Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negosiasi
Saat hendak pulang, handphone Kinara berdering. "Halo Bu," sapanya. "Kinara, Ibu mau cerita soal bapak mu waktu itu. Joy sudah cerita sama ibu. Ternyata yang dibicarakan paman tua soal kamu nak." Kinara terhenyak. "Maksudnya Bu?" Kinara masih bingung, "Kamu tahu kan paman tua itu punya keponakan dari keluarga Bibi tua mu. Mereka juragan ayam di desa, keluarga mereka memang termasuk kaya dikalangan warga desa, dia mencarikan calon istri untuk keponakannya itu. Paman tua datang ke rumah untuk menawarkan keponakannya padamu." Kinara merasa lemas. Kenapa ada lagi penjodohan di keluarganya. Bapaknya paling tidak suka dengan kebiasaan seperti itu.
"Pantas saja bapak jadi kepikiran Bu, pasti bapak bingung menyampaikannya pada ku." Terdengar suara helaan nafas ibunya. "Iya bapakmu juga bingung bagaimana menolak paman tua. Kira-kira bagaimana Kin mengatasinya?" Kinara terdiam nampak berpikir, "Bu, bagaimana kalau paman tua menemuiku langsung ke Jayra supaya tidak membuat bapak tambah sakit. Ibu bisa pakai alasan kondisi kesehatan bapak untuk mengarahkan paman tua bertemu denganku." Helen nampak berpikir, "Baiklah nanti coba ibu hubungi paman tua, tapi bagaimana kamu menyelesaikan nya?" Helen nampak khawatir. "Tenang saja yang penting ibu bilang ke bapak, Kinara yang atasi bapak jangan kepikiran lagi." Helen akhirnya mempercayakan pada Kinara dan mengakhiri telponnya.
Kinara berjalan keluar kantor menuju halte bus. Ayu sudah pulang duluan karena dijemput. Kinara yang terakhir keluar karena pekerjaannya bertambah setelah kasus Aldo dan Kamelia ramai jadi sorotan publik. Saat keluar dari pintu lift samar suara seorang perempuan yang sedang mengancam seseorang. Kinara mencoba mendekati suara itu. "Kamu pokoknya harus upload video itu, kalau tidak jangan harap kamu bisa bertahan dikantor ini besok. Kamu mengerti?" ancam wanita itu. Kinara merasa ini sebuah hal besar, dia mengambil handphonenya untuk merekam.
"Tapi Bu, saya ga bermaksud membuat masalah ini semakin rumit. Jelas-jelas pak Aldo Sudah membuat klarifikasi, seharusnya akan mengancam saya juga nantinya meski video itu tidak saya sebarkan. Lagipula saya tidak punya masalah dengan kak Kinara kenapa saya harus membuat ia juga kena imbasnya?" Kinara merasa mengenali suara ini. 'Seperti suara arya' benaknya. "Aku sudah ingatkan kamu, aku tunggu malam ini juga. kalau masih belum ada, aku akan siapkan surat pemutusan kontrak kerjanya besok."
Perempuan itu pergi menjauh. Untung saja Kinara bersembunyi ditempat yang tak diketahui perempuan itu hingga mereka tidak saling bertemu. Kinara menghampiri Arya yang nampak pucat, "Arya," panggil nya. "Kak Kinara " Kinara menghampiri Arya. "Video apa yang diminta perempuan tadi?" Arya tertunduk merasa bersalah, "Ini kak." Arya memperlihatkan video pada Kinara. "Ya ampun Arya kenapa kamu main-main dengan ini?" tanyanya sambil terkejut. "Maaf ka, sebenarnya aku merekamnya supaya punya senjata kalau Kakak memaksa aku mentraktir mu." Kinara menghela nafas, dari video inilah foto itu diambil dan disebar sebagai alat Kamelia untuk menekan Aldo dan dirinya.
"Siapa lagi yang tahu selain kamu dan perempuan tadi?" Arya tertunduk, "Kak Ayu." Kinara menatap Arya dengan tajam, 'Kenapa ayu diam saja?' benaknya. "Apa kamu memberikan video itu pada perempuan tadi?" Arya Menggeleng, "Hanya ada di handphone ku kak, foto dan Berita itu aku juga yang dipaksa menyebarkan. Maafkan aku kak." Kinara merasa kacau, "Baiklah aku ingin kamu mengirimkannya kepadaku, lalu hapus dari handphonemu, Aku pastikan melaporkan Perempuan tadi ke pak Lucky. Aku jamin posisi kamu akan aman," ujar Kinara. Arya mengangguk patuh, lalu mengirimkan video itu ke nomer Kinara dan menghapus semua salinan dan video utamanya dari handphone nya.
"Apa perempuan tadi Kamelia?" Arya mengangguk. Kinara sudah menebaknya. "Baiklah sebaiknya kamu pulang, besok akan aku urus. " Arya mengangguk lalu pergi dengan patuh. Kinara berjalan dengan gontai menuju halte. Busnya akhirnya datang dan Kinara duduk dengan lelah dikursi paling belakang.
Aldo sudah sampai dirumah 1 jam lalu. Ia sempat mampir ke swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan untuk stock di kulkas dan juga kue ikan kesenangan Kinara. Ia mencatat semua hal yang disukai Kinara setelah berhasil memaksa Sheila untuk bercerita. "Kinara itu suka perhatian -perhatian kecil, misalnya kamu memasakkan makanan untuknya, membelikan kue kesukaannya, membantu nya mengerjakan pekerjaan rumah, atau sekedar mendengarkan ceritanya. Aku yakin dia akan membuka hati untukmu." perkataan Sheila terngiang dikepala Aldo. "Kinara itu orangnya sederhana, mungkin karena dia tulang punggung keluarga nya dan sering menahan diri dari keinginan nya sendiri dia jadi lebih sederhana untuk mencari kebahagiaan dan rasa syukur. Makanya bagi Kinara ketulusan itu hal penting." tambah Sheila.
"Tilulit..cekrek" suara pintu dibuka membuyarkan lamunan Aldo. Dia sudah menyiapkan makan malam diruang tengah. Ia duduk disana menunggu Kinara pulang. Kinara masuk tanpa salam, langsung ke kamarnya. Aldo merasa heran, 'Tidak seperti biasanya Kinara seperti itu. Apa dia sedang tidak sehat?' benaknya. Aldo cukup lama menunggu Kinara keluar dari kamarnya. "Toktoktok..Kinara ayo makan malam," panggilnya. "Toktoktok." Aldo terus mengetuk pintu kamarnya. Kinara terbangun, ia terlelap sebentar karena terlalu lelah. Ia bangun menuju kamar mandi. Aldo tak lagi mengetuk ia takut Kinara makin gusar karena diganggu.
Kinara akhirnya keluar kamar setelah berganti pakaian dan mencuci muka. "Kamu sudah siapkan makan malam?" Aldo terkejut mendengar Kinara, "Iya, ayo kita makan." Kinara duduk dengan patuh. "Makanlah kuenya aku beli memang untukmu," ujar Aldo dengan wajah sumringah. "Terima kasih." hanya ucapan singkat dari mulut Kinara. "Apa banyak hal yang mengganggu pikiranmu?" tanya Aldo sambil mengambilkan nasi ke piring Kinara. Kinara mengangguk. "Maaf kalau masalahku jadi membuatmu terlibat, aku sudah mengusahakannya."
Kinara teringat soal Arya, "Apa benar kamu mencari pelaku penyebar foto itu?" Aldo menatap Kinara, "Iya, aku sudah menghubungi orang profesional untuk mencari tahu ip pengirimnya." Kinara lalu ke kamarnya mengambil handphone. Ia memutar video rekaman ancaman Kamelia pada Arya. "Aku sudah curiga ini pasti ulahnya. Arya ini bukannya rekan sekantor mu yang tinggal diperumahan ini juga?" Kinara mengangguk. Kinara lalu memperlihat kan rekaman Arya saat perdebatan Kamelia dengan Aldo di basement termasuk saat Aldo mencium Kinara. "Rupanya dia disana waktu itu dan merekam semuanya," ujar Kinara sambil menghabiskan kuenya. "Untuk apa dia merekamnya?" Kinara menatap Aldo, "Dia sudah berjanji akan merahasiakan hubungan kita yang sebenarnya, tapi kalau sampai ada yang tahu dia harus mentraktirku selama sebulan. Jadi dia merekam itu untuk mengancam ku supaya tidak memaksanya mentraktir. Malah dia yang diancam. Tapi aku sudah minta dia hapus semua rekaman termasuk salinan. Aku janji akan bantu dia untuk melaporkan pengancaman itu pada pimpinan." Aldo merasa lega.
"Oh ya aku sepertinya butuh bantuanmu, ini soal keluarga ku." Aldo merasa tertarik untuk mendengar, "Soal apa?" Kinara memperbaiki duduknya. "Pamanku ke rumah menemui orangtuaku dan memintaku untuk menikah dengan keponakan istrinya. Bapakku tidak suka model penjodohan seperti itu, selain itu aku juga anak yang dia banggakan berhasil menjadi perempuan karier yang berbeda dengan kebiasaan anak perempuan dikalangan keluarga bapakku yang lain yang tidak disekolahkan tinggi oleh keluarga nya. Karena bapakku kesulitan menolak akhirnya bapak ngdrop akibat stress. Jadi, aku minta ibuku sampaikan ke pamanku untuk bertemu aku disini ,biar aku yang selesaikan sendiri. Nah aku butuh kamu untuk jadi pacar bohongan ku. Kamu bisa bantu?"
Aldo tertawa, "Kinara..Kinara..aku justru menawarimu jadi pacar beneran kamu malah minta aku jadi pacar bohonganmu. Kamu masih belum yakin sama aku? Coba cerita, masalahku dimana sampai kamu harus begitu lama mempertimbangkan?" Kinara menghela nafas, "Aku pikir kamu terlalu terburu-buru memilihku, kita baru dekat beberapa Minggu masa iya kamu sudah mantap begitu saja minta aku jadi pacarmu. Jadi kupikir kamu cuma anggap aku pelarian aja. Sama halnya kamu minta aku jadi alat untuk menolak tawaran-tawaran itu. Wajar dong aku jadi ragu. Apalagi aku tahu diri ga ada yang istimewa dari aku. Muka juga pas-pasan. Ga ada sisi yang membuat orang tertarik. "
Aldo berubah serius, "Aku sudah pernah bilang kan, jangan merendahkan diri mu, yang menilai kamu gimana itu orang lain dan aku ga pernah merasa kamu cuma pelarian. Aku serius sama kamu. Kalau alat buat menolak iya aku akui itu aku salah tapi ku pikir perlahan kamu juga bakal suka. Ternyata kamu sesulit itu yakin denganku.Tapi sebenarnya kamu ada perasaan ga sih sama aku?"