NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:974
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Jantung dari Bayangan Purba

Puncak Gunung Zenith terasa seperti puncak dunia. Di sana, di atas lautan awan, dengan Astrafang yang berdenyut lembut di tanganku, aku merasakan kekuatan yang nyaris tak terbatas. Kemenangan ini bukan hanya milikku, tapi milik kami semua. Setiap anggota party-ku telah memainkan peran mereka, menghadapi bahaya dan membuktikan keberanian mereka.

Perjalanan menuruni gunung terasa jauh lebih mudah. Monster-monster yang tadinya menjadi rintangan—para [Gargoyle Batu] dan [Elemental Angin]—kini tidak lebih dari sekadar gangguan. Satu tebasan ringan dari Astrafang sudah cukup untuk memurnikan mereka menjadi partikel cahaya. Bilah cahaya bintangnya yang memberikan kerusakan suci sangat efektif melawan makhluk-makhluk yang terbentuk dari sihir liar.

Saat kami akhirnya kembali ke stasiun pemadam kebakaran, suasana kemenangan memenuhi udara. Ryo menatap Astrafang dengan kekaguman seorang pengrajin yang melihat sebuah karya sempurna. Elara menganalisis aura legendarisnya dengan minat seorang sarjana. Tapi Anya... reaksinya yang paling murni. Ia hanya tersenyum lebar, matanya berbinar bangga. "Kau berhasil, Kenji-san! Kau benar-benar berhasil!"

Malam itu, kami merayakan. Sebuah perayaan sederhana dengan makanan kaleng terenak yang bisa kami temukan dan air murni. Tapi di tengah kehangatan itu, aku tahu kami tidak bisa berhenti. Momentum adalah kunci di dunia ini. Setiap detik kami berdiam diri, musuh-musuh kami di luar sana juga menjadi lebih kuat.

Setelah semua orang tenang, aku menatap Anya. "Aku telah mendapatkan senjataku. Ryo telah mendapatkan class-nya. Sekarang giliranmu."

Anya tampak terkejut. "Aku? Tapi... aku sudah punya busur dan belati ini. Aku sudah kuat."

"Kau bisa menjadi jauh lebih kuat," kataku. Aku memejamkan mata, mengakses perpustakaan di dalam kepalaku. [Ingatan Sempurna] menyajikan sebuah fragmen lore yang lain, sebuah cerita pengantar tidur yang diceritakan oleh seorang NPC Suku Kucing tua di sebuah perkemahan tersembunyi. Cerita tentang para pemburu legendaris.

"Di antara para Manusia Setengah Binatang," aku memulai, "ada sebuah legenda tentang sebuah klan elit. Para pemburu yang begitu menyatu dengan malam hingga mereka dikatakan bisa berjalan di atas bayangan dan menari di bawah cahaya bulan. Mereka disebut... [Lunar Strider]."

Aku menjelaskan pada mereka apa yang kuingat. Itu bukanlah class yang bisa kau pilih. Itu adalah sebuah evolusi, sebuah transformasi yang harus diraih. "Legenda itu mengatakan, untuk menjadi seorang Lunar Strider, seorang Scout dari suku binatang harus lulus sebuah ujian suci: memburu Bayangan Purba dan memakan jantungnya."

"Bayangan Purba?" ulang Elara, alisnya terangkat. "Itu adalah makhluk mitologis. Ayah dari semua predator. Dikatakan bahwa ia adalah bayangan pertama yang dilemparkan oleh bulan saat dunia diciptakan."

"Di dalam game, itu hanyalah sebuah legenda," kataku. "Tapi di dunia ini, legenda dan kenyataan adalah dua sisi dari koin yang sama. 'Jantung' itu kemungkinan besar adalah sebuah item evolusi yang nyata. [Jantung dari Bayangan Purba]. Dan jika Bayangan Purba adalah ayah dari semua predator, di mana lagi ia akan membuat sarangnya di kota ini... selain di tempat di mana semua predator dari dunia lama dikumpulkan?"

Mata Anya melebar saat ia menyadari maksudku. "Kebun Binatang Zenith."

Rencana kami terbentuk seketika. Misi Anya untuk evolusi kelas tersembunyinya. Ini bukan hanya tentang menjadi lebih kuat; ini adalah tentang menghubungkannya kembali dengan warisan legendaris rasnya, memberinya sebuah identitas yang lebih besar.

Keesokan harinya, kami berangkat. Kebun Binatang Zenith terletak di salah satu taman kota terbesar, dan dari kejauhan saja, kami sudah bisa melihat bahwa tempat itu telah berubah menjadi hutan belantara yang sesungguhnya. Gerbang besinya yang megah telah dirobek dari engselnya, dan tanaman-tanaman merambat setebal lengan meliliti patung-patung binatang di pintu masuk. Suara-suara yang datang dari dalam bukanlah suara binatang biasa, melainkan raungan dan pekikan yang telah dimutasi oleh mana.

"Tempat ini... liar," kata Ryo, perisainya terangkat.

"Anya, kau yang memimpin," kataku. "Gunakan [Indra Tajam]-mu. Lacak jejak predator terkuat di tempat ini."

Ini adalah perburuannya. Aku hanya akan menjadi pedangnya.

Anya mengangguk, matanya fokus. Ia menutup matanya sejenak, telinganya berkedut saat ia memilah-milah ratusan suara dan bau yang berbeda. "Ke arah sana," katanya setelah beberapa saat, menunjuk ke arah area primata. "Ada sesuatu yang besar... dan sangat marah."

Kami memasuki kebun binatang yang telah menjadi dungeon alam liar itu. Kandang-kandang telah hancur, menciptakan sebuah ekosistem yang kacau di mana para predator dari berbagai benua kini saling berburu. Kami diserang oleh sekawanan [Monyet Pengerik - Level 15], primata yang telah bermutasi dengan cakar panjang dan pekikan yang bisa membuat tuli.

Ryo, kini seorang tank yang percaya diri, menahan serbuan mereka dengan perisainya. Elara merapalkan [Nyanyian Ketenangan], meredam efek pekikan mereka. Aku dan Anya menjadi mesin pembunuh. Astrafang di tanganku bernyanyi, bilah cahaya bintangnya menebas para monster yang termutasi itu, kerusakan sucinya sangat efektif melawan makhluk yang telah 'dirusak' oleh mana liar.

Anya adalah bintang pertunjukan ini. Didukung oleh buff kelincahan dari Elara, ia bergerak seperti hantu, busurnya melepaskan anak panah perak yang selalu menemukan titik lemah musuh. Ia tidak lagi ragu-ragu. Ia adalah seorang predator yang sedang berburu.

Setelah membersihkan area primata, pelacakan Anya membawa kami ke kandang reptil. Sebuah ular sanca raksasa, kini seukuran bus, [Konstriktor Sisik Besi - Level 19], mencoba menyergap kami. Pertarungan itu singkat dan brutal. Dengan kekuatan gabungan kami, kami berhasil mengalahkannya.

"Jejaknya semakin kuat," kata Anya, menunjuk ke bekas cakaran besar di tanah. "Tiga cakar di depan... dan sesuatu yang menyeret di belakang. Seperti... seekor ular."

Jejak itu membawa kami semakin dalam, melewati kandang-kandang yang kosong dan hancur, hingga kami tiba di pusat kebun binatang: sebuah gua buatan yang luas dan dikelilingi oleh parit. Bekas kandang singa. Bau bayangan dan sihir gelap begitu pekat di sini hingga membuat udara terasa berat.

"Dia di dalam," bisik Anya.

Kami masuk dengan hati-hati. Gua itu gelap gulita, tetapi Astrafang di tanganku memancarkan cahaya lembut, menerangi pemandangan di dalam. Di tengah gua, meringkuk sesosok makhluk mimpi buruk.

Tubuhnya adalah tubuh singa raksasa, tetapi terbuat dari bayangan yang berputar-putar dan tidak padat. Dari punggungnya, tumbuh kepala kambing dengan mata merah menyala yang menghembuskan gas kehijauan beracun. Dan ekornya... adalah seekor ular kobra hitam pekat yang mendesis dan menjulurkan lidahnya yang bercabang.

[Chimera Bayangan - Level 23]

"Elara, [Nyanyian Titan] padaku, [Lagu Kelincahan] pada Anya!" perintahku seketika. "Ryo, perisaimu untuk Elara, awasi ekor ular itu! Jangan biarkan ia mendekati penyanyi kita! Aku akan hadapi kepala singa itu!" Aku menatap Anya. "Anya... ini ujianmu. Kepala kambing itu adalah sumber sihir bayangan dan racunnya. Itu targetmu. Bisakah kau melakukannya?"

Anya menatap monster mengerikan itu, lalu pada busur di tangannya, lalu padaku. Ia mengangguk dengan tekad yang membara. "Bisa."

Pertarungan itu adalah sebuah simfoni kekacauan yang terkoordinasi. Aku menerjang maju, Astrafang beradu dengan cakar bayangan Chimera. Setiap tebasanku yang mengandung kekuatan suci membuat makhluk itu menjerit kesakitan, bayangannya berdesis seperti air di atas api.

Di belakang, Ryo menjadi benteng yang sempurna. Ekor ular itu menyerangnya berulang kali, mencoba menyuntikkan racun, tetapi setiap serangan hanya menghantam perisai menaranya yang kokoh. Ia tidak goyah.

Sementara itu, Elara terus menyanyi, alunan melodinya menjadi detak jantung dari party kami, memperkuat serangan kami dan menyembuhkan luka-luka kecil yang kami terima.

Dan Anya... Anya menjadi angin puyuh. Diberkati dengan kecepatan yang tidak wajar, ia berlari di sepanjang dinding gua, melepaskan panah dari sudut-sudut yang mustahil. Kepala kambing itu terus-menerus menghembuskan gas beracun, tetapi Anya terlalu cepat, ia tidak pernah berada di satu tempat cukup lama untuk terperangkap. Ia menari-nari di tepi bahaya, setiap anak panahnya yang menusuk zirah menghantam targetnya.

Chimera itu, yang diserang dari tiga arah, menjadi semakin ganas. Ia mengabaikanku sejenak dan meraung, melepaskan gelombang energi bayangan yang membuat kami semua terdorong mundur.

"Jangan biarkan dia pulih!" teriakku.

Saat itulah Anya melihat celahnya. Saat Chimera itu meraung, kepala kambingnya terangkat, memperlihatkan lehernya yang tidak terlindungi. Anya berhenti berlari. Ia berdiri diam, menarik tali busurnya hingga batasnya, tiga anak panah perak sekaligus.

Ia melepaskannya. Tiga kilatan cahaya melesat dan menancap tepat di leher si kambing.

Makhluk itu menjerit dengan suara yang tidak berasal dari satu, melainkan tiga tenggorokan. Kepala kambing itu terkulai, dan sihir bayangan yang membentuk tubuhnya mulai goyah dan tidak stabil.

"SEKARANG!"

Aku menggunakan kesempatan itu. Aku menuangkan semua mana yang kumiliki ke dalam pedangku. "[Tebasan Bintang Jatuh]!"

Sebuah gelombang cahaya bintang yang menyilaukan melesat dari Astrafang, menebas Chimera itu secara horizontal. Untuk sesaat, hanya ada cahaya. Lalu, makhluk bayangan itu terbelah menjadi dua dan lenyap menjadi debu kegelapan.

Di tempatnya, tergeletak di lantai gua yang dingin, sebuah benda tunggal berdenyut dengan kegelapan yang pekat. Sebuah kristal hitam berbentuk seperti jantung. [Jantung dari Bayangan Purba].

Aku mengambilnya. Rasanya dingin saat disentuh, namun hidup. Aku berjalan ke arah Anya, yang masih terengah-engah, dan menyerahkannya padanya.

"Kau berhasil, Anya," kataku pelan. "Kau telah lulus ujianmu."

Anya menatap jantung kristal itu di tangannya, lalu padaku, matanya berkaca-kaca karena kelelahan dan kebanggaan. Ia telah menghadapi predator terkuat dan keluar sebagai pemenang. Ia telah membuktikan kelayakannya.

Sekarang, saatnya baginya untuk mengklaim hadiahnya.

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!