bonbon yang tidak disembunyikan.
Belian sudah sering melihat orang iri dan benci terhadapnya. Dari kesuksesan, tubuh, wajah, serta kekuatan ... siapa yang tidak manaruh iri dengan Belian?
Tapi, baru kali ini dia menangkap bayi yang menatap iri pada jari tangan? Tidak ada benci pada sepasang manik biru laut yang polos itu, ini murni hanya rasa iri.
"Belian. Yok, tukal kita. Bonbon pinjam cikijap jali jali puna Belian, Belian pakai puna Bonbon, Cemana? Becok Bonbon pulang jali na, janji."
"Pftttt ... Ekhem, uhuk uhuk ...."
Leonore lagi dan lagi menyemburkan tawa, tapi berusaha ditutupi ... takut sang komandan marah lagi.
"Ini terlalu kecil untukku," balas Belian berniat menggoda Bonbon.
Benar saja, sekarang bibir si kecil kembali mengerucut dan tatapan sedih dilayangkan pada jari tangan Belian.
"Tukal lah cama Bonbon na. Cikijap caja ...." Kali ini mata berkaca-kaca mendongak, penuh permohonan.
"Ini tidak bagus kalau dipasangkan pada tangan Bonbon. Lihat! Banyak bekas luka disini." Dia tidak ingin membuat bayi ini menangis, jadi ... sang komandan berusaha membujuknya.
Dan, ya! Dalam sekejap mata rasa sedih menghilang, digantikan dengan tatapan ingin tahu.
"Waaww ... banak galic galic tanan Belian na. Cini, cini ... cini juga ada. Cemana Belian buat na aa? Ada becal, ada kicil ... Ndak baguc." kepala bulat mengangguk-angguk mantap, sebelum melepaskan tangan sang komandan. Dan kini, tatapan sikecil beralih pada Viola disamping ... sesaat kemudian mata sebiru laut berbinar, lengkap dengan senyuman lebar.
"Viloa, pijam cikijap__"
"Tidak, tidak. tangan ku ini, oh! Dia tengah malam juga akan menjadi bulat, hijau, ughh ... sangat tidak tampan. Apa Bonbon masih mau?"
Viola mengangkat tangannya yang ramping dan lentik, lalu menatap lekat gigi susu yang menyembul dari balik gusi Bonbon.
'SIAL! ITU SANGAT MENGGEMASKAN ....' batin Viola berteriak, tapi berusaha menahan sikap serius.
Mendengar itu, Bonbon kehilangan minat pada jari tangan Viola, dan tentu saja ... mata bulat kembali menjelajahi yang lain, dan berbagai jawaban diterima oleh Bonbon. Hal itu membuat si rumput kecil kehilangan minat, untuk menukar jari-jari tangannya sendiri.
Lagian! manusia mana yang bisa bertukar jari, semudah bertukar kartu poker?
Itulah pemikiran semua orang, menatap geli tingkah Bonbon.
Ini jam istirahat, jadi orang-orang terpercaya Belian berkumpul diruangan khusus. Karena tidak ada monster dan mutan di planet ini! Semua orang memiliki banyak waktu luang, dan menganggap kalau planet Sahara adalah tempat liburan ekslusif.
Meskipun panas menyengat disiang hari dan sangat dingin dimalam hari! Tapi, semakin lama mereka disini ... tubuh para prajurit yang mudah beradaptasi, mulai terbiasa dengan perubahan suhu.
Bahkan ada yang nekat berjalan-jalan menikmati pemandangan langit malam, jika terlalu merasa bosan di markas.
"Jadi, kapan kita pulang? Hahh ... jujur saja, aku lebih suka disini daripada harus bertarung melawan Mutan, lalu menghadapi para petinggi militer yang licik setelahnya. Lihat! jendral tua itu sengaja menargetkan komandan disini, agar penyelidikan Beldilck terminal terhenti." Leonore berucap panjang lebar, mengeluh marah pada para petinggi militer.
"Kamu benar, wakil. Padahal kita hampir membuktikan, kalau ada yang salah dengan larutan nutrisi yang dibuat perusahaan Beldilck. Tapi lihat! Orang-orang malah memaki kita, dan tidak takut kalau pondasi kekuatan mereka hancur suatu hari nanti." Viola mencolek-colek pipi Bonbon, sebelum tamp4ran dari tangan tembem menghentikannya.
Dave yang mendengar keluhan dua teman didepan, hanya tersenyum kemudian menatap sang komandan.
"Kita tidak akan pulang. Markas utama batalion lima, akan dipindahkan ke planet ini," ucap Dave mendapat anggukan dari Leonore dan Viola ... sebelum dua orang ini sadar akan sesuatu.
"Tunggu! Apa? Markas kita akan dipindahkan kesini!?" Berdiri, Leonore menatap tidak percaya pada sang chief.
"Ya. Planet ini telah menjadi milik kita. Sesuai perjanjian," lanjut Dave lagi, lalu mengeluarkan sesuatu dari udara terbuka.
"WAAA ... CEMANA DEP BUAT NA? TINJUK (TUNJUK ) BONBON CEMANA BUAT, TINJUK BONBON CEMANA BUAT!!" Sikecil berniat turun dan pergi kesisi Dave. tapi sebelum itu, sepasang tangan kekar sudah menghentikan si gembul.
"Tetap disini, dan jangan pergi kemanapun," titah Belian, sebelum mengeluarkan lambang kecil dari ruang penyimpanan udara.
Mata Bonbon berbinar takjub memegang benda berbentuk elang itu, dan lupa sepenuhnya dengan kertas ditangan Dave.
"Posesif sekali," ucap Dave masih tersenyum pada sang komandan, sebelum menyerahkan kertas perjanjian pada Leonore.
Meskipun era antar bintang semua sudah serba virtual, dan jarang ditemukan kertas serta buku? Tapi, demi mengingat planet bumi purba ... beberapa orang masih mempertahankan cara lama dalam hal surat menyurat. Seperti angkatan militer, federasi, bangsawan, serta anggota kerajaan.
Bahkan beberapa rela mengeluarkan banyak koin bintang, guna membeli semua pengetahuan tentang planet pertama manusia, dan mengoleksinya dalam bentuk buku.
Tentu saja, helaian helaian putih bertinta ini tidak sama dengan kertas dari bumi. Bahan yang digunakan lebih unggul, tidak memudar, dan tahan panas serta api.
Terutama stempel, yang tidak bisa diduplikat ataupun manipulasi.
Intinya! dokumen yang dikeluarkan Dave, sudah terbukti kebenarannya ... dan apapun yang tertulis disana, itulah yang akan terjadi tanpa bisa diganggu gugat.
"Saya yang bertandatangan dan membubuhkan stempel antarbintang di bawah ini, menegaskan! Jika komandan batalion lima, Belian Lynks, berhasil membebaskan planet Sahara Calamitas dari mutan dan monster, maka ... planet itu akan menjadi miliknya. Tertera, jendral Vilamir. Devisi militer satu. Dan angkatan federasi tertinggi, William Hubert"
'Brakkk ....'
"Sial! Ini terlihat menggiurkan, tapi sebenarnya mereka sudah yakin kalau kita semua akan mati disini. Apa menurut mereka kita ini anak kecil? Dengan semua Monster dan mutan itu, siapa yang akan membayangkan kalau batalion lima mampu bertahan seminggu saja!?"
Leonore menggebrak meja karena marah. Dikatakan, batalion lima adalah tempat penampungan rakyat biasa dari planet sampah, yang merangkak keatas melalui posisi dalam militer. Karena itulah federasi harus bertindak tegas, agar mereka ingat posisi serta darah kotor yang mengalir dalam tubuh.
Cih! apa salahnya kalau mereka terlahir di keluarga biasa, ataupun orang-orang yang dibenci dalam keluarga? Semua prajurit batalion lima sudah membuktikan, kalau mereka tidak kalah dari didikan anak-anak bangsawan.
"Bukankah itu bagus. Kan sekarang, planet Sahara sudah bersih dari Monster dan Mutan. Jadi, planet ini sudah menjadi milik kita."
Berbeda dengan Leonore, Viola yang memiliki pemikiran terbuka malah tersenyum lebar karena puas.
Walaupun ini disebut bintang kemalangan! Selagi tidak ada monster dan mutan, planet ini sama saja dengan surga.
Menyadari hal ini, Leonore berhenti meremat dokumen, "kamu benar. Hahahaha ... rasakan itu pria tua. Sekarang kami memiliki planet yang lebih aman dari planet di bintang Lordgion." Leonore tertawa kemudian duduk dengan dada membusung.
"Haruskah kita berterimakasih pada mereka?" lanjut Leonore, menghembuskan nafas lega.
"Kita tidak perlu berterima kasih pada orang-orang picik itu. Yang harus kita beri terimakasih serta hadiah ... adalah Bonbon. Planet ini telah menjadi miliknya."
Leonore yang kembali ingin tertawa, segera menatap Dave ... yang saat ini tersenyum misterius.
"Huh, kenapa Bonbon? Bukankah perjanjian itu menyebutkan hadiah untuk komandan?" tanya Leonore tidak mengerti, begitupun Viola, yang kembali menjahili pipi tembem sikecil.
Dave tersenyum penuh makna, kemudian melihat kearah sang komandan yang hanya menatap datar, dan tidak berniat menghentikan apapun ucapan Dave.
"Kan, Bonbon yang memakan semua mutan dan monster di planet ini!" seru Dave sudah mengetahui tentang kekutan sikecil, setelah beberapa kali penyelidikan.
Leonore terdiam, dan Viola ... wanita itu tidak sadar kalau tangannya telah digigit oleh enam gigi susu.
"Haha ... candaan mu tidak lucu, chief," tawa kering Leonore, namun Dave tidak menanggapi lebih lanjut.
"Ini bohong kan?" tanya pria itu lagi, kali ini menatap Prizil serta sang komandan! Berusaha mencari pembenaran.
Tidak mungkin makluk seimut itu memakan monster. Meskipun Bonbon juga mutan, tapi dia hanya rumput yang bahkan tidak sanggup mengangkat gelas air!!
"Itu benar. Bonbon yang memakan semua mutan dan monster di planet ini, jadi ... Planet Sahara adalah miliknya," jawab Belian bagai sambaran petir disiang bolong.
"Kita tidak berhak sedikitpun. Tapi kita bisa menjaga Bonbon disini agar tidak dijangkau oleh orang-orang federasi, serta ... anggota kerajaan dan bangsawan."
To be Continue
Jangan lupa tekan like dan subscribe nya🫵 tinggalkan ulasan dan komentar, agar author semangat terus buat up. Jujur, author suka baca komentar kalian. Baik itu kritikan ataupun yang ngasih semangat! Terimakasih 🫶🫶😘
Free picture :
Bonbon
satu lagi ...
Babay 👋
.
Jejak-kaki 👣👣👣
minta upnya double dong Thor
kangen setelah mao-mao, bon-bon adalah penyemangat ku buka noveltoon ini khusus buat bon bon
😄😄😄