Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sesekali William merapikan dasinya yang sedikit miring, lalu mengambil ponselnya. Wajahnya terlihat serius saat menelepon pihak KUA yang sejak semalam sudah ia instruksikan untuk mempersiapkan segalanya dengan cepat.
“Ya, saya ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Bagus. Jadi akad nikah bisa dilaksanakan beberapa jam lagi, bukan? Baik, saya akan pastikan mempelai wanitanya siap.” ucap William dengan suara tegas namun tenang.
Senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Semua berjalan seperti yang ia inginkan—cepat, tepat, dan tak ada celah untuk keraguan. Uang dan koneksinya membuat seluruh proses yang biasanya memakan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan bisa selesai dalam hitungan jam saja.
William meletakkan kembali ponselnya di meja, lalu bersandar di sofa dengan tenang. Pandangannya tidak henti hentinya terarah ke arah tangga, seolah menunggu sosok yang kini tengah bersiap siap di kamarnya. Ada semacam kegelisahan yang samar di balik ketenangan wajah William—sebuah harapan bahwa ketika Safeea turun nanti, gadis itu benar-benar akan menjadi miliknya, seutuhnya.
Suara sepatu hak tinggi yang menuruni anak tangga terdengar di telinga William. William yang semula duduk tenang langsung menolehkan kepalanya, matanya sontak membulat saat melihat sosok yang ia tunggu akhirnya muncul.
Di sana, Safeea tampak berjalan perlahan menuruni anak tangga dengan gaun pengantin putih yang semalam ia pilihkan untuknya. Gaun pengantin itu berkilau lembut saat diterpa cahaya matahari yang masuk dari jendela dan membuatnya terlihat bagaikan bidadari yang turun dari kayangan. Setiap langkahnya begitu hati-hati, namun justru menambah pesona anggun yang melekat pada dirinya.
Tanpa sadar, William segera berdiri dari kursi sofanya. Tubuhnya terlihat tegap, namun sorot matanya sama sekali tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Safeea. Untuk sesaat, William bahkan lupa cara untuk bernapas, seolah seluruh dunia berhenti bergerak hanya untuk mengagumi Safeea seorang.
Senyum tipis penuh kekaguman akhirnya merekah di bibir William.
"Sempurna."
Safeea yang menyadari tatapan itu langsung menunduk dengan wajah memerah. Raut wajahnya dipenuhi rasa malu, pipinya bersemu, dan jemari tangannya yang menggenggam buket bunga tampak sedikit bergetar. Ia berhenti tepat di hadapan William, tak berani mengangkat kepalanya karena tatapan pria itu begitu dalam dan membuatnya semakin gugup.
Saat mengagumi penampilan Safeea, tanpa sengaja pandangan William menangkap kulit yang ada di sekitar leher Safeea memerah karena ciumannya kemarin malam. Melihat hal itu William pun segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung berlian untuk dipasangkan ke leher Safeea.
William berharap kalung itu akan mampu menyamarkan kulit Safeea yang memerah karena ciuman yang ia berikan kepada gadis itu kemarin malam.
"Aku sudah bertanya kepada pihak KUA, mereka memberitahuku kalau kita bisa melaksanakan pernikahan kita pagi ini. Dan kalau kau sudah siap, kita bisa berangkat sekarang." ucap William yang tatapannya tidak pernah lepas dari Safeea.
"Iya pak, saya sudah siap." ucap Safeea dengan singkat.
Tanpa membuang waktu, William pun segera mengambil tangan Safeea untuk ia taruh di lengannya dan membimbing gadis itu pelan pelan ke mobil yang sudah terparkir di halaman rumah.
Di sepanjang perjalanan menuju ke KUA, Safeea merasakan jantungnya tidak henti hentinya berdegup kencang saat mengetahui kenyataan dirinya akan dipersunting oleh William tak lama lagi. Bahkan karena rasa deg degan itu, Safeea merasakan kedua tangannya sedikit dingin.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.