Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 10
HARI PERTAMA DI ARCHIPELAGO ATTAR
Bak dihantam sesuatu yang di dadanya. Kaira terdiam dengan mata terbuka lebar menatap lekat ke Kairo yang juga menatapnya tanpa cinta.
Wanita itu tersenyum kecil mencoba menepis semuanya. “Kau... Kau sedang berbohong kan. Pi-pion...”
Pria itu berbalik badan dan melangkah ringan ke arah balkon sambil berkata. “Kau akan tetap mendapat apa yang kau inginkan untuk kebutuhan mu di sini. Bersikaplah bahagia di hadapan orang lain, dan akan aku jelaskan tentang pernikahan ini.” Ujar Kairo dengan nada santai.
Sementara Kaira yang mendengarnya benar-benar merasa sesak hingga kedua matanya mulai berkaca-kaca saat pria itu berbalik menatapnya. “Ini memang menyakitkan, tapi inilah kenyataan nya.”
“Kau datang kepadaku dan memintaku kepada ibuku. Kau datang dengan senyuman ramah yang hampir memanipulasi siapapun yang melihatnya, bahkan diriku!” kata Kaira sembari tersenyum miris hingga air matanya tak terbendung lagi.
“Kenapa aku?” tanya nya dengan nada lirih penuh ketidak percayaan menatap ke suaminya.
“Karena kau sangat menyukai keluarga Archipelago Attar. Dan kau sangat lugu.” Jawab Kairo yang seketika berjalan melewatinya dan keluar dari kamar tersebut.
Napas Kaira tersengal-sengal, ia memegangi dadanya yang benar-benar sesak di malam pertamanya. Wanita itu bahkan membuka bibirnya agar mendapat selah oksigen. Hingga air matanya menetes dan tangisnya pecah di ruangan yang hening dan dingin.
Sungguh! Dia tidak menduga bahwa pikiran positif nya benar-benar salah besar. Ia tak pernah berpikir bahwa manusia bisa berubah kapan saja demi keuntungan mereka masing-masing.
Sambil berjalan tertitah, Kaira menatap dirinya di cermin. Sangat menyedihkan di hari pertama pernikahan, gaun indah yang tak bisa menutupi kesedihannya saat ini.
...***...
Seperti tak ada kehidupan di malam hari untuk keesokan harinya. Archipelago Attar terlihat kaya seperti sebelumnya. Bangunan mewah itu terlihat penuh dengan para pelayan yang sibuk bekerja.
“Tanda tangani surat ini dan semuanya akan menjadi milikmu.” Kata Raziq yang saat ini berada di ruangan pribadi milik Sultan Wijaya bersama Kairo.
Cahaya matahari masuk lewat celah jendela yang tertutup, sehingga ruangan terlihat samar-samar.
Pria berkemeja hitam itu menatap surat berwarna cokelat tersebut di atas meja. Ada pena tergeletak disamping kertas itu. Sejenak, Kairo menatap ke arah Raziq yang masih menatap lurus.
Ada sesuatu yang mengganjal dalam benak Kairo hingga pria itu kembali berdiri tegap, meletakkan kembali pena tersebut dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
“Aku menolaknya.” Kata Kairo yang mengejutkan Raziq hingga berkerut alis.
“Kau tahu dengan apa yang kau katakan?” tegas pria tua itu kepada keponakannya.
“Ya.” Balas Kairo dengan tatapan santai. Namun tidak dengan Raziq yang nampak marah.
“Ayahmu sudah menyerahkan dan percaya sepenuhnya kepadamu.”
“Aku tahu. Tapi ada sesuatu yang harus aku selesaikan dan lebih penting dari menandatangani surat itu.” Jelas Kairo yang malah membuat Raziq penasaran.
Keduanya saling beradu pandang. Hingga Raziq yang menatap penuh ketegasan, kini mulai melunak. “Baiklah. Jika kau menolak, maka warisan akan diserahkan ke orang lain.”
Kairo tersenyum kecil dan kembali menatap pamannya. “Apa itu bisa? Maksudku... Tidak ada yang bisa mengganti keputusan Sultan Wijaya, itu sudah tertulis di peraturan Archipelago Attar. Ku harap paman tidak melupakannya.” Jelas Kairo.
“Aku tidak akan membiarkan Archipelago Attar tanpa pemimpin, Kairo!” tegas pria itu dengan nada yang sedikit tinggi.
“Kalau begitu biarkan Archipelago Attar memilih pewaris nya sendiri. Kau bisa mempertahankan nya bukan.”
Tak bisa berkata-kata apalagi menolak. Raziq hanya diam menatap Kairo yang kini berpikir lebih bijak dan lebih. Ucapan Kairo menunjukkan bahwa dia harus mempertahankan Archipelago Attar sampai waktu yang ditentukan, bukan mengganti pewarisnya.
Dan itu akan semakin rumit serta sulit.
“Aku percayakan semuanya kepadamu, Paman.” Kata Kairo yang melenggang pergi dari ruangan tersebut, karena dia harus ke perusahaan Attar— tentu saja untuk bekerja, karena dia manager di sana. Dan Caesar yang berada di posisi direktur utama.
Namun Kairo sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, karena sejak awal tujuannya hanya ingin mengembangkan bisnis keluarga.
Sementara di dalam kamar, Kaira masih diam dengan gaun yang sama. Ia merenung mencoba mencerna ucapan Kairo semalam. Sebisa mungkin dia mengelak pikiran negatif nya hingga bernapas berat.
“Mungkin dia lelah? Mungkin hari ini menjadi yang lebih baik!” gumam Kaira mencoba menghibur dirinya sendiri dan mulai bangkit dari ranjang.
Dengan senyuman penuh percaya diri, dia segera membersihkan diri.
Selang beberapa menit kemudian, Kaira keluar dari kamar saat ia sudah berpenampilan rapi. Menggunakan kebaya modern namun tertutup berwarna putih, serta rambut yang ditata rapi.
-‘Aku harus apa?’ batin Kaira yang nampak kebingungan saat dia berjalan pelan menulusuri lorong mansion yang dijaga oleh pelayan wanita.
“Kakak Kaira!” panggil Lela yang berlari kecil menghampiri Kaira yang saat itu menoleh dan tersenyum canggung.
“Hahh... Syukurlah kau sudah bangun! Aku perlu bantuan mu. Oh, namaku Lela Archipelago Attar. Aku anak ketiga dari Sultan Wijaya!”
“Aku sudah tahu!” balas Kaira tersenyum kecil sehingga Lela ikut tersenyum dan tak percaya jika Kaira sudah tahu.
“Kau sangat cantik, pasti kak Kairo melayani mu dengan sangat baik!” kata Lela Dnegan polos sembari sibuk mengeluarkan sesuatu dari ranselnya.
Sedangkan Kaira terdiam saat gadis tadi mengatakan hal yang jauh dari bayangannya.
“Ini! Tolong isi ini setelah itu berikan padaku nanti. Jika kau setuju, besok kita akan pergi bersama atau... Mereka yang akan kesini, tapi tolong mintalah izin kepada paman Raziq atau kak Kairo, aku tidak berani.” Pinta Lela dengan sangat memohon.
Kaira menerima kertas pink itu dan menatapnya sekilas, sebelum akhirnya dia menatap balik ke gadis cantik dengan rambut tergelung dan pakaian modern, bukan kebaya karena Lela akan pergi ke sekolah.
“I-iya. Aku akan usahakan.”
“Baiklah, terima kasih! Tapi tolong usahakan, jika perlu, paksa kak Kairo agar memberikan izin dan bicara kepada paman Raziq atau ibuku! Bye!”
Belum sempat mengatakan sesuatu lagi, Lela sudah pergi dan sekilas menyentuh tangan Kaira.
Sementara wanita berkebaya putih itu hanya diam menatap kepergian gadis tadi.
“Sekarang aku harus apa? Hfffuuu.... Ini tidak semudah yang kubayangkan.” Gumamnya yang kembali ke kamar untuk mengisi pertanyaan di kertas pink Lela.
Dengan pasrah, Kaira duduk santai di balkon kamarnya sembari mulai mengisi di kertas pink dengan tenang dan tak sesekali dia tersenyum kecil membacanya. Ya, setidaknya itu menghibur hatinya yang sedang kacau.
Jbrett!!!
Hingga sebuah pintu kamar dibuka mendadak dan membuat Kaira sontak berdiri dan keluar dari balkon untuk melihat seseorang yang datang ke kamarnya.
“Selamat pagi Nyonya Kalindi!” sapa Kaira dengan senyuman lebar saat dia tahu Kalindi datang ke kamarnya.
Dengan wajah sedikit mendongak penuh wibawa. Kalindi memperhatikan suasana di kamar Kairo hingga mengamati penampilan Kaira.
“Anda... Butuh sesuatu?!” tawar Kaira yang masih tersenyum.
“Tentu, itu sebabnya aku datang. Pergilah ke dapur dan buatkan aku makanan, aku ingin mencicipi masakan dari menantu baru Archipelago Attar. Aku tidak suka menunggu.” Pinta Kalindi dengan santai tapi menyebalkan.
Trus u Kaira jg dibiat menye2 lah karakternya. Calon istri sultan harus badas dan cerdik bukan malah senyum2 sendiri blm2 bayangin anak sultan
apakah kalindi memenjarakan seseorang..
jd musuh yg sebenarnya kalindi & raziq anggota keraja,an sendirikah???
kaira mencari tahu krn merasa di sudutkan oleh kelg suaminya & bahkan suami nya jg menyuruh nya mencari dalang kematian ibu nya ..
kaira itu sebenarnya tegas & pemberani..
cuman dia kesal karena merasa kairo memanfa,atkan nya 🙂🤣😂😍🫢🤭
isi amlop nya masih teka-teki yah guys 🤣😄
apakah kairo tahu klu caesar itu anak raziq..