NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu / Tamat
Popularitas:804.5k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata

Selesai memberikan ASI kepada Tuan Kecil, Amira langsung diminta menghadap Pak Genta di ruangannya. Langkahnya menuju ruang Pak Genta terasa berat, diiringi tatapan skeptis dari para pekerja lain. Di balik lirikan mata mereka, terucap satu kalimat serempak: Bagaimana bisa Amira sampai melakukan kesalahan sebesar itu?

Sesampainya di depan pintu yang tertutup rapat, ia mengetuk pelan. Suara dari dalam menyuruhnya masuk.

Pak Genta duduk di kursinya langsung berdiri menyambut kedatangan Amira. Tatapannya datar, tidak memberi ruang sedikit pun untuk senyum basa-basi.

"Apakah Nona tahu kenapa saya memanggil anda ke sini?"

Amira mengangguk ragu. "Karena… Tuan Kecil menangis cukup lama tadi siang."

"Dan apakah Nona juga tahu, mengapa Tuan Kecil sampai menangis seperti itu?"

Amira terdiam sesaat. Ia yakin sudah meninggalkan ASI yang cukup di kulkas sebelum keluar. Tidak mungkin karena kelaparan, kan?

"Karena… mungkin haus, Pak. Tapi saya pastikan stok ASI sudah saya siapkan sebelum saya pergi."

"Nyatanya, tidak ada. Persediaan kosong. Nona tahu kenapa bisa kosong?" tanya Pak Genta, nadanya mengandung tekanan.

Amira menggeleng pelan, wajahnya bingung. "Saya tidak tahu, Pak. Tapi saya benar-benar sudah menaruhnya di sana. Bahkan saya sudah pastikan sebelum pergi, masih ada. Maaf sebelumnya kalau saya lancan, tapi, apakah saya boleh melihat rekaman CCTV yang mengarah ke lemari pendingin?"

Pak Genta mengangkat alis. "Itu permintaan yang cukup riskan. Tidak sembarang orang bisa mengakses rekaman kami. Tapi… karena ini menyangkut kenyamanan dan keselamatan Tuan Kecil, saya akan buat pengecualian."

Tanpa menunggu respon, ia meraih remote kecil dan menyalakan layar monitor. Beberapa detik kemudian, rekaman pagi hari diputar. Kamera memperlihatkan ruangan pantry, lemari pendingin khusus, dan seorang staf wanita yang masuk sambil membawa nampan kecil. Ia membuka kulkas, mengambil botol-botol ASI, lalu dengan gerakan biasa saja, ia membuangnya ke dalam tempat sampah khusus limbah makanan.

Amira terkesiap. "Lho… kok dibuang? Tapi dia nggak kelihatan seperti mencuri atau menyabotase. Kayaknya memang dia pikir itu harus dibuang." Amira bergumam, jelas terdengar oleh Pak Genta.

Amira menoleh ke arah Pak Genta, tatapannya penuh tanda tanya. Yang ditatap menatap balik, seperti sudah menduga reaksi itu. "Pekerja yang membuang susu itu sudah saya interogasi, tapi saya minta dia hadir kembali, biar Nona bisa dengar langsung penjelasannya."

Tak lama setelah itu, terdengar ketukan di pintu.

"Masuk."

Pintu terbuka, dan muncullah staf wanita yang tadi terekam di CCTV. Pak Genta memberi isyarat agar ia duduk, lalu mulai bertanya.

"Silakan dijelaskan lagi, mengapa kamu membuang susu yang ada di lemari pendingin pagi tadi?"

Staf perempuan itu menunduk hormat sebelum menjawab. "Karena di label botol tertulis tanggal 9, Pak. Hari ini tanggal 10. Saya hanya menjalankan tugas. Membersihkan, memeriksa, menyortir, dan membuang stok yang sudah melewati tanggal. Itu sudah prosedurnya."

Pak Genta melanjutkan tanya. "Apa kamu punya buktinya?"

"Ada, Pak. Ini label yang saya copot sebelum dibuang." Ia mengeluarkan selembar label kecil dari kantong seragamnya dan menyerahkannya ke Pak Genta.

Pak Genta meneliti label itu sejenak, lalu menggesernya ke arah Amira. "Nona Amira, apakah bisa dipastikan bahwa ini tulisan Anda?”

Amira mengambil label itu. Tulisan tangan tersebut jelas itu tulisannya. Tak ada bekas coretan, tak ada koreksi.

"Iya, Pak. Itu tulisan saya" jawabnya lirih.

Pak Genta menyandarkan punggung ke kursi. "Berarti, jelas sudah duduk perkaranya. Kesalahan ini berawal dari penulisan tanggal yang tidak akurat."

Amira tercekat. Seketika pikirannya melayang ke pagi itu, saat ia menyiapkan botol lalu menulis label. Ia ingat, saat menulis tanggal, Fitri datang menghampiri, membicarakan soal konser yang katanya diadakan tanggal 9. Saat itu ia masih menulis, dan sejenak, otaknya memproses suara Fitri bersamaan dengan tangannya yang mencatat.

Sekarang ia sadar. Tanggal di label itu bukan tanggal konsumsi ASI, tapi tanggal yang meluncur dari mulut Fitri. Kadang-kadang otak suka begitu kalau menulis sambil mengobrol.

"Saya ingat sekarang. Saya menulis label itu sambil ngobrol dengan Fitri. Dia cerita soal konser tanggal 9. Mungkin saya tanpa sadar menulis tanggal itu. Saya minta maaf, Pak. Itu benar-benar keteledoran saya."

"Kesalahan ini mungkin terlihat sepele, hanya soal salah menulis. Tapi dampaknya bisa besar. Tuan Kecil bisa sakit hanya karena human error. Lain kali, pastikan fokus. Jangan campuri kerja dengan obrolan yang tidak perlu."

Amira menunduk dalam. Ia tidak bisa membela diri. Semua memang salahnya yang tidak fokus saat bekerja. Lain kali dia akan berhenti menulis ketika ada yang mengajaknya bicara. Jika mengenai pekerjaan maka akan dia jawab, diluar itu, Amira bakal menasehati untuk tidak mengobrol hal-hal tidak penting di jam kerja.

...*****...

Selesai dari ruangan Pak Genta, usai membahas insiden ASI yang terbuang, Amira kembali menjalankan tugasnya seperti biasa. Meski dijatuhi hukuman--begitu juga Fitri--Amira menerimanya dengan lapang dada. Ia menyadari memang ada unsur kelalaiannya sendiri.

Hari-hari berikutnya berjalan tanpa konflik. Tak ada saling menyalahkan antara dirinya dan Fitri. Bahkan hubungan mereka tetap terlihat profesional. Kadang saling menyapa, kadang berbincang ringan, tidak ada ketegangan sedikit pun.

Suatu waktu, Amira tengah berjalan, melihat Fitri sedang kerepotan dengan troli perlengkapan bayi yang salah satu rodanya macet. Fitri tampak kesulitan mendorongnya masuk ke ruang steril. Tanpa pikir panjang, Amira mendekat dan membantu.

"Eh ya ampun, Kak Amira, nggak usah repot-repot begini, aku bisa kok."

"Nggak apa-apa, Mbak Fitri. Lagi kosong juga jam kerja saya. Lagian, kita harus saling bantu, iya nggak?" jawab Amira sambil tersenyum tulus.

Fitri terdiam sejenak. Tatapannya jatuh pada wajah Amira yang penuh ketulusan. Hatinya seperti dipelintir. Amira yang seharusnya membencinya, malah tetap memperlakukannya dengan baik.

Fitri menarik napas dalam. Di balik kebaikan Amira, hatinya berkecamuk antara rasa sesal, malu, dan juga kecewa. Malu pada Amira, dan kecewa pada Mia. Seseorang yang ia kira akan jadi rekan sejiwa ternyata menusuk dari belakang. Fitri sangat menyesal karena sudah berharap pada manusia. Ternyata Mia tak se-solid yang ia kira.

Akhirnya, setelah pertimbangan panjang, Fitri memberanikan diri membuka suara.

"Kak, ada yang mau aku omongin. Tapi kakak cukup tahu aja, ya. Jangan bilang siapa-siapa dulu."

Amira penasaran. "Apa itu, Mbak?"

"Sebenarnya, waktu kamu nulis label di botol yang tempo hari jadi masalah, aku bicara kesana-kemari dengan menyebut-nyebut angka bertujuan untuk mempengaruhi daya fokus Kakak biar salah nulis. Nggak nyangka ternyata cara itu berhasil."

"Apa? Jadi kamu sengaja ngelakuin itu? Untuk apa Mbak Fitri? Saya salah apa sama kamu Mbak?"

Fitri menggeleng rusuh. "Aku cuma diminta seseorang Kak. Dan aku nyesel udah percaya sama dia."

"Siapa orangnya?"

"Mia."

Dengan berapi-api, Amira siap mendatangi Mia. Dia seolah lupa dengan pesan Fitri yang cukup tahu saja, jangan bilang siapa-siapa dulu. Nyatanya Amira malah mau langsung melabrak Mia.

.

.

Bersambung.

1
Syifa Azhar
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/ astaganaga lamaran model apa nih??/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Kartika Dewi
Luar biasa
Zenun: terimakasih
total 1 replies
Syifa Azhar
cemburu yang bikin runyam ya pak buana/Joyful//Joyful//Joyful/
Syifa Azhar
eling Arga eling itu foto jadul pas Amira masih istri Ardi,makanya buana berani naruh hati sama Amira dan mau nunggu jandanya,tp mau gimana lagi habis jadi janda malah jadi incaran bos sendiri. nasi. buana sungguh sial/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
mau di bikin sup katanya/Joyful//Joyful//Joyful/
wadau mau ngapain pakai bawa-bawa pistol??/Silent/
Slamet Riyadi
sepertinya menarik thor/Pray//Good//Good/
Zenun: selamat membaca👍
total 1 replies
Syifa Azhar
gimana ceritanya tikus perkosa kamu sinta, ada-ada saja/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ya begitulah 😄
total 1 replies
Syifa Azhar
karma yang tidak semanis kurma/Grin//Grin/
Zenun: iya betul
total 1 replies
Syifa Azhar
iyaaaaa ternyata oh ternyata Arga di balik keretakan rumah tangga Amira secara tidak langsung/Joyful//Joyful//Joyful/
tp bagus lah setidaknya Amira gak perlu lama-lama sama keluarga toxic itu
Zenun: iya hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
makin penasaran,apa maksudnya Arga bilang yang dialami Amira adalah yang di inginkan Gladys??
apa Gladys meninggal setelah melahirkan tuan kecil dan meminta supaya Almira yang merawat anaknya??
Jajuk Triagustin
kuapokmu kapan ,rasakno koen.
Syifa Azhar
wih jangan-jangan Amira sering jadi bahan gosip di keluarga tuan Arga kalau dia pantas jadi kandidat ibu tuan kecil/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
mety
wkwkwkw Amira Amira......diriku tak bisa komen dah
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
eeeaaaaa....dari ibu susu jadi ibu untuk anak ku/Joyful//Joyful//Joyful/
langsung naik jabatan jadi istri tuan rumah/Grin//Grin/
Zenun: uhuuuuy
total 1 replies
Syifa Azhar
good Lisa jangan mau jadi korban kedua dari keluarga toxic itu,kalau perlu jangan cuma barang-barang aja yang kamu angkut tp sekalian kamu tendang yang punya barang,dah rumah tangga sendiri-sendiri kok masih suka numpang
Zenun: iya ya kak
total 1 replies
Syifa Azhar
bagus Amira langsung kasih paham sama Mia biar gak makin besar kepala
Syifa Azhar
wih di bibi lihat ngak tuh Amira di jemput mobil bagus pakai bodyguard lagi,bisa kejang-kejang tu kalau sampai tau Amira bisa tinggal dirumah orang tajir melintir/Joyful//Joyful/
Zenun: hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
satu kata untuk Ardi,kuapok....
kalau sudah tiada baru terasa,
bagi Amira kamu cuma batu kali gak ada harganya,jadi lbh baik hidup sendiri demi kewarasan dari pada punya suami dan keluarga cuma keluarga toxic
Zenun: betul kak
total 1 replies
Syifa Azhar
waduh mas mas nya ganteng sekali/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Rajo kaciak
singkat padat mantap deh
Zenun: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!